Pembunuhan Sadis Mandor Proyek: Anak Buah Sendiri Jadi Eksekutor, Leher Korban Nyaris Putus

Polisi gelar konferensi pers kasus pembunuhan sadis mandor proyek di Gianyar
D'On, Gianyar – Warga Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali, digegerkan oleh penemuan jasad seorang mandor proyek irigasi di area persawahan Subak Dalem Tenggaling. Pria bernama I Wayan Sedhana (54) ditemukan tewas dengan luka mengenaskan, leher hampir terputus, dan tubuhnya berlumuran darah.
Siapa sangka, dalang dari pembunuhan sadis itu bukan orang lain melainkan tiga anak buahnya sendiri.
Kapolres Gianyar, AKBP Chandra Citra Kesuma, dalam konferensi pers pada Jumat (31/10/2025), mengungkap identitas ketiga pelaku: M. Urul Arifin (25), M. Fais (20), dan Sandy Firmansyah (18), ketiganya berasal dari Jawa Timur. Mereka baru bekerja di proyek irigasi itu selama lima hari sebelum akhirnya mengeksekusi atasannya sendiri.
Rencana Busuk Tumbuh dari Rasa Sakit Hati
Berdasarkan hasil interogasi, motif utama ketiga pelaku berakar dari rasa dendam dan sakit hati. Selama bekerja, mereka mengaku sering dimarahi, dibentak, bahkan ditampar oleh korban di depan pekerja lain. Harga diri mereka tercabik, hingga akhirnya timbul niat untuk membalas perlakuan sang mandor.
“Dari keterangan pelaku, mereka merasa diperlakukan kasar dan tidak manusiawi. Karena itu, mereka sepakat untuk menghabisi korban,” ujar AKBP Chandra.
Rencana pembunuhan itu tidak dilakukan secara spontan. Mereka membicarakannya terlebih dahulu di pondok proyek pada malam sebelum kejadian. Keesokan harinya, di bawah terik matahari sawah, mereka menjalankan rencana keji itu.
Eksekusi Sadis di Tengah Sawah
Tragedi itu terjadi pada Sabtu (25/10/2025) sekitar pukul 13.00 WITA. Saat itu, korban sedang memeriksa hasil kerja para pekerja di area irigasi. Tanpa curiga sedikit pun, ia berjalan sendirian di pematang sawah.
Saat itulah, M. Fais menghampiri korban dari belakang dan memukul kepalanya menggunakan pacul yang sebelumnya digunakan untuk menggali tanah. Pukulan keras itu membuat korban tersungkur dan tidak sadarkan diri.
Namun aksi mereka tidak berhenti di situ. M. Urul Arifin kemudian mengambil gergaji besi dan menggorok leher korban dengan brutal. “Dari hasil pemeriksaan, leher korban hampir putus dengan sembilan kali tarikan gergaji hingga mengenai tulang,” jelas Kapolres Gianyar.
Setelah memastikan korban tewas, ketiga pelaku menyeret jasadnya ke tengah petak sawah agar tidak langsung terlihat oleh warga. Mereka kemudian mengambil sepeda motor dan sandal korban sebelum melarikan diri.
Pelarian ke Jawa Timur Berakhir di Perbatasan
Usai melakukan pembunuhan, para pelaku bergegas kabur meninggalkan Bali. Mereka menyeberang melalui Pelabuhan Gilimanuk dan menuju kampung halaman di Jawa Timur menggunakan motor hasil rampasan.
Namun, pelarian mereka tidak berlangsung lama. Tim Resmob Polres Gianyar yang bekerja sama dengan jajaran Polda Bali dan Polda Jawa Timur berhasil mendeteksi pergerakan mereka di wilayah perbatasan Jember–Banyuwangi.
“Keberadaan mereka terendus empat hari setelah kejadian. Saat dilakukan penangkapan, mereka tidak melakukan perlawanan dan langsung mengakui perbuatannya,” kata Chandra.
Barang Bukti dan Jerat Hukum Berat
Dari lokasi kejadian, polisi menyita sejumlah barang bukti berupa:
- Gergaji besi yang masih berlumuran darah,
- Pacul yang digunakan untuk memukul korban,
- Sandal korban, serta
- Sepeda motor yang dibawa kabur pelaku.
Atas tindakan brutal itu, ketiga pelaku dijerat dengan Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan dan Pasal 363 KUHP tentang Pencurian dengan Pemberatan. Mereka terancam hukuman penjara seumur hidup.
Desa yang Terkaget, Mandor yang Dikenal Tegas
Warga Desa Pejeng masih sulit percaya bahwa sosok I Wayan Sedhana yang dikenal tegas namun pekerja keras harus meregang nyawa di tangan anak buahnya sendiri. Sejumlah warga mengaku sering melihat korban menegur para pekerja, tetapi tak menyangka akan berujung tragedi.
“Pak Wayan memang keras kalau soal kerja, tapi niatnya selalu baik supaya proyek cepat selesai. Kasihan, dia meninggal dengan cara kejam,” ujar seorang warga yang enggan disebut namanya.
Kini, area persawahan tempat korban ditemukan telah dipasangi garis polisi. Aroma anyir darah mungkin telah pudar, namun jejak kekejaman dan pengkhianatan di tengah sawah tenang itu akan lama membekas di ingatan warga.
(L6)
#Pembunuhan #Kriminal