Breaking News

Kenapa Hidup Selalu Terasa Miskin? Bisa Jadi Karena Hutang Tak Dibayar dan Harta Orang Lemah yang Dimakan

Ilustrasi 

Dirgantaraonline -
Dalam realitas kehidupan modern, kemiskinan sering dituding lahir dari faktor ekonomi, minimnya lapangan kerja, atau nasib yang tak berpihak. Namun Islam memandang persoalan ini lebih dalam dan lebih keras: kemiskinan yang terus melekat bisa menjadi akibat dosa sosial dan moral, terutama hutang yang disengaja tidak dibayar serta memakan harta orang-orang lemah, termasuk korban bencana alam.

Ini bukan sekadar persoalan finansial. Ini soal keberkahan yang dicabut, doa yang tertahan, dan hisab yang memberat di akhirat.

1. Hutang yang Diabaikan Menahan Jiwa, Doa, dan Amal

Rasulullah ﷺ tidak main-main dalam perkara hutang. Bahkan kematian pun tak serta-merta membebaskan seseorang darinya.

«نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ»
“Ruh seorang mukmin tergantung oleh hutangnya hingga hutang itu dibayar.”
(HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Hutang yang sengaja ditunda, padahal mampu membayar, adalah bentuk kezaliman. Ia menjadi penghalang terkabulnya doa dan penyebab amal kehilangan nilai. Tak heran bila hidup terasa sempit meski bekerja siang malam.

Allah berfirman:

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan musibah apa pun yang menimpa kalian adalah akibat perbuatan tangan kalian sendiri.”
(QS. Asy-Syura: 30)

2. Berniat Tidak Membayar Hutang: Jalan Menuju Murka Allah

Islam tidak hanya menilai perbuatan, tetapi juga niat. Hutang yang sejak awal diniatkan untuk tidak dibayar adalah kejahatan moral.

«مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ إِتْلَافَهَا لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ سَارِقٌ»
“Barang siapa berhutang dengan niat tidak membayarnya, ia akan bertemu Allah sebagai pencuri.”
(HR. Ibnu Majah)

Harta yang dibangun di atas kezaliman tidak akan membawa kelapangan. Ia mungkin tampak banyak, tapi habis tanpa rasa cukup, datang tanpa ketenangan, dan pergi tanpa bekas.

3. Hidup Gelisah, Hati Sempit: Dosa yang Tak Diselesaikan

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa dosa yang ditunda taubatnya akan melahirkan kesempitan dada dan kegelisahan hidup. Hutang yang diabaikan termasuk di dalamnya.

Orang yang hidup dengan hutang yang tak diurus:

  • Tak tenang saat tidur
  • Gelisah saat rezeki datang
  • Tak bahagia meski penghasilan naik

Allah menegaskan:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا
“Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh baginya kehidupan yang sempit.”
(QS. Thaha: 124)

4. Memakan Harta Orang Lemah: Dosa yang Mengundang Kehancuran

Lebih kejam lagi adalah memakan harta orang yang sangat membutuhkan, termasuk bantuan korban bencana alam: dana bansos, zakat, infak, logistik kemanusiaan, atau sumbangan publik.

Mereka yang mencuri, memotong, atau memanfaatkan dana bencana untuk kepentingan pribadi bukan hanya korup, tetapi melahap api neraka.

Allah berfirman dengan bahasa yang sangat keras:

إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَىٰ ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta orang lemah secara zalim, sejatinya mereka menelan api ke dalam perut mereka.”
(QS. An-Nisa: 10)

Korban bencana adalah manusia paling lemah pada saat itu. Memakan hak mereka sama dengan menggali kubur bagi keberkahan hidup sendiri.

5. Dijauhkan dari Pertolongan Allah dan Berat di Akhirat

Amanah adalah syarat turunnya pertolongan Allah. Siapa yang mengkhianatinya—baik hutang pribadi maupun amanah publik—akan berjalan sendiri tanpa bantuan langit.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.”
(HR. Muslim)

Jika syahid saja tertahan karena hutang, bagaimana dengan kita yang hidup biasa, penuh kelalaian?

Miskin Bukan Selalu Kurang Kerja, Bisa Jadi Kurang Amanah

Islam tidak mengajarkan pasrah dalam kemiskinan, tapi juga tidak menoleransi kekayaan yang lahir dari kezaliman.
Lunasi hutang. Kembalikan hak orang lemah. Bersihkan harta.

Karena janji Rasulullah ﷺ adalah nyata:

«مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ»
“Barang siapa mengambil harta orang lain dengan niat membayarnya, Allah akan membantu melunasinya.”
(HR. Bukhari)

Ini bukan sekadar urusan uang. Ini soal keselamatan hidup, keberkahan rezeki, dan nasib di akhirat.

(***)

#Islami #Religi #Hutang