Breaking News

Dari Dapur Dharmasraya untuk Sumatra: Dua Ton Rendang, Seribu Kepedulian


D'On, Dharmasraya -
 Di tengah luka yang ditinggalkan bencana hidrometeorologi di berbagai penjuru Sumatra, dari tanah Minangkabau hingga Serambi Mekkah, sebuah ikhtiar kemanusiaan lahir dari dapur-dapur gotong royong di Dharmasraya. Bukan sekadar bantuan logistik, melainkan dua ton rendang makanan penuh makna, kehangatan, dan doa disiapkan untuk para korban bencana di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.

Aksi bertajuk “Dharmasraya Peduli” ini bukanlah kegiatan seremonial. Ia adalah denyut empati kolektif masyarakat Dharmasraya yang terwujud melalui keringat, api tungku, dan tangan-tangan perempuan yang bekerja tanpa pamrih demi saudara sebangsa yang sedang tertimpa musibah.

Rendang: Lebih dari Sekadar Makanan

Rendang dipilih bukan tanpa alasan. Di ranah Minang, rendang adalah simbol ketahanan, kesabaran, dan cinta yang dimasak perlahan. Dalam konteks bencana, rendang menjadi pesan kehadiran bahwa para korban tidak sendiri, bahwa ada tangan-tangan jauh yang ikut merasakan duka mereka.

Sebanyak 2 ton rendang akan dimasak secara massal dan dikemas menjadi 4.000 paket, siap didistribusikan ke lokasi-lokasi pengungsian. Rendang ini diharapkan tidak hanya mengenyangkan perut, tetapi juga menguatkan hati mereka yang kehilangan rumah, keluarga, dan rasa aman.

Dari Rapat ke Aksi Nyata

Semangat besar ini berawal dari sebuah rapat persiapan yang digelar pada Jumat (19/12/2025), dipimpin oleh Pj. Sekretaris Daerah Kabupaten Dharmasraya, Drs. Jasman Dt Bandaro Bendang, MM, atas arahan langsung Bupati Dharmasraya, Annisa Suci Ramadhani.

Rapat tersebut dihadiri unsur strategis lintas perangkat daerah dan organisasi masyarakat, mulai dari Plt. Asisten Pemerintahan dan Kesra Darisman, Kepala Dinas Sosial P3APPKB Martin Efendi, Kepala Dinas Kumperdag Alfiandri, hingga Kabid Pembinaan Ketenagaan Disdik Zulfahmi, bersama puluhan organisasi perempuan.

Di ruangan itu, yang dibahas bukan hanya angka dan logistik. Mereka merancang alur kerja kemanusiaan: mulai dari penyediaan bahan baku, pembagian peran antarorganisasi, teknis memasak bersama, mekanisme pengemasan, hingga distribusi agar bantuan tepat sasaran dan tepat waktu.

Dapur Gotong Royong di Halaman Kantor Bupati

Pada Senin (22/12/2025), halaman belakang Kompleks Kantor Bupati Dharmasraya akan berubah menjadi dapur raksasa. Wajan-wajan besar, bara api, aroma rempah, dan suara canda bercampur dengan keseriusan semuanya berpadu dalam satu tujuan: membantu sesama.

Yang terlibat bukan satu atau dua kelompok. Hampir seluruh elemen daerah turun tangan: OPD, kecamatan, pemerintah nagari, hingga organisasi perempuan seperti Dekranasda, TP PKK, DWP, Persit, Bhayangkari, IAD, Dharmayukti Karini, PIWR, DWP Kemenag, DWP Kantor Kemenhaj, DWP Lapas Kelas III, Bundo Kanduang, GOW Kabupaten Dharmasraya, dan berbagai organisasi perempuan lainnya.

Di balik apron dan jilbab kerja, ada ibu-ibu yang mungkin juga pernah merasakan kehilangan, tapi memilih berbagi kekuatan. Ada ASN yang meninggalkan rutinitas meja kerja demi mengaduk rendang berjam-jam. Semua setara di hadapan kemanusiaan.

Keamanan Pangan, Bentuk Tanggung Jawab Moral

Kesungguhan Pemkab Dharmasraya juga terlihat dari aspek keamanan pangan. Sebelum rendang diberangkatkan ke lokasi pengungsian, seluruh produk akan diawasi ketat oleh Loka POM dan Dinas Kesehatan, memastikan rendang yang dikirim aman, sehat, dan layak konsumsi.

Langkah ini menegaskan bahwa bantuan kemanusiaan bukan sekadar cepat, tetapi juga bertanggung jawab.

Pesan Bupati: Solidaritas yang Menguatkan Bangsa

Bupati Dharmasraya Annisa Suci Ramadhani menegaskan bahwa aksi ini merupakan refleksi nilai dasar masyarakat Dharmasraya: peduli, bersatu, dan tidak berpaling saat saudara sedang kesusahan.

“Ini adalah wujud kepedulian dan solidaritas kita terhadap saudara-saudara yang terdampak bencana. Lebih dari sekadar bantuan, ini adalah ikatan kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat,” ujarnya.

Ia berharap, rendang-rendang yang dikirim dari Dharmasraya dapat menjadi penguat semangat para korban untuk bangkit, sekaligus pengingat bahwa di balik bencana, selalu ada kemanusiaan yang menyala.

Ketika Duka Dijawab dengan Kepedulian

Di saat hujan dan banjir memisahkan keluarga, Dharmasraya memilih menyambung rasa. Dari dapur sederhana, lahir pesan besar: bahwa bangsa ini masih punya empati, masih punya gotong royong, dan masih percaya bahwa membantu sesama adalah panggilan nurani.

Dua ton rendang mungkin tak mampu menghapus duka. Namun di setiap suapannya, ada cinta, doa, dan harapan dari Dharmasraya, untuk Sumatra, untuk Indonesia.

(Papa Juan)

#BanjirSumbar #KabupatenDharmasraya