Elon Musk vs. Donald Trump: Tuduhan Mengejutkan dalam Bayang-Bayang Skandal Seks Jeffrey Epstein
Elon Musk (kanan) menuduh Presiden AS Donald Trump (kiri) terlibat dalam skandal seksual Eipstein. (AP/AP)
D'On, Amerika Serikat – Dunia politik dan bisnis Amerika kembali diguncang oleh konflik dua tokoh paling berpengaruh: Elon Musk dan Donald Trump. Ketegangan yang sebelumnya tersembunyi kini meledak ke permukaan setelah Musk, CEO Tesla dan SpaceX sekaligus pemilik platform media sosial X, secara terbuka menuding mantan Presiden AS tersebut terlibat dalam skandal seksual paling kelam abad ini kasus Jeffrey Epstein.
Dalam sebuah unggahan yang menghebohkan pada platform X, Musk menyebut nama Trump sebagai salah satu figur penting yang terdapat dalam berkas rahasia milik Epstein. Ia bahkan menuduh pemerintah AS sengaja menyembunyikan nama Trump dari publik demi melindungi reputasi politiknya.
"@realDonaldTrump ada dalam berkas Epstein. Itulah alasan sebenarnya dokumen itu belum dipublikasikan sepenuhnya," tulis Musk pada Sabtu malam, waktu AS. Tidak ada bukti konkret yang disertakan, namun pernyataan ini langsung menyulut badai reaksi di dunia maya dan media arus utama.
Misteri Berkas Epstein: Apa yang Disembunyikan?
Berkas Epstein bukan sekadar dokumen hukum biasa ia merupakan kumpulan bukti dan catatan pengawasan yang dikumpulkan oleh otoritas federal selama lebih dari satu dekade penyelidikan terhadap jaringan eksploitasi seksual anak yang dijalankan oleh Jeffrey Epstein, miliarder misterius yang ditemukan tewas di sel penjara tahun 2019.
Di dalamnya terdapat:
- Daftar penerbangan jet pribadi Epstein yang kerap disebut “Lolita Express”
- Buku kontak berisi ribuan nama tokoh elit dunia dari bangsawan, selebritas, hingga politisi ternama
- Transkrip kesaksian para korban, serta rekaman komunikasi pribadi antara Epstein dan sejumlah tokoh berpengaruh
Sebagian dari dokumen ini dibuka untuk umum pada Januari 2024, setelah hakim memutuskan pentingnya transparansi dalam gugatan pencemaran nama baik terhadap Ghislaine Maxwell, tangan kanan Epstein. Namun, sejumlah besar dokumen lainnya masih disegel atas alasan hukum dan perlindungan terhadap korban.
Kini, dengan tudingan Musk, publik bertanya-tanya: Apakah nama Donald Trump benar-benar tersembunyi di balik tumpukan dokumen rahasia itu?
Trump Membalas dengan Amarah dan Ancaman Politik
Tidak butuh waktu lama bagi Trump untuk menanggapi. Dalam wawancara via telepon dengan sejumlah media konservatif, Trump menyebut Musk sebagai “orang gila yang putus kendali.”
“Orang itu pikir dia dewa teknologi, tapi nyatanya hanya pengusaha kaya yang panik karena tak lagi diperlakukan istimewa,” ujar Trump.
Trump kemudian membalas serangan Musk dengan melibatkan David Schoen, mantan pengacara Epstein, yang memberikan pembelaan tegas:
“Saya dapat katakan dengan jelas: Jeffrey Epstein tidak memiliki informasi yang memberatkan Presiden Trump,” kata Schoen dalam pernyataan tertulis yang diunggah langsung oleh Trump di platform Truth Social.
Namun tak berhenti di situ Trump juga menyindir bahwa tuduhan Musk tak lebih dari balas dendam pribadi karena administrasinya di masa lalu pernah menghapus sejumlah insentif federal untuk kendaraan listrik, yang berdampak besar pada Tesla. Bahkan Trump mengancam akan menghentikan semua kontrak pemerintah untuk Tesla dan SpaceX jika ia kembali berkuasa.
Jejak Trump dan Epstein: Teman Lama yang Kini Jadi Dosa Masa Lalu
Klaim bahwa Trump tidak punya kaitan dengan Epstein dipertanyakan banyak pihak, mengingat rekam jejak masa lalu keduanya.
Menurut laporan investigatif Al Jazeera dan NBC News, Trump dan Epstein dikenal dekat pada era 1980 hingga 1990-an. Mereka kerap menghadiri pesta mewah bersama di New York dan Palm Beach. Dalam sebuah video dari tahun 1992 yang kini viral kembali, keduanya terlihat bersenda gurau dengan wanita-wanita muda di klub malam Mar-a-Lago, properti milik Trump.
Dalam wawancara tahun 2002, Trump bahkan sempat mengatakan:
“Jeffrey adalah pria hebat. Dia sangat menikmati keberadaan wanita muda, banyak di antaranya sangat muda.”
Selain itu, catatan penerbangan pribadi Epstein menunjukkan bahwa Trump pernah menaiki jet pribadi Epstein setidaknya tujuh kali antara tahun 1993 dan 1997. Namanya juga tercantum dalam apa yang disebut sebagai “Buku Hitam Epstein” sebuah direktori pribadi Epstein yang berisi ratusan nama, termasuk miliarder, bangsawan, dan politisi dari berbagai negara.
Tuduhan Musk: Spekulasi atau Strategi Politik?
Hingga kini, belum ada bukti konkret yang menghubungkan Trump secara langsung dengan kejahatan seksual yang dilakukan Epstein. Namun dengan jumlah dokumen yang masih disegel dan Musk yang dikenal tak ragu menantang status quo banyak pihak bertanya: Apakah ini awal dari pembongkaran besar-besaran?
FBI dan Departemen Kehakiman AS telah mengonfirmasi bahwa mereka masih meninjau lebih dari 20.000 halaman dokumen, dan pembukaan informasi akan dilakukan bertahap. Tekanan publik kini meningkat seiring dengan suara dari tokoh sekelas Musk yang mulai mempertanyakan transparansi pemerintah.
Sementara itu, banyak pengamat menilai langkah Musk bukan sekadar emosional, tetapi mungkin bagian dari strategi politik menjelang Pilpres AS 2026. Dengan posisi politik Trump yang mulai kembali menguat, tuduhan ini bisa menjadi senjata untuk menggoyahkan fondasi pencalonannya.
Antara Kebenaran, Kepentingan, dan Masa Depan AS
Pertarungan antara Elon Musk dan Donald Trump bukan hanya soal ego dua raksasa. Ini adalah refleksi dari ketegangan antara kekuasaan, pengaruh, dan kebenaran di era di mana informasi bisa menjadi senjata, dan masa lalu seseorang dapat menjungkirbalikkan masa depannya.
Publik kini hanya bisa menunggu: akankah tuduhan Musk membuka lembaran baru dari skandal Epstein, atau justru menjadi permainan politik yang mengaburkan realitas demi ambisi?
(B1)
#Internasional #ElonMusk #DonaldTrump #AmerikaSerikat #SkandalSeksualEpstein