Gempa Pasaman M 4,7 Rusak Puluhan Rumah di Agam, Warga Trauma dan Mengungsi

Tiang rumah warga Agam retak akibat gempa tektonik magnitudo 4,7 yang berpusat di darat, Minggu 26 Desember 2025. (Istimewa/Istimewa)
D'On, Agam, Sumatera Barat — Gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 4,7 mengguncang wilayah Kabupaten Agam dan sekitarnya, Minggu (28/12/2025). Meski berkategori gempa menengah, guncangan dangkal yang dipicu aktivitas Sesar Kajai–Talamau ini menimbulkan kerusakan serius pada puluhan rumah warga, terutama di Kecamatan Palembayan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat episentrum gempa berada di darat, dengan kedalaman 10 kilometer, sekitar 19 kilometer barat daya Bonjol, Kabupaten Pasaman. Kedalaman yang relatif dangkal menyebabkan getaran dirasakan cukup kuat dan merata di berbagai wilayah Sumatera Barat.
Data sementara yang dihimpun oleh Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Kecamatan Palembayan menunjukkan sedikitnya 10 rumah mengalami rusak berat, sementara 15 rumah lainnya terdampak dengan tingkat kerusakan sedang hingga ringan. Kerusakan dominan terlihat pada struktur utama bangunan, seperti pilar yang retak, dinding bata terbelah, hingga plafon rumah yang runtuh sebagian.
Salah satu wilayah yang mengalami dampak terparah adalah Jorong Koto Alam. Ironisnya, posko kemanusiaan MDMC Muhammadiyah yang selama ini menjadi pusat koordinasi kebencanaan juga dilaporkan mengalami kerusakan struktural akibat guncangan gempa.
“Beberapa bangunan tidak lagi aman untuk ditempati. Pilar retak dan dinding terbelah cukup membahayakan jika terjadi gempa susulan,” ujar salah seorang relawan MDMC di lokasi kejadian.
Guncangan gempa tidak hanya dirasakan di Palembayan, tetapi juga menjalar ke wilayah lain seperti Kabupaten Pasaman Barat, Bukittinggi, Agam bagian timur, Padang Panjang, hingga Payakumbuh. Sejumlah warga mengaku panik dan berhamburan keluar rumah saat gempa terjadi, terutama mereka yang berada di bangunan bertingkat.
BMKG juga mengonfirmasi bahwa satu kali gempa susulan (aftershock) telah tercatat pascagempa utama. Kondisi ini menambah kekhawatiran warga, mengingat banyak bangunan yang sudah mengalami keretakan dan berpotensi roboh jika diguncang kembali.
Hingga Minggu sore, relawan MDMC bersama aparat pemerintah daerah, TNI-Polri, dan perangkat nagari masih melakukan pendataan lanjutan dan peninjauan lapangan untuk memastikan tingkat kerusakan serta kebutuhan mendesak warga terdampak. Belum ada laporan korban jiwa, namun sejumlah warga memilih mengungsi sementara ke tempat yang dianggap lebih aman.
Petugas mengimbau masyarakat agar tidak memaksakan diri tinggal di bangunan yang retak atau rusak, serta tetap waspada terhadap kemungkinan gempa susulan. Warga juga diminta mengikuti arahan resmi dari BMKG dan pihak berwenang demi keselamatan bersama.
Gempa ini kembali mengingatkan bahwa wilayah Sumatera Barat berada di zona rawan aktivitas tektonik, sehingga kesiapsiagaan dan ketahanan bangunan menjadi faktor krusial dalam meminimalkan risiko bencana.
(Mond)
#GempaBumi #SumateraBarat #BMKG #Peristiwa