Breaking News

Tangis Anak-Anak Mengiringi Kobaran Api: Panti Asuhan Nurul Iman Enam Berlian Sijunjung Dilalap Si Jago Merah

Panti Asuhan Nurul Iman Enam Berlian Sijunjung Terbakar 

D'On, Sijunjung, Sumatera Barat
— Suasana mendadak mencekam di Jorong Ujung Pandang, Nagari Tanjung, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, saat kobaran api tiba-tiba membungkus bangunan Panti Asuhan Nurul Iman Enam Berlian pada Senin siang (19/5), sekitar pukul 14.00 WIB. Dalam sekejap, rumah perlindungan bagi puluhan anak ini berubah menjadi lautan api yang menebar kepanikan.

Asap hitam membumbung tinggi, menggulung langit kampung. Teriakan histeris dan isak tangis anak-anak menggema di tengah kepungan panas dan api yang mengamuk. Dugaan awal menyebutkan bahwa kebakaran tersebut dipicu oleh korsleting listrik yang berasal dari bangunan asrama putra.

Cindy, seorang warga yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian, masih terguncang saat menceritakan detik-detik musibah itu terjadi. "Api muncul begitu cepat. Anak-anak lari ketakutan, menangis, berteriak. Kami semua panik. Beberapa warga langsung berlarian membawa ember dan alat seadanya, berusaha membantu sambil menunggu petugas pemadam kebakaran tiba," ungkapnya dengan suara bergetar.

Tak butuh waktu lama bagi api untuk menjalar ke seluruh bangunan. Rumah gadang yang terletak di dekat panti pun ikut dilahap api. Kepulan asap mengaburkan pandangan, sementara warga dan para pengurus berpacu dengan waktu menyelamatkan anak-anak yang masih berada di dalam. Ketika tim pemadam kebakaran akhirnya tiba, hampir satu jam setelahnya, bangunan panti sudah dalam kondisi rusak parah.

Hanya Baju di Badan yang Tersisa

Ketua Panti Asuhan, Alwis, tak mampu menyembunyikan rasa pilunya. Ia masih ingat jelas bagaimana api membesar tepat setelah seorang warga berteriak memperingatkan dari luar pagar. “Saya langsung keluar, dan api sudah besar. Kami hanya bisa selamatkan anak-anak. Dokumen penting, ijazah, pakaian—semua hangus,” katanya dengan nada berat.

Dari total 30 penghuni panti, terdiri dari 10 anak laki-laki, 14 anak perempuan, dan 6 orang pengurus, semuanya berhasil selamat. Namun mereka kini hanya tinggal dengan pakaian yang melekat di tubuh, kehilangan semua harta benda dan kenangan mereka di panti tersebut. Anak-anak yang paling kecil bahkan baru berusia 3 tahun, sementara yang tertua berumur 18 tahun.

Sementara bangunan utama rata dengan tanah, para anak laki-laki untuk sementara waktu diungsikan ke sebuah musala tua di dekat lokasi. Sedangkan anak-anak perempuan kini tidur beralaskan tikar di ruangan kantor yang luput dari amukan api.

Bantuan Mengalir, Tapi Harapan Masih Menggantung

Sehari pascakebakaran, Bupati Sijunjung, Benny Dwifa Yuswir, datang meninjau lokasi dan menyerahkan bantuan langsung kepada pengurus panti. Ia mengungkapkan keprihatinannya yang mendalam atas musibah yang menimpa anak-anak tersebut. “Ini tragedi yang sangat menyayat hati. Kita akan bantu pengajuan proposal pendirian bangunan baru, agar anak-anak bisa kembali belajar dan beraktivitas dengan layak,” ujarnya.

Meski bantuan awal mulai berdatangan, kebutuhan mendesak masih sangat besar. Pakaian, sembako, perlengkapan tidur, alat tulis, dan tempat tinggal darurat menjadi prioritas utama. Para anak kini hidup dalam ketidakpastian, menanti uluran tangan dari masyarakat dan pemerintah agar bisa kembali menjalani kehidupan yang normal.

Harapan di Tengah Puing-Puing

Di balik reruntuhan yang masih mengepulkan asap, semangat dan harapan masih terpancar dari wajah-wajah kecil yang selamat dari tragedi ini. Mereka kini belajar kembali untuk tersenyum, meski dengan luka dan trauma yang belum sepenuhnya pulih.

Alwis menegaskan, pihak panti masih membuka tangan selebar-lebarnya bagi siapa saja yang ingin membantu. “Anak-anak ini butuh masa depan. Butuh tempat yang aman, makanan hangat, dan pendidikan yang layak. Kami tak bisa bangkit sendiri tanpa bantuan banyak pihak.”

Musibah ini menjadi pengingat betapa pentingnya kesiapsiagaan dan perhatian kita terhadap fasilitas sosial seperti panti asuhan. Di sanalah harapan anak-anak tanpa keluarga dibina, dan dari sanalah masa depan mereka dibentuk. Ketika satu bangunan hancur, semangat untuk membangunnya kembali harus bangkit lebih kuat.

(Mond)

#Peristiwa #Kebakaran #Sijunjung #PantiAsuhanNurulImanEnamBerlian