Breaking News

Delapan Hektare Lahan Produktif Ludes Terbakar di Singkarak

Petugas Damkar Kabupaten Solok Berjibaku Padamkan Api yang Membakar 8 Hektar Ladang Perkebunan 

D'On, Kabupaten Solok, Sumatera Barat
– Asap pekat mengepul dari lereng perbukitan di Jorong Data Tampunik, Nagari Aripan, Kecamatan X Koto Singkarak, Minggu siang (8/6). Dalam sekejap, si jago merah melalap delapan hektare lahan produktif milik warga. Hamparan hijau yang biasanya menjadi sumber penghidupan, kini hanya menyisakan arang dan abu.

Kebakaran lahan ini menjadi yang terbesar dalam beberapa pekan terakhir di Kabupaten Solok, memicu kekhawatiran di tengah musim kemarau yang terus berlangsung dan suhu udara yang kian menyengat.

Kronologi: Dari Asap Tipis Menjadi Kobaran Api Besar

Menurut Zulhelmi Bosy, Kepala Seksi Operasi Pemadam Kebakaran Kabupaten Solok, peristiwa ini bermula dari laporan masyarakat sekitar pukul 14.14 WIB. Laporan tersebut diteruskan oleh seorang anggota Damkar, Antonius, ke grup WhatsApp internal Damkar Solok. Tak butuh waktu lama, tim pemadam bergerak cepat.

“Tepat pukul 14.31 WIB, armada pertama tiba di lokasi. Namun, medan yang sulit dan hembusan angin yang cukup kencang membuat api sulit dikendalikan,” ujar Zulhelmi saat diwawancarai pada Senin (9/6).

Butuh waktu hampir empat jam bagi petugas untuk menjinakkan amukan api. Barulah pada pukul 18.00 WIB, kobaran berhasil dipadamkan sepenuhnya.

Kerugian Capai Puluhan Juta Rupiah

Lahan yang terbakar diketahui milik Ajoni Zubir, seorang warga berusia 60 tahun yang telah puluhan tahun menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian di kawasan itu. Lahan tersebut merupakan salah satu aset produktif di wilayah Nagari Aripan, yang biasa ditanami palawija dan tanaman keras.

“Kerugian sementara diperkirakan mencapai Rp 30 juta. Itu belum termasuk kerusakan ekosistem dan kerugian tak kasat mata lainnya,” terang Zulhelmi.

Tiga Armada dan 31 Personel Dikerahkan

Pemadaman api kali ini tidak mudah. Dinas Damkar Kabupaten Solok mengerahkan tiga unit armada: satu unit dari pos Sumani, satu unit Thanozz, dan satu unit mobil rescue dari TRC BPBD Kabupaten Solok. Total 31 personel turun langsung ke lokasi, berjibaku di tengah suhu panas dan asap pekat.

“Kami harus bekerja cepat, karena api sempat mendekati permukiman warga. Syukurnya, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini,” tambah Zulhelmi.

Peringatan Serius di Tengah Kemarau

Musim kemarau yang melanda sebagian besar wilayah Kabupaten Solok saat ini meningkatkan risiko kebakaran, terutama di lahan-lahan kering yang mudah terbakar. Ini bukan kali pertama peristiwa serupa terjadi, dan bisa saja bukan yang terakhir jika masyarakat tidak meningkatkan kewaspadaan.

“Kami mengimbau kepada seluruh warga untuk tidak melakukan aktivitas pembakaran terbuka, khususnya di lahan pertanian atau semak-semak yang sedang kering. Sedikit kelalaian bisa berdampak besar,” tegas Zulhelmi.

Lahan Hangus, Harapan Pupus Sementara

Bagi Ajoni Zubir, lahan yang kini rata dengan tanah bukan sekadar kebun. Itu adalah sumber nafkah, warisan, sekaligus kenangan. Dalam waktu singkat, satu musim tanam yang penuh harapan sirna dalam kobaran api.

“Saya tidak tahu harus mulai dari mana lagi,” ucap Ajoni, lirih. “Tapi semoga ini jadi yang terakhir. Kami semua harus belajar dari kejadian ini.”

Peristiwa ini menjadi pengingat pahit bagi seluruh masyarakat Kabupaten Solok akan bahaya kebakaran lahan yang kerap kali dianggap sepele. Di tengah perubahan iklim dan cuaca ekstrem, kehati-hatian adalah benteng terakhir sebelum bencana datang menyapa.

(Mond)

#Peristiwa #Kebakaran #KabupatenSolok