Breaking News

Sidang TNI Tembak Mati 3 Polisi: Terungkap! Peltu Lubis Sebut Ide Judi Sabung Ayam Berasal dari Kopda Bazarsah

Terdakwa penembak mati tiga polisi, Peltu Yun Heri Lubis/Foto: Dede Febriansyah-Okezone

D'On, Palembang
 – Aura tegang kembali menyelimuti ruang sidang Pengadilan Militer I-04 Palembang. Kasus yang menyita perhatian publik, yakni penembakan tiga anggota polisi oleh oknum TNI saat penggerebekan arena sabung ayam di Way Kanan, Lampung, memasuki babak penting. Kali ini, dua nama kunci naik ke kursi saksi dan terdakwa: Kopral Dua (Kopda) Bazarsah dan Pembantu Letnan Satu (Peltu) Yun Heri Lubis.

Dalam sidang yang digelar Senin pagi, Peltu Lubis membuat pengakuan mengejutkan. Ia menyebut bahwa ide awal membuka praktik perjudian sabung ayam dan dadu koprok dua aktivitas ilegal yang meresahkan masyarakat sekitar berasal dari rekan sekaligus terdakwanya, Kopda Bazarsah.

“Yang punya ide duluan Kopda Bazarsah, Komandan,” ujar Peltu Lubis tegas di hadapan Majelis Hakim yang diketuai Kolonel Chk Fredy Ferdian Isnartanto. “Bilangnya, ‘Bang, kita buka gelanggang.’ Saya setuju, dan akhirnya kami buka gelanggang sabung ayam dan koprok.”

Empat Kali Pindah Lokasi, Warga Resah

Menurut pengakuan Lubis, arena judi tersebut sempat berpindah lokasi hingga empat kali akibat keluhan dari warga sekitar. Keluhan tersebut bukan soal kekerasan atau kegaduhan di dalam arena, melainkan lebih pada keramaian yang ditimbulkan: parkir kendaraan yang membludak, arus lalu lintas tersendat, dan suasana desa yang tak lagi nyaman.

Namun, setelah petualangan mencari lokasi yang cocok, mereka akhirnya kembali ke titik awal sebuah kawasan bernama Umbul Naga, Desa Karang Manik, Kecamatan Negara Batin, Way Kanan.

Hakim Kolonel Fredy sempat bertanya tajam, “Kenapa kamu kembali lagi ke Umbul Naga? Bukankah kamu pernah bilang itu tempat yang sepi?”

Lubis menjawab tanpa ragu, “Karena yang punya lahan mengizinkan, Komandan.”

Uang Keuntungan Judi: Siapa Dapat Apa?

Salah satu titik krusial dalam persidangan hari ini adalah soal pembagian hasil keuntungan judi, yang menjadi salah satu bukti penting dalam dakwaan jaksa militer.

Lubis mengaku dirinya hanya menerima uang dari hasil judi dadu koprok, yakni sekitar Rp300 ribu per sekali buka. Namun, ia juga beberapa kali meminta bagian dari keuntungan sabung ayam kepada Kopda Bazarsah, meskipun tidak mendapatkan porsi tetap.

“Sabung ayam saya tidak dapat bagian, Komandan. Tapi kadang saya minta ke Bazarsah, Rp200 ribu sampai Rp300 ribu setiap kali buka,” ungkapnya dengan nada sedikit menunduk.

Namun, pernyataan ini langsung ditanggapi dengan keraguan oleh majelis hakim. Sebab, dalam dakwaan terungkap bahwa pembagian keuntungan dilakukan secara bersama antara Lubis dan Bazarsah, terutama dari arena sabung ayam yang disebut-sebut jauh lebih menguntungkan.

“Kamu itu komandan, masa tidak dapat uang?” tanya Kolonel Fredy dengan nada heran.

Peltu Lubis kemudian menjelaskan lebih lanjut bahwa sistem pembagian pada arena koprok dilakukan berdasarkan jumlah pengunjung dan penyewa tempat. Setiap kali buka, delapan orang menyewa lapak. Jika pengunjung sepi, keuntungannya hanya sekitar Rp300 ribu. Tapi jika ramai, bisa mencapai Rp1 juta dalam sehari.

“Itu setiap sekali buka sampai selesai, Komandan,” tuturnya.

Kasus Tembak Polisi: Judi Berujung Tragedi

Kasus ini bermula dari penggerebekan aparat kepolisian terhadap praktik sabung ayam dan koprok di lokasi yang dikelola oleh oknum TNI. Namun operasi itu berujung tragis: tiga polisi tewas ditembak di tempat. Insiden ini langsung mengguncang hubungan antarlembaga keamanan dan menyorot tajam bagaimana praktik perjudian bisa melibatkan aparat berseragam.

Persidangan hari ini menyingkap sisi lain dari kasus tersebut: bukan hanya soal penembakan, tetapi struktur bisnis ilegal yang dijalankan dengan sistematis, melibatkan aktor-aktor militer aktif, pembagian keuntungan, dan perpindahan lokasi demi menghindari pengawasan.

Sidang akan kembali dilanjutkan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi-saksi lain dan mendalami peran masing-masing terdakwa dalam peristiwa berdarah itu. Satu hal yang kini semakin jelas: perjudian ini bukan sekadar “iseng-iseng berhadiah” ia terorganisir, punya sistem, dan berujung maut.

(Mond)

#JudiSabungAyam #TNITembakPolisi #Penembakan #TNI #Polri