Breaking News

Kepala Desa dan Istri Dibekuk BNN, Terlibat Jaringan Sabu Antarprovinsi

Seorang kepala desa di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, bersama istrinya, ditangkap karena diduga mengendalikan jaringan peredaran sabu-sabu antarprovinsi

D'On, Donggala, Sulawesi Tengah
– Warga Desa Sibayu, Kecamatan Balaesang, dikejutkan oleh peristiwa dramatis yang mengguncang ketenangan mereka. Seorang tokoh masyarakat yang selama ini dipercaya untuk memimpin roda pemerintahan desa, ternyata diduga memiliki peran penting dalam jaringan peredaran narkotika lintas provinsi. Kepala desa berinisial HJ dan istrinya HR, resmi ditangkap oleh tim Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Barat (Sulbar) dalam sebuah operasi yang berlangsung cepat dan tertutup.

Penggerebekan Dini Hari yang Menggegerkan

Operasi penangkapan dilakukan langsung di kediaman pasangan tersebut, yang juga merupakan rumah dinas kepala desa, pada Jumat malam. Petugas BNNP Sulbar yang sudah melakukan pengintaian selama berbulan-bulan akhirnya mengambil tindakan tegas. Mereka datang bersama aparat kepolisian setempat dan camat Balaesang untuk menyaksikan jalannya penggeledahan, demi menjamin transparansi dan menghindari polemik di tengah masyarakat.

“Proses penindakan kami laksanakan dengan sangat hati-hati. Kami pastikan semua tahapan sesuai prosedur, termasuk melibatkan Kapolsek dan Camat setempat,” ujar Kombes Pol Dilia Try Rahayu Setya Ningrum, Kabid Pemberantasan dan Intelijen BNNP Sulbar, kepada wartawan.

Dalam penggeledahan itu, tim berhasil menyita sejumlah barang bukti sabu-sabu yang memperkuat dugaan bahwa HJ dan HR bukan sekadar pengguna, melainkan bagian dari pengendali jaringan distribusi narkotika antarprovinsi.

Dari Pelayan Publik Menjadi Tersangka Narkotika

HJ selama ini dikenal sebagai figur yang dihormati di Desa Sibayu. Ia menjabat sebagai kepala desa aktif dan kerap tampil dalam berbagai kegiatan masyarakat. Namun di balik citra publik tersebut, penyelidikan mendalam BNNP Sulbar menemukan dugaan kuat bahwa HJ bersama istrinya telah terlibat aktif dalam peredaran sabu-sabu, bahkan diduga menjadi salah satu simpul distribusi untuk wilayah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat.

“Pasangan ini sudah lama kami jadikan target penyelidikan. Peran mereka cukup signifikan dalam distribusi antarwilayah,” jelas Kombes Dilia.

Informasi yang dihimpun dari sumber internal menyebutkan bahwa HJ dan HR memiliki jaringan yang terstruktur, dan pengiriman barang dilakukan secara rapi untuk menghindari deteksi aparat. Dugaan keterlibatan mereka juga diperkuat dengan pola transaksi mencurigakan dan peningkatan gaya hidup yang tak sejalan dengan penghasilan sebagai kepala desa.

Dampak Langsung: Pemerintahan Desa Lumpuh Sementara

Penangkapan HJ bukan hanya mencoreng citra aparat desa, tetapi juga menimbulkan kekacauan administratif. Beberapa program desa terhenti mendadak, pelayanan publik terganggu, dan warga terpaksa menunda berbagai urusan administratif karena kekosongan kepemimpinan.

“Heboh juga di sana. Warga kaget. Kami langsung koordinasi dengan aparat lokal untuk menjaga ketertiban dan kelanjutan pemerintahan desa sementara waktu,” ungkap Kombes Dilia.

Pemerintah daerah dikabarkan tengah menyiapkan pejabat sementara untuk menggantikan posisi kepala desa agar roda pemerintahan tetap berjalan.

Bagian dari Pengungkapan Besar Jaringan Narkoba

Kasus HJ dan HR ternyata merupakan bagian dari operasi besar BNNP Sulbar yang berhasil membongkar jaringan narkoba di kawasan timur Indonesia. Sepanjang Januari hingga Juni 2025, BNNP Sulbar telah menetapkan 12 orang tersangka dan menyita total barang bukti sabu-sabu seberat 524,0262 gram.

Atas keterlibatan mereka, pasangan suami istri itu kini dijerat dengan Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang mengancam mereka dengan hukuman minimal 5 tahun penjara, dan maksimal hukuman mati atau penjara seumur hidup.

Potret Buram Peredaran Narkotika di Daerah

Kasus ini kembali menegaskan betapa seriusnya ancaman narkotika yang kini bahkan menyusup hingga ke struktur pemerintahan paling bawah. Kepala desa, yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam pembangunan dan pembinaan masyarakat, justru berbalik menjadi bagian dari persoalan besar bangsa.

Masyarakat Desa Sibayu kini dihadapkan pada kenyataan pahit: pemimpin mereka sendiri diduga kuat terlibat dalam jaringan kejahatan yang selama ini mereka anggap jauh dari desa. Kasus ini menjadi pengingat keras bahwa perang melawan narkoba bukan hanya tugas aparat, tapi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat.

(Mond)

#Sabu #Narkoba