Budi Arie Membantah Keras Tuduhan Terima Uang Judi Online: “Narasi Jahat, Pembunuhan Karakter!”
Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi memberikan sambutan saat kunjungan kerja di Kantor Kelurahan Cibeber, Kota Cimahi, Jawa Barat, Kamis (15/5/2025). ANTARA FOTO
D'On, Jakarta – Menteri Komunikasi dan Digital, Budi Arie Setiadi, akhirnya angkat suara menanggapi tuduhan serius yang menyebut dirinya menerima aliran dana dari praktik perlindungan situs judi online (judol) oleh oknum pegawai di kementeriannya. Tuduhan ini, menurut Budi, bukan hanya tidak berdasar, melainkan merupakan bentuk serangan personal yang sistematis dan keji.
“Itu narasi jahat. Ini bukan sekadar hoaks, tapi sudah masuk ke wilayah pembunuhan karakter. Menyerang harkat dan martabat saya sebagai pribadi dan sebagai pejabat publik,” tegas Budi Arie dalam pernyataan resminya, Senin (19/5/2025).
Tuduhan: 50 Persen dari Uang Judol untuk Menteri?
Isu liar yang beredar di publik menyebut bahwa Budi Arie menerima jatah 50 persen dari uang hasil praktik perlindungan situs-situs judi online yang dijalankan oleh sejumlah pegawai di Kementerian Komunikasi dan Digital (dulunya bernama Kementerian Kominfo). Namun Budi menampiknya mentah-mentah.
Menurutnya, tuduhan itu muncul bukan dari fakta, melainkan hanya dari omongan para tersangka yang kini tengah diproses hukum. “Itu hanya omon-omon mereka saja. Tidak pernah ada kesepakatan, tidak pernah ada pemberitahuan, apalagi aliran dana. Faktanya tidak ada,” ujarnya dengan nada geram.
Budi juga menjelaskan bahwa dirinya justru berada di garis depan dalam memberantas situs-situs perjudian daring selama menjabat sebagai Menteri. Ia bahkan menantang pihak-pihak yang melontarkan tuduhan kepadanya untuk membuktikan dengan data otentik, terutama jejak digital yang bisa diverifikasi publik.
“Saya malah memimpin langsung pemberantasan situs judol secara masif. Coba saja cek rekam jejak digitalnya, semua ada. Jangan asal tuduh,” tantangnya.
Tiga Poin Klarifikasi
Dalam upaya meluruskan informasi yang simpang siur, Budi membeberkan tiga poin penting sebagai bukti bahwa dirinya tidak terlibat dalam praktik perlindungan situs judol:
-
Tidak Pernah Ada Komunikasi Soal Jatah 50 Persen
Budi menegaskan, tidak pernah sekalipun para pelaku menyampaikan atau membicarakan rencana pemberian uang kepadanya. “Kalau mereka berani bilang, pasti saya proses hukum saat itu juga,” katanya. -
Tidak Tahu-Menahu Praktik Bawahannya
Ia mengaku baru mengetahui adanya praktik jahat tersebut setelah kasus mencuat ke publik dan diselidiki pihak kepolisian. “Saya tidak pernah diberi tahu. Semua terbongkar setelah ada penyelidikan.” -
Tidak Ada Aliran Dana
“Ini poin paling penting. Tidak ada aliran dana ke saya. Bagi saya, ini sudah cukup menjadi bukti kuat bahwa saya tidak terlibat,” ujarnya menegaskan.
Jual Nama Menteri?
Lebih lanjut, Budi mengkritik keras para pelaku yang menurutnya telah “menjual” namanya demi memperlancar kejahatan mereka. Ia menyebut tindakan itu sebagai modus klasik untuk memberikan kesan bahwa praktik mereka mendapat restu dari pejabat tinggi, padahal tidak demikian.
“Itu hanya akal-akalan mereka. Mereka jual nama menteri supaya seolah-olah dapat perlindungan. Tapi semua itu bohong belaka,” katanya.
Harapan untuk Publik dan Penegak Hukum
Budi Arie berharap masyarakat tidak mudah terjebak dalam narasi yang menyesatkan. Ia mengajak publik untuk melihat kasus ini secara jernih dan rasional, serta tidak mudah termakan informasi yang belum terbukti kebenarannya.
“Kita tidak boleh membiarkan fitnah seperti ini meracuni nalar publik. Saya percaya penegak hukum bisa bekerja profesional, menuntaskan perkara ini dengan adil, tanpa intervensi,” ucap Budi mengakhiri pernyataannya.
Laporan ini menjadi bagian dari perkembangan terbaru dalam penanganan kasus judi online yang mengguncang tubuh Kementerian Komunikasi dan Digital. Sementara itu, aparat masih terus menelusuri jejak para pelaku dan kemungkinan keterlibatan pihak lain dalam jaringan perlindungan situs judol.
(Mond)
#JudiOnline #BudiArieSetiadi #Hukum