Breaking News

Profil Perdana Menteri Prancis Termuda Gabriel Attal yang Menyukai Sesama Jenis

Gabriel Attal Perdana Mentri Prancis Penyuka Sesama Jenis 

D'On, Prancis,-
Presiden Prancis Emmanuel Macron telah menunjuk Gabriel Attal sebagai perdana menteri. Attal adalah perdana menteri termuda dan pertama yang terbuka menyukai sesama jenis atau gay.

Gabriel Attal yang berusia 34 tahun, pernah menjadi juru bicara pemerintah dan menjabat sebagai menteri pendidikan. Dia diangkat menjadi Perdana Menteri Prancis setelah Elisabeth Borne mengundurkan diri pada Senin (8/1/2024), akibat dari ketegangan politik terkait dengan perubahan undang-undang imigrasi.

Berikut ini profil Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal dikutip dari berbagai sumber, pada Rabu (10/1/2024).

Profil Gabriel Attal
Gabriel Attal de Couriss yang dikenal dengan Gabriel Attal merupakan putra dari Yves Attal, seorang pengacara dan produser film keturunan Yahudi Tunisia yang meninggal pada 2015 dan Marie de Couriss yang merupakan keturunan Kristen Ortodoks dari Odessa.

Dia dibesarkan di Paris bersama ketiga adik perempuannya. Berkaitan dengan keyakinan yang dianut, Attal pernah mengatakan ayahnya berkata “Mungkin kamu Ortodoks tetapi kamu akan merasa Yahudi sepanjang hidupmu, terutama karena kamu akan menderita antisemitisme karena namamu.”

Attal menempuh pendidikan di Ecole Alsacienne, sekolah swasta pilihan bagi orang tua terkemuka di bidang politik dan seni di Paris distrik ke-6. Pelajaran bahasa Inggris diwajibkan sejak tingkat dasar di sekolah tersebut.

Selama sekolah, ia pernah mengalami perundungan dan intimidasi dari teman-temannya. Setelah sarjana muda, ia belajar di Universitas Sciences Po yang bergengsi dan memperoleh gelar master dalam bidang hubungan masyarakat.

Ambisi politiknya muncul ketika ia ikut serta dalam  demonstrasi menentang Jean-Marie Le Pen ketika pemimpin sayap kanan itu terpilih dalam pemilihan presiden putaran kedua melawan Jacques Chirac pada 2002.

Attal kemudian bergabung dengan Partai Sosialis pada 2006 dan mendukung calon presidennya dari partai yang sama, SĆ©golĆØne Royal pada Pemilu 2007.

Dia memiliki pengalaman kerja di kantor Menteri Kesehatan Marisol Touraine pada 2012. Dia diajak oleh salah satu ibu dari teman sekelasnya untuk bekerja di kementerian tersebut pada usia 23 tahun.

Pada 2016, Attal meninggalkan Partai Sosialis untuk bergabung dengan partai politik sentris Macron yang baru lahir, En Marche yang kemudian berganti nama menjadi La RĆ©publique En Marche (LREM).

Sejak saat itu, kariernya di dunia politik tidak dapat dihentikan dan sama cepatnya dengan pemimpin yang ia segani yaitu Macron.

Pada usia 29 tahun, ia diangkat menjadi sekretaris negara di kementerian pendidikan, menjadi anggota pemerintahan termuda di bawah Republik Kelima yang terbentuk pada Oktober 1958.

Dia pernah memegang beberapa jabatan politik penting, termasuk kepala LREM, juru bicara pemerintah, menteri keuangan publik, serta menteri pendidikan. Attal terpilih menjadi anggota Assemblee National pada Juni 2023.

Attal pernah menjalin hubungan dengan Stephane Sejourne, seorang anggota Parlemen Eropa dan sekretaris jenderal partai yang berkuasa sekarang bernama Renaissance yang merupakan salah satu penasihat politik Macron hingga 2021.

Dalam dekade terakhir, politik Attal tampaknya telah bergeser dari kiri-tengah ke kanan-tengah. Pada 2018, ia menanggapi pemogokan yang dilakukan oleh staf di Societe Nationale des Chemins de fer Francais (SNCF), sebuah perusahaan kereta api nasional.

Attal pernah mengatakan Prancis harus keluar dari budaya pemogokan dan menuduh para pelajar yang memprotes perubahan sistem pendidikan sebagai Bourgeois Bohemian (Bobo) yang egois.

Bobo mengacu pada gaya hidup yang mencampurkan elemen-elemen dari kelas borjuis (kelas menengah atas) dengan gaya hidup bohemia (kebebasan artistik dan kebebasan berekspresi).

Macron yang pernah dikenal sebagai anak emas politik Prancis karena masa mudanya, dinamisme dan ambisinya akan mengandalkan Attal yang muda, dinamis serta ambisius untuk memperkuat pemerintahan yang lemah.

Hal itu karena kurangnya mayoritas parlemen dan membangkitkan semangat generasi muda yang kecewa menjelang pemilu di Eropa.


(*)

#GabrielAttal #PerdanaMenteriGay #Internasional #Prancis

No comments