Breaking News

Tragedi Tambang Gunung Kuda: Korban Tewas Meningkat Jadi 17 Orang, Harapan Kian Menipis bagi 8 yang Masih Tertimbun

Petugas gabungan membawa jenazah korban longsor dengan ambulans yang tertimbun bebatuan di lokasi galian C, Cipanas, Dukuhpuntang, Kab. Cirebon, Jawa Barat, Jumat (30/5/2025). Foto: ANTARA FOTO

D'On, Cirebon 
— Aroma tanah basah dan debu batu masih menyelimuti udara di kawasan tambang galian C Gunung Kuda, Dukupuntang, Kabupaten Cirebon. Di balik hiruk-pikuk alat berat dan kepanikan para keluarga korban, satu kenyataan pahit terus bergulir: jumlah korban tewas akibat longsor di lokasi tambang itu kembali bertambah.

Memasuki hari kedua operasi pencarian, tim SAR gabungan kembali menemukan tiga jenazah pekerja tambang yang tertimbun longsor. Ketiganya ditemukan dalam kondisi mengenaskan pada Sabtu sore. Identitas para korban telah berhasil diungkap berkat kerja cepat tim forensik dan bantuan warga sekitar.

Korban pertama adalah Sakira (44), warga Blok Karang Baru, Kelurahan Cikeusal, Kecamatan Gempol. Ia dikenal sebagai sosok ulet yang setiap hari bekerja keras demi menghidupi keluarganya. Kedua, Sanadi (47), juga berasal dari Kelurahan Cikeusal, Blok Karang Anyar. Ia adalah ayah dari tiga anak yang kabarnya baru saja merayakan ulang tahun pernikahan ke-20 bersama istrinya sepekan lalu. Korban ketiga, Sunadi (30), warga Blok II Wanggung Wangi, Kelurahan Girinata, dikenal oleh rekan-rekannya sebagai pekerja muda penuh semangat yang bercita-cita membuka usaha sendiri agar bisa keluar dari kerasnya dunia tambang.

Ketiganya ditemukan dalam kondisi luka parah dan tubuh yang sudah kaku, indikasi bahwa mereka telah meninggal dunia beberapa jam setelah tertimbun. "Tidak ada kesulitan dalam proses identifikasi karena keluarga korban turut membantu," ungkap Kapolresta Cirebon, Kombes Pol Sumarni, yang terus memantau proses evakuasi dari dekat. Ketiga jenazah langsung dilarikan ke RSUD Arjawinangun untuk proses lebih lanjut.

Dengan penemuan terbaru ini, total korban jiwa akibat longsor maut di Gunung Kuda kini telah mencapai 17 orang. Namun, tragedi ini belum berakhir. Masih ada delapan jiwa lagi yang belum ditemukan, terkubur entah di kedalaman berapa meter di bawah reruntuhan batuan dan tanah.

Proses pencarian tidak mudah. Struktur tanah yang labil, cuaca yang tidak menentu, serta keterbatasan medan membuat tim evakuasi bekerja dengan risiko tinggi. Meski demikian, harapan masih dipegang erat, baik oleh para relawan, aparat, maupun keluarga korban yang tak henti menanti kabar dari lokasi.

Salah satu istri korban yang masih tertimbun, dengan mata sembab dan tangan menggenggam foto suaminya, berkata lirih, “Saya hanya ingin dia ditemukan, apapun keadaannya… Saya ingin menguburkannya dengan layak.”

Longsor yang terjadi pada Kamis (30/5) itu menjadi tamparan keras bagi dunia pertambangan rakyat di wilayah Cirebon. Aktivitas penambangan batu di Gunung Kuda memang sudah lama menuai sorotan karena minimnya standar keselamatan kerja dan lemahnya pengawasan. Tragedi ini seperti mempertegas bahwa ada harga yang sangat mahal dari kelalaian yakni nyawa manusia.

Hingga berita ini diturunkan, pencarian dan evakuasi masih terus dilakukan dengan peralatan berat dan bantuan anjing pelacak. Sementara itu, tangis dan doa terus mengalir dari pinggir lokasi tambang yang kini berubah menjadi medan duka.

Tragedi Gunung Kuda bukan sekadar berita duka, tapi peringatan keras bahwa keselamatan kerja bukan hal yang bisa dinegosiasi.

(K)

#Peristiwa #LongsorGunungKuda #GunungKuda