Misteri Kematian Dosen Untag Semakin Gelap: Foto yang Dihapus, Hubungan Rahasia, dan Status “Family Lain” di KK AKPB B

AKBP B Saat Diperiksa Polda Jateng (Dok: Ist)
D'On, Semarang - Kematian tragis Dr. Dwinanda Linchia Levi (35), dosen muda Universitas 17 Agustus (Untag) Semarang, kini berkembang menjadi kisah penuh teka-teki yang mengguncang publik. Dwinanda ditemukan tak bernyawa tanpa busana di kamar 210 sebuah hotel indekos di Jalan Telaga Bodas Raya, Semarang, pada Senin (17/11/2025). Namun, misteri justru semakin menguat ketika fakta-fakta janggal bermunculan terutama terkait keberadaan seorang perwira polisi, AKBP B (56), di kamar yang sama.
Foto Kematian yang Mendadak Dihapus
Kakak korban, Perdana Cahya (Fian), mengungkapkan salah satu kejanggalan paling mencolok:
sebuah foto kondisi jenazah yang sempat dikirim oleh AKBP B kepada kerabat keluarga di Purwokerto namun tiba-tiba dihapus tidak lama kemudian.
“Sekilas dalam foto itu tampak darah di bagian perut dan paha. Ketika foto itu mendadak hilang, saya langsung merasa ada sesuatu yang tidak beres,” ujar Fian.
Ia menegaskan, hanya autopsi menyeluruh yang dapat mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada adiknya.
Hubungan Tertutup dengan AKBP B dan Status Janggal di Kartu Keluarga
Lebih jauh, pengacara keluarga, Zaenal Abidin Petir, menyebut temuan yang menggemparkan:
nama AKBP B ternyata satu Kartu Keluarga (KK) dengan korban, namun status yang tertera adalah “family lain”—padahal AKBP B diketahui telah memiliki keluarga sah.
“Ini pelanggaran etik berat. Bagaimana mungkin seorang aparat yang sudah berkeluarga memasukkan nama wanita lain dalam KK-nya? Ini harus dibuka terang-terangan,” tegasnya.
Akibat dugaan pelanggaran etik tersebut, AKBP B dijatuhi Patsus 20 hari karena dianggap tidak pantas menjalin hubungan pribadi di luar pernikahan.
Riwayat Penyakit: Alasan atau Pengalih Isu?
Dwinanda diketahui sempat dirawat intens di rumah sakit dua hari sebelum kematiannya. Ia mengalami tekanan darah 190 dan gula darah mencapai 600, kondisi yang sangat berisiko.
Namun, setelah dinyatakan membaik dan kembali ke kamar indekos-hotel, ia justru ditemukan tak bernyawa oleh AKBP B keesokan paginya. Malam sebelumnya, korban disebut meminta tubuhnya dibaluri minyak kayu putih sebuah detail yang justru menambah kabur gambaran peristiwa.
Laporan ke polisi dilakukan oleh AKBP B sekitar pukul 07.00 WIB, dua jam setelah ia mengaku menemukan jenazah.
Ada Apa Polisi di Kamar Korban Pagi-pagi Buta?
Komunitas Muda Mudi Alumni Untag Semarang mempertanyakan keras kehadiran AKBP B yang tidak memiliki hubungan dinas apa pun dengan korban.
“Ini sangat janggal. Mengapa seorang anggota polisi bagian Dalmas ada di kamar seorang dosen pada dini hari? Situasinya terlalu banyak keanehan,” ujar ketua komunitas, Jansen Henry Kurniawan.
Ia menegaskan, publik membutuhkan proses penyelidikan yang benar-benar objektif dan transparan, bukan upaya melindungi oknum atau institusi tertentu.
Alamat Sama, Dua Kehidupan yang Tumpang Tindih
Kejanggalan semakin menebal ketika ditemukan bahwa alamat kependudukan Dwinanda sama persis dengan alamat AKBP B, yakni di Perumahan Semawis Blok D.10, Kedungmundu, Semarang.
Status, hubungan, dan keberadaan keduanya pada malam kejadian kini menjadi titik krusial dalam menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.
Kesimpulan Sementara
Kematian dosen muda berbakat ini bukan sekadar persoalan medis atau takdir tragis.
Banyak detail foto yang dihapus, hubungan rahasia, status di KK, hingga kronologi yang janggal membentuk rangkaian misteri yang harus dibongkar seterang-terangnya.
Keluarga, pengacara, dan masyarakat menuntut penyelidikan tanpa kompromi:
Apakah Dwinanda benar-benar meninggal karena penyakit? Atau ada fakta lain yang selama ini berusaha disembunyikan?
(L6)
#Peristiwa #DosenUntagTewasTanpaBusana #Hukum