Jejak Berdarah Nekison Enumbi: Pentolan OPM yang Tewas Ditembak Pasukan Elite TNI
D'On, Puncak Jaya, Papua Tengah – Dentuman senjata di hutan belantara Papua kembali menelan korban. Kali ini, targetnya adalah sosok yang selama ini menjadi momok menakutkan bagi aparat keamanan dan masyarakat sipil: Nekison Enumbi, atau yang lebih dikenal dengan nama alias Bumi Walo Enumbi. Ia adalah salah satu pimpinan kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang paling dicari dalam daftar DPO Polres Puncak Jaya.
Operasi militer yang dilakukan oleh pasukan elite TNI di wilayah pegunungan akhirnya mengakhiri jejak panjang aksi brutalnya. Menurut pernyataan resmi dari Komando Operasi TNI Habema, Nekison tewas ditembak dalam sebuah penyergapan yang dilakukan secara terencana dan presisi tinggi. Penembakan ini menandai akhir dari salah satu karier kekerasan paling kelam di wilayah konflik Papua Tengah.
Catatan Hitam Kekerasan
Nekison bukan sekadar buronan. Ia adalah dalang di balik sejumlah aksi kekerasan mematikan yang mengguncang Puncak Jaya dan sekitarnya. Salah satu serangan paling menggemparkan terjadi pada 21 Januari 2025, saat ia diduga memimpin penyerangan terhadap anggota Polsek Puncak Jaya, yang menyebabkan gugurnya aparat keamanan.
Tak berhenti di situ, pada 7 April 2025, Nekison kembali mencoreng catatan kemanusiaan dengan menembak mantan Kapolsek Mulia, Iptu Djamal Renhoat (63), saat korban tengah berada di kios miliknya di Kampung Wuyuki, Distrik Mulia. Serangan itu menjadi sinyal bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman bagi siapa pun di bawah ancaman senjata kelompok separatis ini.
Teror Terhadap Sipil: Tukang Ojek hingga Penambang Emas
Dansatgas Media Koops TNI Habema, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono, mengungkap bahwa Bumi Walo tidak hanya mengincar aparat, tetapi juga menyerang warga sipil. Ia diketahui melakukan penembakan terhadap seorang tukang ojek pada 2024, yang mengakibatkan korban tewas seketika. Serangan terhadap masyarakat sipil menjadi ciri khas dari kelompok yang kerap menyatakan dirinya sebagai pejuang kemerdekaan ini.
“Bumi Walo juga pernah menembaki truk yang tengah melintasi jalur utama di Distrik Tingginambut,” ujar Letkol Iwan. Jalur ini adalah penghubung vital antara Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Jayawijaya—urat nadi transportasi dan logistik yang sering kali menjadi sasaran kelompok separatis untuk melumpuhkan akses masyarakat.
OPM: Terorisme dalam Balutan Separatisme
OPM dan faksi bersenjatanya, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), selama ini dikenal karena tak segan menggunakan kekerasan ekstrem. Beberapa aksi yang paling brutal dalam sejarah konflik di Papua tercatat dalam laporan militer: pembakaran sekolah di Distrik Beoga, pembunuhan terhadap guru dan tenaga medis di Distrik Anggruk, hingga tragedi pembantaian terhadap 11 warga sipil pencari emas di Sungai Silet, Kabupaten Yahukimo.
Bukan hanya lewat senjata, OPM juga aktif melakukan perang informasi. Mereka memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan hoaks, propaganda separatis, dan disinformasi yang berpotensi memecah belah masyarakat Papua dan Indonesia. Sejumlah akun seperti Organisasi Papua Merdeka, TPNPB News, Paradise Broadcasting, Papua Merdeka Channel, dan Manuskrip Papua disebut digunakan sebagai alat agitasi digital.
Pesan TNI untuk Masyarakat
Dalam keterangannya, Letkol Iwan mengajak seluruh masyarakat untuk tidak terprovokasi oleh narasi yang menyesatkan. “Kami meminta masyarakat tetap tenang dan tidak mudah percaya pada informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. TNI bersama Polri dan aparat lainnya akan terus hadir menjaga keamanan serta melindungi seluruh warga tanpa terkecuali,” tegasnya.
Kematian Nekison Enumbi barangkali menandai berakhirnya satu bab dalam konflik berdarah di Papua, namun jalan menuju perdamaian sejati masih panjang. Tugas besar menanti: merawat keadilan, menyejahterakan masyarakat, dan memastikan tidak ada lagi yang tumbuh menjadi "Bumi Walo" berikutnya.
(Ok)
#KKB #OPM #Teroris