Breaking News

Viral Video Diduga TNI Bekingi Perusahaan Minyak: TNI AL Bongkar Fakta Sebenarnya

Video Narasikan TNI Bekingi Perusahaan Minyak (Foto: Tangkapan Layar Instagram @badanintelenjenngopi)

D'On, Kangean
- Sebuah video berdurasi kurang dari satu menit mendadak menyulut kegaduhan di media sosial. Rekaman itu memperlihatkan ketegangan di tengah laut suara nelayan meninggi, kapal perusahaan energi terlihat tak jauh dari lokasi, dan dua anggota TNI AL tampak berdiri di atas perahu karet di antara dua kubu yang berseberangan.

Akun Instagram @badanintelenjenngopi pun mengunggah video tersebut dengan narasi provokatif: “Viral! Oknum TNI Bekingi Perusahaan Minyak di Kangean. Satu kapal besar datang, satu kampung bisa hancur.”
Narasi itu menyulut spekulasi liar mulai dari tuduhan keberpihakan TNI hingga dugaan intimidasi terhadap nelayan.

Namun benarkah demikian?

Kadispenal TNI AL Meluruskan: Video Sudah Dipotong, Narasi Terlanjur Menyesatkan

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal), Laksamana Pertama Tunggul, akhirnya angkat bicara. Ia menegaskan bahwa video viral tersebut tidak menampilkan keseluruhan kejadian sehingga memunculkan persepsi yang keliru di publik.

“Potongan video yang disampaikan itu tidak lengkap. Rekaman tersebut hanya menunjukkan momen ketika personel TNI AL menengahi protes sejumlah nelayan,” tegas Tunggul dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/11/2025).

Tunggul menepis keras tudingan bahwa anggotanya membekingi perusahaan minyak.
Menurutnya, TNI AL hadir bukan untuk memihak, melainkan sebagai mediator agar konflik antara masyarakat dan pihak perusahaan tidak berubah menjadi benturan terbuka di laut.

“Tidak ada prajurit yang membekingi perusahaan minyak mana pun. Kehadiran personel semata-mata untuk memediasi,” ujarnya.

Kronologi Sebenarnya: Mediasi di Tengah Laut, Bukan Pengawalan Perusahaan

Menurut penjelasan resmi yang disampaikan TNI AL, insiden itu terjadi saat kapal SK Carina milik PT Kangean Energi Indonesia (KEI) sedang melakukan Survei Seismik di wilayah perairan Pulau Kangean.
Kegiatan tersebut berada di bawah pengawasan SKK Migas, lembaga resmi pemerintah yang berwenang dalam industri hulu migas nasional.

Kehadiran kapal survei di area tangkap nelayan memicu protes dari warga setempat.
Di tengah situasi yang memanas itulah personel TNI AL datang—bukan untuk mengawal perusahaan, melainkan untuk memastikan dialog tetap berlangsung dan tidak berubah menjadi konflik fisik.

Di dalam video yang viral, bagian terpenting justru tidak muncul:
bagaimana TNI memisahkan kedua pihak dan membuka ruang komunikasi agar situasi tetap kondusif.

Tidak Ada Ketegangan Lanjutan, Persoalan Sudah Diselesaikan Damai

Tunggul memastikan bahwa insiden tersebut tidak berlanjut menjadi konflik berkepanjangan. Mediasi yang dilakukan di lokasi pada akhirnya mempertemukan titik tengah antara nelayan dan pihak pelaksana survei.

“Permasalahan antara nelayan dan pelaksanaan survei Seismik oleh Kapal SK Carina sudah menemukan titik tengah, dan permasalahan selesai dengan damai,” jelasnya.

Dengan demikian, isu bahwa “satu kapal besar bisa menghancurkan satu kampung” seperti narasi yang beredar dipastikan tidak benar dan tidak menggambarkan keadaan sebenarnya di lapangan.

Video Viral yang Meleset dari Konteks

Kasus ini kembali memperlihatkan bagaimana potongan video berdurasi pendek dapat memicu keributan besar bila berdampingan dengan narasi yang mengarah pada provokasi.
TNI AL menegaskan bahwa tugas mereka di laut meliputi menjaga keamanan, termasuk mencegah konflik antara masyarakat dan pihak korporasi bukan menjadi alat perusahaan.

Dalam kasus di Kangean, personel TNI AL justru berfungsi sebagai penengah, bukan “beking”.
Sayangnya, potongan video yang beredar tidak merekam keterlibatan lengkap mereka sebagai mediator.

(L6)

#Peristiwa #TNIAL #Viral #VidioViral