Breaking News

Mahasiswi Diteror Video Call Cabul, UIN Alauddin Diminta Kasus Ini Ditangani Serius


D'On, Makassar (Sulsel),-
Mahasiswi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar diteror video call yang berujung tindakan perbuatan cabul. Kejadian tak mengenakan dialami beberapa mahasiswi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan.

El, mahasiswi di salah satu fakultas berlabel kampus peradaban tersebut, mengaku mendapatkan video call dari orang tak dikenal (OTK) pada Jumat 18 September 2020 sekira pukul 10.19 Wita. Panggilan itu awalnya tidak digubris, sampai panggilan kedua.

Panggilan ketiga, korban merasa ada hal yang mendesak video call itu, sehingga El mengangkatnya. Namun, saat telepon itu diangkat kamera handphone diarahkan ke alat kelamin si peneror.

"Langsung saya matikan," kata El kepada wartawan di Makassar.

Setelah pelecehan itu, El lalu mencari tahu pemilik nomor telepon yang baru saja menerornya ke beberapa teman sesama mahasiswi dalam grup WhatsApp.

Beberapa orang rekan sekelasnya mengaku mendapat video call dari nomor orang tidak dikenal.

"Saya bilang jangan diangkat karena na kasih lihat itunya. Tapi adami tiga orang itu yang korban, satu kelasku. Dua di-video call begitu, kayak saya. Satu dikirimi video, pamer alat kelaminnya. Enam orang semua teman kelasku, tiga orang tidak sampai diangkat," ujar mahasiswi semester lima ini.

Sementara Pengurus Dewan Pendidikan Sulawesi Selatan meminta pimpinan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar diminta lebih serius merespons dugaan pelecehan seksual yang dialami sejumlah mahasiswi melalui panggilan video aplikasi WhatsApp.

Ketus Dewan Pendidikan Sulsel, Adi Suryadi Culla menegaskan perlunya evaluasi di tingkat pimpinan baik universitas maupun fakultas sejajaran, untuk menindaklanjuti kejadian yang tak mengenakan terhadap sejumlah mahasiswi di salah satu jurusan.

"Makanya hal itu seharusnya dilihat secara serius. Sebelum menimpa lebih banyak korban lagi. Apalagi ini mahasiswi dan berada dalam satu naungan institusi perguruan tinggi malah. Itu penting pimpinan memproteksi anak didiknya, dari perilaku melenceng dari norma sosial," kata Adi, Rabu (23/9/2020).

Menurut dia kasus-kasus serupa sudah pernah heboh di lingkungan kampus, namun seiring berjalannya waktu hilang tanpa ada hasil. Kasus dugaan pelecehan seksual, kata Adi, penting ditindaklanjuti secara serius, bukan malah didiamkan.

Apalagi, lanjut Adi, pihaknya sangat prihatin terhadap kasus dugaan pelecehan seksual menimpa mahasiswi yang notebene sedang menuntut ilmu, praktis pihak kampus menjadi tameng pelindung mereka sebagai pengganti orang tua.

"Kita sangat prihatin, korban ini calon pemimpin bangsa, kader pelanjut. Kasus ini harus diusut, dilaporkan. Pihak pimpinan harus membicarakan internal, dan melibatkan kepolisian. Tidak didiamkan. Pelakunya harus ditemukan dan diberi efek jera, mendapat hukuman yang pantas," tegasnya.

Sementara itu, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UIN Alauddin, Prof Darussalam menyatakan sejauh ini kasus pelecehan seksual melalui daring itu telah diserahkan penuh ke pihak fakultas dan sementara dalam proses investigasi internal mereka.

"Kami hanya mengimbau untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan, serta meminta kerjasama dan keikutsertaan orang tua atau keluarga mahasiswa dalam membimbing anak-anaknya sangat dibutuhkan. Proses hukumnya sudah diserahkan ke fakultas," tutur Darussalam.

(mond/okz)