Tragedi di Tengah Pegunungan: 23 Warga Nduga Hilang Dihantam Banjir Bandang

Ilustrasi Banjir Bandang Foto: Igoy El Fitra/Antara
D'On, Nduga, Papua Pegunungan — Suasana duka menyelimuti Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Sejak Sabtu (1/11), wilayah yang dikelilingi perbukitan hijau itu berubah menjadi lautan lumpur dan batu setelah banjir bandang melanda dua distrik: Dal dan Yuguru. Hingga kini, sebanyak 23 orang masih dinyatakan hilang, diduga terseret derasnya arus Sungai Papan yang meluap tiba-tiba.
Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), data terbaru yang diterima dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nduga menunjukkan bahwa dari 23 korban hilang tersebut, 15 orang berasal dari Distrik Dal dan 8 orang lainnya dari Distrik Yuguru.
“BPBD bersama aparat pemerintah daerah dan masyarakat terus melakukan upaya pencarian terhadap para korban. Kondisi medan yang sulit dan cuaca yang masih tidak bersahabat menjadi tantangan tersendiri di lapangan,”
ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Minggu (8/11).
Detik-Detik Sungai Meluap
Banjir bandang terjadi pada Sabtu sore ketika hujan deras mengguyur wilayah pegunungan tanpa henti selama beberapa jam. Debit air di Sungai Papan meningkat drastis, menggerus tebing dan membawa material lumpur, batu, serta potongan kayu dari hulu. Beberapa warga yang sedang beraktivitas di sekitar sungai tidak sempat menyelamatkan diri.
Sejumlah saksi mata menyebutkan, air tiba-tiba datang dengan suara gemuruh. Dalam hitungan menit, aliran air berubah menjadi arus deras kecokelatan yang menghantam rumah dan kebun warga di Kampung Dal dan Kampung Silan.
“Kami hanya sempat berlari ke bukit. Saat menoleh, rumah sudah hilang. Banyak warga belum ditemukan,” tutur seorang warga yang selamat dengan suara bergetar.
Akses Sulit dan Cuaca yang Tak Bersahabat
Upaya pencarian korban dilakukan sejak hari pertama. Namun, akses menuju lokasi sangat terbatas. Jalur darat sebagian besar tertutup material longsor dan lumpur tebal. Petugas gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan masyarakat lokal harus berjalan kaki berjam-jam menembus medan berat, sambil membawa peralatan seadanya.
“Cuaca masih sering hujan. Kadang turun tiba-tiba dengan intensitas tinggi. Itu membuat operasi pencarian harus dihentikan sementara demi keselamatan tim,” ungkap Abdul Muhari menambahkan.
Selain mencari korban, tim juga terus melakukan pendataan dan pemutakhiran dampak bencana, termasuk kerusakan rumah, lahan pertanian, serta fasilitas umum yang terendam.
Peringatan Dini dan Ancaman Lanjutan
Sementara itu, BMKG mencatat bahwa wilayah Papua dan Papua Barat Daya masih berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang dalam beberapa hari ke depan. Peringatan dini cuaca ekstrem dikeluarkan pada Selasa (4/11) untuk wilayah Kabupaten Raja Ampat, yang berpotensi meluas ke Kabupaten Sorong dan Kota Sorong.
“Potensi ini masih dapat berlangsung hingga pukul 14.20 WIT. Kami imbau masyarakat tetap waspada terhadap kemungkinan banjir susulan maupun longsor,” tegas Abdul.
Imbauan Kesiapsiagaan dari BNPB
BNPB meminta agar pemerintah daerah, khususnya BPBD di tingkat kabupaten, terus memperkuat langkah pencegahan dan kesiapsiagaan. Diseminasi informasi peringatan dini harus dilakukan secara berkelanjutan, termasuk evakuasi warga di kawasan rawan bencana.
“Warga diimbau untuk selalu memantau informasi cuaca dari sumber resmi pemerintah, tidak hanya saat hujan turun, tetapi juga sebelum melakukan aktivitas di sekitar sungai atau lereng,” kata Abdul menutup pernyataannya.
Bumi Nduga yang Berduka
Kini, di balik keindahan alam Papua Pegunungan, desa-desa di Nduga sedang berjuang pulih dari bencana. Bau lumpur masih menyengat, rumah-rumah banyak yang rata dengan tanah, dan keluarga korban masih menanti dengan harapan berharap satu per satu nama yang hilang bisa ditemukan, hidup ataupun tidak.
Tragedi di Nduga menjadi pengingat bahwa alam yang indah juga menyimpan kekuatan besar yang dapat berubah menjadi bencana sewaktu-waktu. Dalam kesunyian pegunungan Papua, doa dan perjuangan masih berlanjut menanti kepastian nasib 23 jiwa yang hilang bersama arus Sungai Papan.
(K)
#Peristiwa #BanjirBandang #Papua