Breaking News

Reno, Anjing Pelacak yang Gugur Demi Kemanusiaan: Kisah Pengabdian di Tanah Bencana Agam

Ilustrasi anjing pelacak. ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/YU

D'On, Kabupaten Agam
- Di tengah tanah berlumpur, reruntuhan kayu, dan aroma duka yang masih pekat di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, seekor anjing Belgian Malinois bernama Reno menghabiskan napas terakhirnya. Bukan dalam kehangatan kandang atau di pangkuan pawangnya, tetapi di garis paling depan operasi kemanusiaan, saat ia berupaya menemukan korban yang masih tertimbun longsor.

Reno, anggota Unit Polsatwa Ditsamapta Polda Riau, gugur pada Minggu (30/11/2025) sekitar pukul 12.30 WIB tak lama setelah tubuhnya menunjukkan tanda-tanda kelelahan ekstrem akibat operasi SAR yang berlangsung intens di medan sulit.

Diterjunkan ke Zona Bencana yang Paling Parah

Reno tiba di Agam pada Sabtu, 29 November, sebagai bagian dari Operasi Aman Nusa II, bersama satuan Polda Riau yang diperbantukan untuk bencana besar di Sumatera Barat. Bencana banjir dan longsor pada akhir November 2025 itu tercatat sebagai salah satu bencana hidrometeorologis paling mematikan sepanjang tahun, dengan jumlah korban tewas mencapai 776 jiwa menurut BNPB per 4 Desember.

Agam termasuk wilayah dengan titik longsor terdalam dan akses paling berbahaya. Material tanah keras bercampur batu, batang pohon, dan puing rumah menutupi beberapa area hingga belasan meter. Dalam kondisi seperti inilah Reno dibutuhkan.

Dengan pengalaman lebih dari delapan tahun sebagai anjing pelacak spesialis SAR, Reno diterjunkan untuk melacak keberadaan jenazah yang tertimbun. Di usia 8 tahun 4 bulan usia matang tetapi mendekati masa pensiun Reno masih menunjukkan kesiapan penuh. Ia tiba di lapangan dengan antusiasme khas K9 berprestasi.

Pencarian Intens dan Pertanda Kelelahan

Pada Minggu pagi pukul 11.00 WIB, Reno mulai bekerja. Tim SAR mengandalkan insting dan kemampuan olfaktori Reno untuk menemukan tanda keberadaan jenazah di balik timbunan yang tebal. Setiap langkah Reno menjadi penentu bagi keluarga korban yang menunggu kepastian nasib orang-orang yang mereka cintai.

Namun medan yang ekstrem lembap, licin, dan sarat material longsor memaksa Reno bekerja lebih berat dari biasanya.

Saksi mata menyebut Reno beberapa kali berhenti, mengatur napas, tapi tetap berusaha bergerak kembali. Pawangnya berulang kali menariknya untuk beristirahat, tetapi sifat Reno yang task-driven membuat ia terus ingin bekerja.

Sekitar pukul 12.00 WIB, Reno menunjukkan gejala kelelahan berat: nafas terengah, tungkai melemah, dan refleks motorik menurun drastis.

"Dia tiba-tiba lunglai," ujar salah satu personel Polsatwa.

Pukul 12.30 WIB, Reno tumbang. Tim langsung membawanya ke klinik hewan terdekat, namun setibanya di sana dokter menyatakan Reno sudah tidak dapat diselamatkan. Ia dinyatakan gugur dalam tugas.

Upacara Kedinasan dan Duka di Tubuh Kepolisian

Reno dimakamkan dengan penghormatan kedinasan di Markas Polda Riau. Upacara dipimpin langsung oleh Direktur Samapta Polda Riau, Kombes Syahrial M Abdi.

Reno gugur dalam tugas negara saat membantu operasi kemanusiaan di Kabupaten Agam. Dedikasinya patut diteladani. Kami merasa kehilangan yang sangat mendalam,” ujar Kabid Humas Polda Riau, Kombes Anom Karibianto.

Bagi para pawang dan personel yang sehari-hari melatih dan merawat Reno, kepergiannya meninggalkan luka tersendiri. K9 bukan sekadar hewan tugas; mereka adalah rekan kerja yang loyal, penyelamat yang bekerja tanpa pamrih.

Sorotan Komunitas: Beban Kerja K9 Perlu Dievaluasi

Kisah gugurnya Reno memicu keprihatinan luas, termasuk dari komunitas pecinta hewan. Animal Stories Indonesia melalui akun @animalstoriesindonesia menyoroti jam kerja K9 di lapangan.

Mereka mengingatkan bahwa standar internasional menyatakan:

  • 30 menit kerja per sesi untuk K9 SAR
  • Diikuti waktu istirahat yang cukup
  • Total kerja maksimal 4 jam per hari
  • Operasi 24 jam harus dilakukan bergantian, bukan memforsir satu anjing

“K9 bukan mesin, mereka hidup, bernapas, dan punya batas fisik,” tulis mereka.

Sorotan ini memicu diskusi tentang tata kelola pelibatan anjing pelacak dalam operasi bencana yang sering kali berlangsung nonstop di tengah tuntutan situasi darurat.

Reno: Lebih dari Sekadar K9

Dalam dunia K9, anjing pelacak seperti Reno adalah pahlawan yang jarang disorot. Mereka tak bicara, tak mengeluh, namun mengabdikan seluruh hidupnya untuk membantu manusia baik dalam pencarian korban, pelacakan kriminal, hingga penyelamatan bencana.

Reno telah menyelesaikan puluhan operasi selama kariernya. Ia menjadi andalan tim SAR dalam mencari korban hilang atau tertimbun di sejumlah wilayah di Sumatera.

Dan pada akhirnya, ia memberikan nyawanya dalam tugas yang sama: tugas yang sarat dedikasi, keberanian, dan kesetiaan.

Warisan Pengabdian

Kematiannya menyisakan duka tetapi juga pesan penting tentang kemanusiaan, empati terhadap hewan yang bekerja untuk kita, serta perlunya manajemen operasi yang lebih aman bagi K9.

Reno mungkin telah pergi, tetapi jejak pengabdiannya tetap tertinggal: di tanah basah Agam, di hati para pawangnya, dan dalam sejarah kecil para penyelamat yang bekerja tanpa suara.

Reno bukan sekadar gugur di medan tugas. Ia menjadi simbol bahwa penyelamatan tidak selalu dilakukan oleh manusia kadang, oleh sahabat berkaki empat yang tak meminta apa-apa, kecuali kepercayaan.

(Mond)

#AnjingPelacak #K9 #Peristiwa #BanjirSumbar