Breaking News

Kepala BNPB: Sumatra Barat Mulai Bangkit di Hari Ketiga, Pemulihan Berjalan dalam Lintasan Panjang

Sejumlah rumah warga di Jorong Toboh, Nagari Malalak Timur, Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, rusak parah sudah diterjang banjir bandang. (Dok Ist)

D'On, Sumatera Barat
- Sumatra Barat menghela napas sedikit lebih lega di hari ketiga pascabencana. Di balik bongkahan lumpur yang mulai mengering dan jalanan yang masih retak seperti urat tanah yang lelah, tanda-tanda pemulihan perlahan muncul.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyampaikan bahwa penanganan pascabencana menunjukkan kemajuan nyata. Cuaca telah bersahabat  setidaknya sementara  dan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) terus diperkuat sebagai upaya menahan ritme hujan yang sempat membadai.

Sumatra Barat sudah lebih pulih di hari ketiga. Sekarang tidak ada hujan, dan OMC masih terus berjalan,” kata Suharyanto, dikutip dari Antara, Senin (1/12/2025).
Pernyataannya bukan sekadar laporan rutin, melainkan gambaran optimisme berhati-hati di atas lahan yang masih rapuh.

KORBAN: Angka yang Mewakili Duka Panjang

Data terkini memaparkan skala kerusakan yang masih menyisakan pekat di benak banyak keluarga:

  • 129 orang meninggal dunia
  • 118 orang masih hilang
  • 16 orang luka-luka

Di Kabupaten Agam, duka paling pekat terasa. Wilayah ini mencatat 87 korban meninggal dan 76 orang masih hilang, menjadikannya episentrum bencana kali ini.

Sementara di Padang Pariaman, sejumlah warga mulai memberanikan diri pulang pada siang hari. Mereka kembali menapak pintu rumah yang telah diselimuti lumpur, membersihkan puing-puing dan perabot yang rebah, sebelum kembali bermalam di posko karena listrik belum stabil dan kekhawatiran masih mengambang.

Secara keseluruhan, delapan kabupaten/kota terdampak:
Agam, Solok, Pesisir Selatan, Padang, Padang Panjang, Pariaman, Tanah Datar, dan Bukittinggi.

Jumlah pengungsi melonjak hingga 77.918 jiwa, sebagian besar masih menjalani ritme “pulang–membersihkan kembali mengungsi” setiap hari.

INFRASTRUKTUR: Luka-Luka Fisik yang Harus Dijahit

Kerusakan infrastruktur masih menjadi simpul masalah yang menghambat banyak upaya pemulihan:

  • jembatan terputus
  • jalan amblas
  • jalur nasional dan provinsi lumpuh di beberapa titik

Jalur nasional di Padang Panjang dan Sicincin masih belum tersambung. Arus logistik harus berputar jauh, membuat distribusi bantuan menjadi perjalanan yang lebih panjang dan melelahkan.

BNPB mengirim bantuan berupa sembako, makanan siap saji, perlengkapan kebersihan, selimut, tenda, hingga alat berat. Para personelnya yang sudah empat hari menjejak lumpur tanpa henti  tersebar di titik-titik paling kritis.

“Semua berjalan sesuai rencana,” kata Suharyanto, dengan nada yang menandai kerja panjang yang masih belum setengah jalan.

JALUR DARAT MASIH TERBUKA, ARMADA UDARA DIPAKAI SECARA TERARAH

Meski situasi darat tidak ideal, jalurnya masih bisa dilalui, sehingga penggunaan armada udara dilakukan selektif untuk kebutuhan tergenting.

Armada yang diterjunkan:

  • 1 helikopter BNPB
  • 1 pesawat fixed wing
  • 1 helikopter Basarnas

Dari Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Sumbar, tercatat 131 personel diterjunkan khusus untuk menangani banjir, galodo, sedimentasi sungai, dan kerusakan irigasi.

Fokus utama saat ini adalah pemulihan aliran sungai dan penyaluran air bagi permukiman serta pertanian  dua nadi penting bagi kehidupan warga.

Alat berat yang digunakan meliputi:

  • excavator
  • mini excavator
  • long arm excavator

Di titik yang tidak bisa dimasuki mesin, warga dan relawan mengandalkan tenaga manual: cangkul dan sekop menjadi senjata sederhana dalam mengurai material banjir.

KONDISI ATMOSFER: SENYAR MENJAUH, TAPI LANGIT MASIH MENYIMPAN POTENSI

Kepala Stasiun Meteorologi Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan, memastikan bahwa Ex-Siklon Tropis Senyar telah bergerak menjauh dari Indonesia. Namun, Sumatra Barat masih berada pada puncak musim hujan hingga akhir Desember.

Faktor atmosfer seperti IOD, suhu muka laut yang hangat, dan konvergensi angin terus mengumpan uap air. Dalam bahasa awam: langit belum tenang, awan belum selesai bercerita.

“Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan karena potensi hujan lebat masih ada dalam sepekan ke depan,” ujarnya.

BMKG mendorong warga untuk kembali ke rumah secara bertahap, sambil tetap memperhatikan kondisi lingkungan dan potensi cuaca ekstrem.

Daerah dengan kewaspadaan tinggi mencakup 16 kabupaten/kota, termasuk
Kepulauan Mentawai, Pasaman Barat, Agam, Bukittinggi, Tanah Datar, Padang Panjang, Padang Pariaman, Pariaman, Padang, Pesisir Selatan, Pasaman, Lima Puluh Kota, Payakumbuh, Sawahlunto, Kabupaten Solok, Kota Solok, dan Solok Selatan.

“Yang terpenting adalah kesiapsiagaan semua pihak agar risiko bencana hidrometeorologi dapat ditekan sekecil mungkin,” ujarnya.

(L6)

#BanjirSumbar #Peristiwa #BNPB #SumateraBarat