Breaking News

Setelah Mendapatkan Sorotan: PSI Tertahan di 3,13 Persen Suara

Kaesang Pangarep, Ketua Umum baru Partai Solidaritas Indonesia (tengah), didampingi Grace Natalie (kiri) dan Giring Ganesha (kanan) pada acara Deklarasi Politik PSI di Djakarta Theater, Jakarta, Senin (25/9/2023).

D'On, Jakarta,-
Di tengah-tengah pemilu Indonesia 2024, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menjadi pembicaraan hangat, karena keberuntungan elektoralnya mengalami lonjakan tiba-tiba, melebihi 3 persen menurut data terbaru dari Sirekap KPU.

Pada Senin (4/3/2024) pukul 07:00 WIB, dengan 65,84 persen suara yang dihitung dari 542.021 tempat pemungutan suara di seluruh Indonesia, PSI telah mengumpulkan 2.404.199 suara, mencapai 3,13 persen dari total.

Angka ini mewakili peningkatan kecil dari perhitungan hari Minggu (3/3/2024) pukul 17:00 WIB, di mana PSI menerima 2.403.367 suara. Ini berarti ada penambahan sebanyak 832 suara dalam satu hari.

Stabilitas terbaru ini berbeda jauh dengan lonjakan cepat partai tersebut beberapa hari sebelumnya, di mana mereka mendapatkan 0,12 persen hanya dalam satu hari pada Jumat (1/3/2024), mengumpulkan sebanyak 103.481 suara dalam waktu 30 jam.

Namun, meskipun memiliki momentum elektoral ini, Grace Natalie, Wakil Ketua Dewan Pembina DPP PSI, bersikeras bahwa kesuksesan partainya tidak boleh menjadi bahan spekulasi atau informasi yang keliru. Dalam pernyataan yang dirilis pada Sabtu (2/3/2024), dia menekankan bahwa peningkatan suara PSI adalah fenomena yang wajar dan tidak boleh diselidiki secara berlebihan.

"Yang tidak masuk akal adalah ketika pihak-pihak tertentu mencoba memanipulasi opini publik dengan mempertanyakan fenomena ini," tegas Grace. Dia mendesak semua pihak untuk adil dan proporsional dalam penilaian mereka, memperingatkan agar tidak menyebarluaskan opini yang menyesatkan.

"Kita harus menunggu hasil perhitungan akhir dari KPU. Janganlah kita menyebarkan opini yang menyesatkan," tambahnya.

Selanjutnya, Grace menunjukkan bahwa perbedaan antara hitung cepat dan tabulasi resmi KPU bukanlah hal yang unik bagi PSI, dengan menyinggung contoh seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKB) dan Partai Gelora, yang juga mengalami variasi antara proyeksi awal dan perhitungan resmi.

"Mengapa PSI dipilih sebagai sasaran penyelidikan? Bukankah fluktuasi umum di antara partai lain? Dan bukankah ini wajar mengingat proses penghitungan suara masih berlangsung?" tanyanya.

Mengingat pengamatan ini, Grace mengungkapkan keheranan atas fokus yang tidak proporsional pada kinerja elektoral PSI dan menegaskan perlunya keadilan dan ketidakberpihakan dalam penilaian hasil semua partai.

Dengan menjelajahi perjalanan elektoral PSI dan tanggapan Grace Natalie, jelas bahwa sementara lonjakan tiba-tiba partai ini menarik perhatian, penting untuk menyelami konteks perkembangan ini dalam lanskap elektoral yang lebih luas untuk menghindari penafsiran yang keliru dan penyebaran informasi yang salah.

(*)

#PSI #KPU #Sirekap #Politik