Breaking News

Kepala BNPB Klarifikasi soal Viral "Penjarahan" Minimarket di Sibolga: Warga Hanya Ambil Makanan, Bukan Rusak Toko

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letjen TNI Dr. Suharyanto

D'On, Sumatera Utara
Kota Sibolga masih bergulat dengan lumpur, puing, dan gelombang kecemasan yang mengiringi banjir bandang serta longsor yang melanda wilayah itu. Hingga Minggu (30/11), akses menuju kota pesisir ini masih terputus di sejumlah titik, membuat distribusi bantuan terhambat dan warga terdesak kebutuhan dasar, terutama pangan.

Di tengah situasi genting itu, rekaman warga yang mengambil barang dari sebuah minimarket menjadi viral dan memantik tudingan “penjarahan”. Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto angkat bicara untuk meluruskan konteks peristiwa tersebut.

BNPB: “Itu Bukan Penjarahan. Mereka Ambil Makanan.”

Dalam konferensi pers di Tapanuli Utara, Suharyanto menyatakan bahwa kejadian tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai penjarahan sebagaimana yang diasumsikan oleh warganet.

“Kemarin sore sempat viral di Kota Sibolga, adanya upaya mengambil logistik,” ujarnya.
“Kami sudah cek ke personel yang masuk ke sana. Mereka mengambil bahan makanan. Tidak ada aksi merusak, memecahkan kaca, atau tindakan destruktif lainnya.”

Menurut Suharyanto, warga terpaksa mengambil makanan karena persediaan di rumah mereka menipis, sementara bantuan sulit masuk akibat akses yang terputus.

“Mereka khawatir pasokan makanan makin menipis. Situasi terbatas, terisolasi, dan itu yang terjadi  lalu viral di medsos,” katanya.

Banjir Kritik di Media Sosial

Suharyanto juga menyampaikan bahwa pernyataannya mengenai peristiwa ini sebelumnya menimbulkan reaksi keras dari sebagian besar netizen.

“Kalau buka TikTok mungkin ibu bapak lihat videonya. Dari 10.000 penonton, yang 5.000 menghujat. Mengkritisi penanganan di Sibolga,” ungkapnya.

Ia menegaskan BNPB menerima kritik itu sebagai masukan, namun tetap optimistis upaya penanganan akan membuahkan perbaikan.

“Pendukung tetap lebih banyak. Namun kritik itu menjadi catatan serius kami.”

Sibolga dan Tapteng: Terisolir di Tengah Bencana

Hingga hari ini, Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) menjadi dua wilayah yang paling sulit dijangkau tim penolong. Kondisi infrastruktur yang rusak membuat segala bentuk penyaluran bantuan berjalan lambat dan penuh risiko.

Suharyanto menjelaskan:

  • Tapanuli Tengah hanya dapat diakses lewat jalur udara.
  • Sibolga hanya bisa ditembus via jalur darat melalui Tapteng, atau melalui jalur laut.
  • Akses darat dari arah lain lumpuh total.

“Ini dua daerah yang perlu perhatian serius. Terisolir. Distribusi logistik terhambat, itu yang sedang kami kejar untuk perbaikan.”

Tim gabungan TNI–Polri–BNPB disebut terus berupaya membuka jalur yang tertutup material longsor, sekaligus mengoptimalkan distribusi bantuan melalui udara dan laut.

Situasi di Lapangan: Warga Bertahan dengan Sumber Daya Minim

Dengan akses terputus, banyak warga Sibolga yang bertahan menggunakan stok pribadi yang semakin menipis. Minimarket yang tergenang dan tidak lagi beroperasi menjadi salah satu tempat warga mencari sisa bahan makanan, meski tanpa tindakan perusakan.

Bagi BNPB, peristiwa viral itu bukan soal “jarah-menjarah”, tetapi cerminan tekanan psikologis masyarakat yang terisolir serta kegentingan yang harus segera diatasi.

Harapan Akan Pemulihan Bertahap

Di tengah kritik dan tantangan medan, BNPB meyakini keadaan di Sibolga dan Tapteng perlahan akan membaik. Pembukaan akses menjadi prioritas utama agar suplai makanan, obat-obatan, dan logistik lain dapat masuk secara reguler.

“Situasi terburuk sudah kami identifikasi. Kami fokus pada pemulihan akses dan percepatan distribusi,” ujar Suharyanto menutup pernyataan.

(K)

#Penjarahan #Viral #BNPB #BanjirSumut  #KorbanBanjirTaptengJarahToko