Breaking News

Drama Penangkapan di Bukittinggi: 1,5 Kg Sabu Diselundupkan dalam Kaos Kaki, Sepatu, dan Celana Dalam Penumpang Bus ALS


BNNP Sumbar, bersama BNNK Payakumbuh dan Pasaman Barat, menangkap tiga penumpang Bus ALS asal Aceh yang kedapatan membawa 1,5 kg sabu. (Dok: BNN Sumbar)


D'On, Bukittinggi 
– Sebuah operasi intelijen yang berlangsung lintas provinsi akhirnya membongkar upaya penyelundupan sabu dari Aceh menuju Sumatera Barat. Tiga orang kurir narkoba, dua di antaranya perempuan, tak berkutik saat tim gabungan dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menangkap mereka di Pool Bus Antar Lintas Sumatera (ALS) di Simpang Limau, Bukittinggi.

Pagi itu, sekitar pukul 09.30 WIB, suasana di terminal bus tampak seperti biasa. Namun di balik aktivitas rutin para penumpang, ada sekelompok petugas yang telah bersiaga. Mereka tak sedang mengantar keluarga atau menunggu keberangkatan bus mereka sedang memburu target yang telah diintai sejak 17 jam sebelumnya.

Misi Rahasia yang Dimulai dari Informasi Intelijen

Semua berawal pada Senin sore, 12 Mei 2025, pukul 17.00 WIB. Tim Pemberantasan dan Intelijen BNN Provinsi Sumatera Barat menerima informasi dari jaringan mata-mata narkotika yang menyebutkan akan ada pengiriman sabu dalam jumlah besar dari Bireuen, Aceh. Barang haram itu dikabarkan menumpang salah satu bus ALS menuju Sumbar.

Tak menunggu lama, tim gabungan yang terdiri dari BNNP Sumbar, BNNK Payakumbuh, dan BNNK Pasaman Barat langsung bergerak. Mereka melakukan pengintaian ketat di perbatasan antara Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Sekitar pukul 07.36 WIB keesokan paginya, sebuah bus ALS melintas di kawasan perbatasan dan langsung dicurigai sebagai kendaraan yang dimaksud.

Tim membuntuti bus itu secara diam-diam, menempuh perjalanan panjang hingga akhirnya kendaraan berhenti di terminal akhir Bukittinggi. Di sinilah drama penangkapan terjadi.

Penyamaran Sabu yang Mengejutkan

Begitu bus berhenti dan penumpang mulai turun, petugas langsung mengamankan tiga orang yang telah dicurigai sejak awal. Ketiganya adalah warga Provinsi Aceh: dua perempuan berinisial AL (41 tahun) dan N (24 tahun), serta seorang pria S (38 tahun).

Apa yang ditemukan petugas dalam penggeledahan kemudian menggambarkan betapa para kurir ini nekat dan kreatif dalam menyembunyikan barang bukti. Dari tubuh mereka ditemukan total enam paket besar sabu, dengan berat total 1.500 gram atau 1,5 kilogram senilai miliaran rupiah di pasaran gelap.

Menurut Brigjen Pol Ricky Yanuarfi, Kepala BNNP Sumbar, berikut adalah modus penyembunyian yang digunakan para pelaku:

  • N (24) menyembunyikan dua paket sabu besar di lipatan celana bagian perut, dibalut rapi dengan lakban hitam.
  • AL (41) menaruh satu paket besar di dalam kaos kaki abu-abu yang disembunyikan di balik celana dalam.
  • S (38) membawa tiga paket sabu, masing-masing dua di dalam sepatu yang ia kenakan, dan satu lagi juga di dalam celana dalam.

“Ini bukan penyelundupan biasa. Mereka tampaknya telah sangat terlatih, namun kita lebih sigap. Informasi intelijen yang akurat dan koordinasi tim menjadi kunci penggagalan upaya mereka,” ujar Brigjen Ricky dalam keterangannya.

Jejak Asal Usul dan Ancaman Hukuman Mati

Dari hasil pemeriksaan awal, sabu tersebut diakui berasal dari Bireuen, Aceh, sebuah wilayah yang memang dikenal sebagai salah satu titik transit jaringan narkotika internasional. Para tersangka diduga hanya berperan sebagai kurir, namun penyelidikan masih dikembangkan untuk mengungkap jaringan yang lebih besar di balik mereka.

Kini, ketiga tersangka dijerat dengan pasal berat:
Pasal 114 ayat (2) Jo Pasal 112 ayat (2) Jo Pasal 132 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang ancamannya hukuman mati.

Pesan Tegas: Sumbar Tak Akan Jadi Lahan Peredaran Narkoba

Brigjen Ricky menegaskan bahwa Sumatera Barat bukan tempat yang bisa dimasuki dengan mudah oleh jaringan pengedar. Ia menyebut pengungkapan ini sebagai bukti bahwa pihaknya terus memperketat pengawasan dan menutup semua celah masuk narkotika ke wilayah tersebut.

“Kami tidak akan memberikan ruang sedikit pun. Ini adalah perlawanan total terhadap musuh bangsa yang merusak generasi,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia juga menyerukan keterlibatan aktif masyarakat. “Tanpa partisipasi masyarakat, mustahil kita bisa memberantas peredaran gelap ini secara menyeluruh. Kami butuh mata dan telinga rakyat,” ujarnya.

Satu Komitmen: Selamatkan Generasi Bangsa

Dengan suara lantang, Brigjen Ricky menutup konferensi pers dengan pernyataan bahwa perang melawan narkoba tidak bisa hanya mengandalkan aparat. Ia mengajak seluruh elemen orang tua, guru, tokoh adat, hingga pemuda untuk bersama-sama menjaga lingkungan masing-masing dari pengaruh zat haram yang terus mengincar anak-anak bangsa.

“Kami komitmen untuk terus memberantas, tanpa kompromi. Kami akan berdiri di garis depan, tapi masyarakatlah benteng terakhir yang menentukan apakah generasi kita akan selamat atau hancur,” pungkasnya.

(Mond)

#BNNPSumbar #Narkoba #Sabu