Breaking News

Kim Jong-un Lakukan Langkah Kontroversial, Robohkan Monumen Perdamaian dengan Korsel

Kim Jong Un 

D'On, Korea Utara,
peristiwa dramatis terjadi ketika monumen reunifikasi yang melambangkan harapan bersatu kembali dengan Korea Selatan dihancurkan, menciptakan gelombang ketegangan baru antara kedua negara tetangga tersebut. Tindakan ini terjadi hanya beberapa hari setelah pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, secara tegas menyatakan bahwa reunifikasi damai antara Korea Utara dan Selatan tidak lagi mungkin terjadi.

Menurut laporan dari situs web NK News, Gerbang Reunifikasi, sebuah simbol penting yang dibangun pada tahun 2000 setelah pertemuan puncak antar Korea, telah menghilang dari citra satelit. Meskipun belum jelas kapan dan bagaimana video penghancuran ini dihapus, kepergian Gerbang Reunifikasi menandai langkah yang lebih jauh dalam meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.

Belum jelas kapan dan bagaimana video tersebut dihapus, demikian dikutip dari The Guardian, Sabtu (27/1/2024).

Kim Jong-un, dalam pernyataannya, menggambarkan monumen reunifikasi sebagai bangunan dengan lengkungan beton yang menggambarkan dua wanita, masing-masing dari Utara dan Selatan, memegang lambang semenanjung Korea. Pemimpin Korea Utara tersebut bahkan mengusulkan amendemen konstitusi negaranya untuk mencerminkan perubahan status Korea Selatan sebagai musuh utama, menandai akhir kebijakan resmi yang telah ditekankan selama beberapa dekade terkait penyatuan kembali antara rezim otokratis Korea Utara dan Korea Selatan yang demokratis.

Monumen yang hancur, secara resmi dikenal sebagai Monumen Tiga Piagam Reunifikasi Nasional, memiliki tinggi sekitar 30 meter dan melambangkan kemandirian, perdamaian, dan kerja sama nasional, menurut catatan pemerintah Korea Selatan. Bangunan tersebut terletak di Reunification Highway yang menghubungkan Pyongyang ke perbatasan bersenjata dengan Korea Selatan, dan awalnya didirikan untuk memperingati rencana reunifikasi yang diajukan oleh kakek Kim, pendiri Korea Utara, Kim Il-sung.

Kehilangan simbolis ini menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut terkait kemungkinan tindakan lebih provokatif yang mungkin diambil oleh Korea Utara dalam hubungannya dengan Korea Selatan dan sekutunya. Langkah ini terjadi beberapa bulan sebelum pemilihan presiden di Amerika Serikat, menambah kompleksitas dan ketidakpastian dalam dinamika geopolitik di kawasan tersebut.

(*)

#Internasional #KoreaUtara #KimJongUn