Tragedi di Balik Pintu Klinik: Dokter Dewi Dianiaya Owner Tempatnya Bekerja, Kini Pelaku Jadi Tersangka
Ilustrasi pemukulan.
D'On, Deli Serdang - Malam itu, langit Kecamatan Sunggal tampak biasa saja, namun di salah satu sudut Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, sebuah kejadian mengejutkan terjadi dalam sunyi di balik pintu sebuah ruangan klinik yang seharusnya menjadi tempat penyembuhan, justru berubah menjadi arena kekerasan.
Dokter Dewiyana Susi Simbolon, perempuan muda yang dikenal tenang dan berdedikasi dalam pekerjaannya, tak pernah menyangka pertemuannya malam itu dengan pemilik klinik tempatnya bekerja akan berakhir tragis. Pria berinisial RI, yang selama ini ia kenal sebagai atasannya, berubah menjadi sosok agresif yang membuatnya trauma secara fisik dan emosional.
Menurut penuturan kuasa hukumnya, Redyanto Sidi, peristiwa kelam ini terjadi pada Senin malam, 4 November 2024. Sekitar pukul 20.00 WIB, Dewi dipanggil oleh RI ke sebuah ruangan di klinik. Pemanggilan itu tampak biasa saja sebuah ajakan berbincang empat mata, yang menurut Redyanto, membahas persoalan pribadi antara RI dan rekan Dewi. Namun di balik percakapan itu, muncul kecurigaan yang menjadi pemicu awal kekerasan.
RI, seolah terbakar emosi, menuduh Dewi merekam percakapan mereka secara diam-diam. Padahal kenyataannya, handphone milik Dewi hanya bergetar karena panggilan masuk dari ibunya yang sedang berada di Medan.
“Ketika handphone korban bergetar, RI langsung merampas ponsel tersebut. Dewi yang merasa tak bersalah tentu berusaha mempertahankannya. Tapi justru upaya mempertahankan hak atas barang pribadinya itu yang membuat RI melakukan tindakan kekerasan,” ujar Redyanto.
Pukulan, Tendangan, dan Ketakutan
Tak hanya merampas handphone, RI diduga langsung melakukan kekerasan fisik. Dewi dipukul, ditendang, bahkan disudutkan, dan ironisnya, aksi ini turut dibantu oleh beberapa staf klinik lainnya.
“Dia bukan hanya jadi korban satu orang, tapi juga mendapat tekanan dari orang-orang di sekitarnya. Meski bukti keterlibatan staf lain belum cukup kuat, kami meyakini peristiwa sebenarnya lebih dari sekadar satu pelaku,” jelas Redyanto.
Akibat kejadian itu, Dewi mengalami luka di berbagai bagian tubuhnya bibirnya pecah, kepalanya sakit akibat benturan, serta memar di tangan dan kaki. Keesokan harinya, ia langsung melaporkan kejadian tersebut ke Polrestabes Medan.
Dokumentasi visum menyebutkan dengan jelas adanya luka-luka yang dideritanya, menguatkan laporan bahwa kekerasan memang benar terjadi.
Polisi Tetapkan Tersangka, Tapi Belum Ditahan
Kasat Reskrim Polrestabes Medan, AKBP Bayu Putro, membenarkan bahwa RI kini telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini. Namun, ia tak merinci kapan penetapan status itu dilakukan.
“Laporan korban telah naik ke tahap penyidikan dan penetapan tersangka telah dilakukan beberapa waktu lalu,” ujar Bayu dalam keterangannya kepada media.
Pihak kepolisian juga telah melayangkan surat pemanggilan pertama kepada RI. Sayangnya, hingga kini, RI belum menjalani penahanan.
Redyanto berharap proses hukum dapat berjalan transparan dan adil. Ia juga menekankan pentingnya pihak penyidik mengungkap motif sesungguhnya di balik penganiayaan tersebut, yang hingga kini masih menjadi misteri.
“Korban hanya ingin keadilan. Ia tidak menyangka seseorang yang memiliki posisi terhormat sebagai pemilik klinik bisa berubah menjadi pelaku kekerasan seperti itu,” ucapnya.
Kisah ini bukan hanya tentang satu orang dokter yang menjadi korban kekerasan. Ini adalah potret suram bagaimana kekuasaan, relasi kerja, dan persoalan pribadi bisa bercampur menjadi ledakan tak terduga. Dan sayangnya, seperti dalam banyak kasus kekerasan lainnya, perempuan lagi-lagi menjadi korban.
(Mond)
#DokterAniayaDokter #Penganiayaan #Kriminal