Breaking News

Tragedi di Balik Pintu Gelap Prostitusi: 4 PSK Positif Sifilis, 1 Hamil, dan Terlibat Kasus Pencurian

Empat PSK di Maumere Positif Sifilis, Satu Diketahui Tengah Hamil

D'On, Maumere, Sikka
– Sore yang tampak biasa di Kota Maumere, Senin 27 Oktober 2025, berubah menjadi momen yang membuka borok sosial yang selama ini tersembunyi di balik gemerlap kota pesisir Flores itu.

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Sikka kembali turun ke lapangan  bukan untuk memadamkan api, melainkan untuk membongkar jaringan prostitusi terselubung yang merajalela di jantung kota.

Dari sebuah rumah sederhana di Jalan Teka Iku, Kelurahan Nangameting, petugas menemukan enam perempuan muda yang hidupnya berpijak di antara kebutuhan ekonomi, godaan uang cepat, dan bayang-bayang penyakit menular.
Namun, hasil pemeriksaan medis kemudian mengungkap kenyataan yang jauh lebih kelam empat di antaranya positif sifilis, dan satu lainnya sedang mengandung.

Berawal dari Sebuah Pencurian

Ironisnya, operasi yang membuka tabir prostitusi ini justru berawal dari laporan pencurian.
Warga yang curiga melaporkan seorang perempuan yang kerap keluar-masuk rumah penduduk di kawasan Nangameting. Setelah diamankan, barulah diketahui  perempuan itu bukan sekadar pencuri. Ia juga seorang pekerja seks komersial (PSK) yang biasa menjajakan diri di sejumlah losmen dan penginapan di Maumere.

Warga memergoki pelaku mencuri di rumah penduduk. Saat diperiksa, ternyata dia juga aktif sebagai PSK. Dari sinilah kami menelusuri jaringan yang lebih luas,” ungkap Yosef Nong, SH, MH, Kepala Seksi Pengawasan, Pembinaan, dan Penyuluhan Satpol PP dan Damkar Sikka, dalam konferensi pers, Selasa (28/10/2025).

Dari hasil penyelidikan, diketahui lima dari enam PSK yang diamankan rutin melayani pelanggan di berbagai kos, losmen, dan hotel di wilayah kota. Lebih mencengangkan lagi, satu di antara mereka disebut anggota sindikat pencuri yang telah beberapa kali beraksi di rumah warga dan kios.

Tarif Kencan dan Basecamp Transaksi

Kepada petugas, para PSK itu mengaku mematok tarif antara Rp300.000 hingga Rp500.000 sekali kencan, tergantung layanan yang diminta pelanggan.
Tempat transaksi pun diatur secara rapi. Mereka menggunakan area Monumen Tsunami Maumere sebagai titik temu awal  semacam “basecamp transaksi” sebelum berlanjut ke penginapan pilihan.

Namun di balik nominal yang tampak kecil, tersimpan risiko besar. Yosef mengungkapkan fakta mencengangkan: sebagian besar pelanggan tidak menggunakan kondom saat berhubungan.
Mereka mengaku banyak pelanggan menolak alat pelindung. Ini sangat berisiko tinggi menularkan penyakit menular seksual (PMS),” ujar Yosef prihatin.

Hasil Tes Medis yang Mengejutkan

Setelah diamankan, keenam PSK tersebut langsung dibawa ke Puskesmas Beru, Kelurahan Kota Baru, untuk menjalani tes HIV, sifilis, dan kehamilan.
Hasilnya benar-benar mengejutkan:

  • Empat orang positif sifilis.
  • Satu orang hamil.
  • Dan satu lainnya masih dalam tahap observasi medis.

Temuan ini menjadi alarm keras bagi Pemerintah Kabupaten Sikka. Di tengah upaya pemerintah daerah mengendalikan kasus HIV/AIDS yang terus meningkat, temuan baru ini menandakan betapa rentannya jaringan prostitusi terselubung menjadi sumber penularan penyakit menular seksual.

Satpol PP Sikka: “Ini Peringatan Serius”

Kepala Satpol PP dan Damkar Kabupaten Sikka, Drs. Adeodatus Buang Dacunha, tak menutupi keprihatinannya.
Kami sangat prihatin. Ditemukannya PSK yang terinfeksi penyakit menular seksual, bahkan ada yang hamil, adalah peringatan keras bagi kita semua. Ini bukan sekadar soal moral, tapi juga soal kesehatan dan keselamatan masyarakat,” tegasnya.

Dacunha menegaskan, operasi semacam ini tidak akan berhenti di satu titik. Pihaknya akan terus melakukan razia rutin di kos-kosan, losmen, penginapan, dan hotel di seluruh wilayah Maumere.
Langkah itu, katanya, bukan hanya penegakan perda, tetapi upaya menyelamatkan masyarakat dari ancaman HIV/AIDS dan sifilis yang bisa menular diam-diam.

Lebih dari Sekadar Razia: Butuh Edukasi dan Kesadaran Kolektif

Namun, Yosef Nong menekankan bahwa penertiban bukanlah solusi tunggal.
Razia tidak cukup. Harus ada peran bersama dari semua pihak  mulai dari RT/RW, Linmas, tokoh adat, tokoh agama, hingga perangkat desa dan kelurahan  untuk memberikan edukasi dan pembinaan,” ujarnya.

Menurut Yosef, praktik prostitusi terselubung di Maumere berkembang seiring lemahnya pengawasan sosial dan tekanan ekonomi.
Kalau kita hanya tangkap, tanpa memberi jalan keluar, mereka akan kembali ke jalan yang sama. Ini lingkaran yang tidak akan pernah putus tanpa kesadaran bersama,” tegasnya.

Bayang-bayang Ancaman di Kota Pantai

Kasus ini membuka kenyataan pahit bahwa di balik tenangnya pesisir Maumere, berdenyut aktivitas gelap yang mengancam kesehatan publik dan moral sosial.
Kota yang dikenal dengan keramahan warganya kini dihadapkan pada dua wajah  di satu sisi geliat pembangunan dan pariwisata, di sisi lain, persoalan sosial yang menggerogoti sendi kehidupan masyarakat.

Tragedi ini bukan sekadar soal enam perempuan yang tertangkap. Ia adalah potret kecil dari realitas besar, tentang bagaimana tekanan ekonomi, lemahnya pengawasan, dan minimnya pendidikan kesehatan membuat masyarakat rentan terjerumus.

Dan jika tidak ada langkah serius dari semua pihak, Maumere bisa menjadi bom waktu penyebaran penyakit menular seksual di Nusa Tenggara Timur.

(Robert)

#Prostitusi  #Sifilis #HIV #AIDS