Misteri 'Hilangnya' Kusnadi, Mantan Ketua DPRD Jatim: Bukan Diculik, tapi Cari Obat di Madura
Kusnadi saat berada di Mapolsek Balongbendo Sidoarjo, Senin (9/6/2025). Foto: Polsek Balongbendo
D'On, Sidoarjo – Publik Jawa Timur sempat dihebohkan dengan kabar menghilangnya Kusnadi, mantan Ketua DPRD Jatim periode 2019–2024. Dalam narasi yang berkembang liar di media sosial, pria senior dari partai berlambang banteng ini dikabarkan diculik dan dibawa ke wilayah Madura secara misterius. Namun teka-teki tersebut akhirnya terkuak. Dalam klarifikasi panjang yang disampaikan di Mapolsek Balongbendo, Kusnadi dengan santai membantah segala tudingan miring tersebut.
“Saya tidak diculik, tidak menghilang, tidak melarikan diri, dan tidak dianiaya. Justru saya di sana dijamu sate, dikasih gulai pas Lebaran Haji,” ujarnya ringan sambil tersenyum, Senin (9/6).
Pernyataan ini tentu mengejutkan banyak pihak yang sebelumnya menduga ada skenario penculikan atau tindakan kriminal. Namun, kisah di balik ‘hilangnya’ Kusnadi justru menyimpan sisi kemanusiaan yang lebih dalam: perjuangan seorang tokoh publik melawan penyakit berat dan upayanya mencari harapan di luar jalur medis konvensional.
Perjalanan ke Madura: Dari Teman Kuliah ke Pengobatan Alternatif
Kusnadi menjelaskan bahwa dirinya memutuskan untuk pergi ke Pamekasan, Madura, bersama tiga orang teman lamanya, yang dikenalnya sejak masa kuliah. Mereka adalah bagian dari organisasi kemahasiswaan yang sama, dan sudah sejak dua minggu sebelumnya tinggal di rumah Kusnadi di Desa Wonokarang, Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo. Tujuan mereka saat itu sederhana melakukan survei pembukaan warung Madura.
Melihat mereka hendak pulang menjelang Hari Raya Idul Adha, Kusnadi, yang tinggal sendirian di rumahnya dan tengah bergelut dengan kanker getah bening, tergerak untuk ikut serta.
“Saya ini sudah dua tahun kena kanker getah bening, sudah 17 kali kemoterapi. Jujur saja, saya mulai jenuh. Maka saya bilang ke teman-teman, bolehkah saya ikut ke Pamekasan? Mereka senang saya ikut, dan saya memang ingin mencari pengobatan alternatif, atau setidaknya doa dari para kiai di sana,” tuturnya dengan nada lirih.
Ia pun menghabiskan waktu tinggal di sebuah pesantren selama di Madura. Di sana, ia berharap bisa memperoleh ketenangan batin dan kekuatan spiritual yang mungkin tak didapatkan dari pengobatan medis semata.
Lupa HP, Terputus Komunikasi: Awal Kepanikan Keluarga
Puncak kekhawatiran muncul ketika Kusnadi tak kunjung menghubungi keluarga selama beberapa hari. Rupanya, sesampainya di Madura, ia lupa mengambil ponsel yang ditaruh di jok mobil. Mobil itu pun segera pergi bersama sopir yang merupakan warga lokal.
“Saya pikir nanti malam bisa minta dikembalikan. Ternyata sopirnya sibuk juga karena mau Lebaran. Baru Sabtu malam dia datang lagi, kasih HP saya. Tapi HP-nya sudah mati kehabisan baterai,” jelas Kusnadi.
Butuh waktu hingga sekitar pukul 23.00 WIB malam itu hingga ia berhasil mengisi daya dan menyalakan ponselnya. Saat itulah ia tersentak membaca berbagai pemberitaan dan kekhawatiran yang telah meluas, bahkan keluarganya melapor ke polisi karena merasa kehilangan dirinya.
“Saya buka berita itu, Masya Allah... isinya luar biasa. Langsung saya kabari anak saya, dan dia bilang, ‘Yowes Pak, subuh-subuh tak jemput’,” kenangnya.
Mengakui Kesalahan: Tak Berniat Menghilang
Kusnadi mengakui bahwa ia bersalah karena tak memberi kabar. Namun, ia menegaskan bahwa bukan niatnya untuk menghilang atau melarikan diri.
“Saya memang salah, tapi bukan karena saya sengaja tidak mau memberi tahu. Keadaannya memang tidak memungkinkan. Saya cuma ingin menenangkan diri dan mencari harapan lain untuk sembuh,” ujarnya dengan nada tulus.
Kusnadi juga membantah informasi bahwa dirinya ditemukan di Bangkalan dalam kondisi linglung atau pikun.
“Dalam kondisi pikun? Linglung? Ndak. Saya baik-baik saja,” tegasnya.
Laporan Dicabut, Kepolisian Tutup Kasus
Kapolsek Balongbendo, AKP Sugeng Sulistiyono, membenarkan bahwa pihak keluarga telah menjemput Kusnadi dalam keadaan sehat pada Senin dini hari.
“Pihak keluarga, dalam hal ini Saudara Tonny Kusdita, telah memastikan bahwa Kusnadi sudah kembali dengan sehat walafiat. Maka laporan orang hilang yang sebelumnya dibuat pun telah dicabut,” jelas AKP Sugeng.
Potret Lain dari Seorang Pejuang
Kisah Kusnadi ini menjadi pengingat bahwa di balik jabatan tinggi dan sorotan politik, para tokoh publik tetaplah manusia biasa. Mereka bisa sakit, merasa lelah, dan butuh ruang untuk mengobati diri, baik secara fisik maupun spiritual.
Dalam keheningan Madura, Kusnadi tak menemukan drama penculikan seperti yang dibayangkan orang. Ia justru menemukan sate, gulai, pesantren, dan sejumput harapan sebuah perjalanan personal yang tak tercatat dalam sidang paripurna, tapi membekas di hati yang mendengarnya.
(K)
#Peristiwa