Belasan WNA China Penyerang Anggota TNI di Ketapang Ditangkap, Senjata Kejut dan Airsoft Gun Disita

Belasan WNA asal China ditangkap setelah menyerang lima anggota TNI dan sejumlah warga di area tambang emas PT SRM, Desa Pemuatan Batu, Kecamatan Tumbang Titi, Minggu (14/12/2025). (Foto: iNews).
D'On, KETAPANG — Ketegangan serius terjadi di kawasan tambang emas PT Sultan Rafli Mandiri (PT SRM), Desa Pemuatan Batu, Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Belasan warga negara asing (WNA) asal China akhirnya diamankan oleh Kantor Imigrasi Ketapang setelah diduga menyerang lima anggota TNI serta sejumlah warga sipil, Minggu (14/12/2025).
Insiden yang menggemparkan masyarakat setempat ini tidak hanya menimbulkan korban luka, tetapi juga menyebabkan kerusakan parah pada sejumlah kendaraan operasional perusahaan tambang. Aparat gabungan yang melakukan pengamanan di lokasi menemukan berbagai barang berbahaya, mulai dari senjata tajam, airsoft gun, hingga alat kejut listrik, yang diduga kuat digunakan para pelaku saat melakukan penyerangan.
Penyerangan Dipicu Aktivitas Drone Misterius
Berdasarkan informasi yang dihimpun, peristiwa bermula ketika petugas keamanan perusahaan bersama anggota TNI menindaklanjuti laporan adanya aktivitas drone mencurigakan yang terbang rendah di sekitar area tambang emas. Drone tersebut diduga digunakan untuk memantau atau merekam aktivitas di wilayah tambang yang berstatus objek vital.
Saat dilakukan penelusuran, aparat justru berhadapan langsung dengan sekelompok WNA asal China. Situasi yang awalnya berupa pemeriksaan mendadak berubah menjadi aksi brutal, ketika kelompok tersebut secara tiba-tiba melakukan penyerangan terhadap petugas keamanan dan anggota TNI yang berada di lokasi.
“Serangan berlangsung cepat dan agresif. Aparat diserang menggunakan senjata tajam dan alat kejut listrik,” ungkap sumber di lapangan.
Aparat TNI Jadi Sasaran, Negara Tak Tinggal Diam
Penyerangan terhadap aparat negara memicu reaksi keras. Kuasa hukum PT Sultan Rafli Mandiri, Muhamad Fajri, menegaskan bahwa tindakan tersebut tidak dapat ditoleransi dalam kondisi apa pun, terlebih melibatkan aparat keamanan negara.
“Kami sangat menyayangkan tindakan penyerangan tersebut. Ini bukan hanya menyerang perusahaan, tapi juga menyerang aparat negara. Kami meminta Polda Kalimantan Barat mengusut tuntas kasus ini secara transparan dan tegas,” ujar Muhamad Fajri kepada wartawan.
Ia juga menekankan bahwa keberadaan WNA di wilayah tambang harus tunduk pada hukum dan peraturan Indonesia, termasuk ketentuan keimigrasian dan keamanan nasional.
Imigrasi Bertindak, Proses Hukum Berjalan
Pasca-insiden, belasan WNA China yang terlibat langsung dalam penyerangan telah diamankan oleh Imigrasi Ketapang untuk menjalani pendataan intensif, pemeriksaan dokumen keimigrasian, serta proses hukum lanjutan.
Pihak Imigrasi menyatakan akan berkoordinasi dengan Polda Kalbar, TNI, dan instansi terkait guna memastikan apakah para WNA tersebut memiliki izin tinggal dan izin kerja yang sah, serta menelusuri kemungkinan pelanggaran pidana lainnya.
Tak tertutup kemungkinan, jika terbukti melanggar hukum berat, para pelaku terancam pidana serta deportasi, bahkan masuk dalam daftar hitam keimigrasian Indonesia.
Sorotan Publik dan Isu Keamanan Tambang
Kasus ini menjadi sorotan publik luas, terutama terkait pengawasan WNA di kawasan pertambangan dan keamanan objek vital nasional. Masyarakat mendesak pemerintah bertindak tegas agar kejadian serupa tidak terulang.
Hingga berita ini diturunkan, situasi di sekitar lokasi tambang telah dinyatakan kondusif, dengan pengamanan diperketat oleh aparat gabungan. Penyelidikan mendalam masih terus berlangsung untuk mengungkap motif, jaringan, serta tujuan sebenarnya dari aksi penyerangan yang melibatkan WNA tersebut.
Negara kini diuji: ketika aparat diserang di tanah sendiri, hukum harus berdiri paling depan.
(IN)
#WNAChinaSerangTNI #Peristiwa #TNI