BNN dan Brimob Gerebek Kampung Bahari: Perlawanan Panah, Batu, dan Api Lawan Petugas, 18 Orang Diciduk

Ilustrasi Tahanan
D'On, Jakarta - Rabu (5/11/2025) pagi berubah mencekam di Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Asap, teriakan, dan dentuman keras memenuhi lorong-lorong sempit kawasan yang sudah lama dikenal sebagai “zona merah” peredaran narkotika di ibu kota.
Pasukan gabungan dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Satuan Brimob Polda Metro Jaya menyerbu kawasan itu dalam operasi besar-besaran. Targetnya: memutus rantai jaringan narkotika yang selama ini mengakar kuat di wilayah padat penduduk itu.
Namun, bukannya menyerah, para pelaku justru melawan dengan brutal.
“Sempat terjadi perlawanan dengan busur panah, lemparan batu, kembang api, hingga senjata tajam oleh kelompok jaringan narkoba tersebut. Namun, masih dapat dipukul mundur dan dikendalikan oleh tim di lapangan,”
ujar Brigjen Pol Roy Hardi Siahaan, Direktur Penindakan dan Pengejaran BNN, dalam keterangan resminya, Kamis (6/11/2025).
Drama Penggerebekan di Lorong Sempit
Menurut Roy, petugas harus bergerak hati-hati di antara gang-gang sempit Kampung Bahari yang hanya selebar satu meter. Di atas atap rumah warga, sejumlah orang tampak bersiap melempar batu dan kembang api ke arah aparat.
Sementara dari kejauhan, busur panah melesat ke arah barikade polisi. Dentuman suara kaca pecah dan jeritan terdengar bersahut-sahutan. Namun, pasukan BNN dan Brimob tetap maju perlahan, menembus perlawanan itu dengan peralatan pelindung dan taktik pengendalian massa.
Dalam waktu beberapa jam, area berhasil dikuasai. Dari operasi tersebut, 18 orang berhasil ditangkap di berbagai titik, mulai dari area rel kereta api hingga rumah kos berwarna oranye yang dijadikan tempat persembunyian dan transaksi.
18 Orang Diringkus, Jaringan Pecah di Beberapa Titik
Di antara para tersangka, terdapat satu orang berinisial M. FE yang ditangkap di sekitar rel. Sementara 17 orang lainnya—berinisial SUPA, FIK, DE, DAR, M. SUH, SAR, RUD, RAM, BAR, RAF, AN, RAN, AN, LING, AM, RA, dan NUR—dibekuk di sebuah rumah kos yang diduga menjadi basis operasi jaringan ini.
Petugas juga menemukan sejumlah barang bukti yang luar biasa banyaknya, tersebar di empat titik utama di sekitar rel dan rumah kos.
Gudang Narkoba Tersembunyi di Bawah Rel
Dari lokasi yang disebut “lapak 1”, aparat menemukan sabu-sabu seberat 89,9 gram, terbagi dalam beberapa bungkus. Tak hanya itu, ada pula 50 butir ekstasi dengan logo Transformer dan LV, serta sembilan alat hisap bong lengkap dengan pirex, berbagai timbangan digital, dan perlengkapan pengemasan.
Lapak 2 dan 3 lebih mengejutkan lagi:
- Puluhan alat hisap,
- Timbangan digital berbagai ukuran,
- Bundelan plastik klip,
- Sedotan hitam dan putih yang digunakan untuk mengonsumsi sabu,
- Hingga uang tunai Rp442.000 yang diduga hasil transaksi cepat.
Di lapak 4, petugas menemukan 33 pirex kaca, 11 bong botol, dan tumpukan sedotan hitam, barang-barang khas laboratorium narkoba rumahan.
“Semua bukti ini menunjukkan bahwa mereka bukan pemakai biasa. Ini sudah seperti pabrik kecil narkoba di bawah rel,” ujar seorang anggota Brimob di lokasi, seperti dikutip dari laporan lapangan.
Kos Oranye: Markas Transaksi dan Penyimpanan Barang Haram
Penemuan paling besar ada di rumah kos berwarna oranye. Dari tempat ini, petugas menyita:
- 18 bungkus sabu-sabu seberat 20,33 gram,
- 30 bungkus ganja seberat 38,84 gram,
- 2 butir ekstasi,
- Uang tunai Rp7.231.000,
- 9 unit ponsel, serta
- Berbagai alat hisap dan timbangan digital.
Tempat itu tampak seperti rumah biasa dari luar, tetapi di dalamnya terdapat kamar dengan rak-rak plastik berisi ratusan klip kosong, alat pengemas sabu, dan sejumlah ponsel yang terus berdering bahkan setelah penggerebekan.
Kampung Bahari: “Benteng Lama” Narkoba di Jakarta Utara
Operasi di Kampung Bahari bukan yang pertama. Kawasan ini sudah lama dikenal sebagai “daerah hitam” peredaran narkotika. Banyak laporan menyebutkan jaringan di sini beroperasi dengan sistem berlapis dan terorganisir: ada pengintai, kurir, dan pemetik yang menjaga setiap gang.
Setiap kali aparat datang, mereka memberi sinyal lewat teriakan atau bunyi benda logam yang dipukul. Perlawanan seperti busur panah dan kembang api adalah taktik yang sudah mereka siapkan untuk menghalangi penegak hukum.
Namun, kali ini aparat berhasil menembus pertahanan itu.
Upaya Pulihkan Wilayah dan Tekan Jaringan
Brigjen Roy menegaskan, operasi gabungan ini bukan sekadar penangkapan, tetapi bagian dari strategi pemulihan kawasan rawan narkoba.
“Kami akan terus melakukan penindakan dan pembersihan. Tidak hanya menangkap pelaku, tapi juga menata ulang lingkungan agar masyarakat bisa hidup aman dan bersih dari narkoba,” tegas Roy.
BNN berencana bekerja sama dengan pemerintah daerah dan tokoh masyarakat setempat untuk melakukan rehabilitasi sosial dan pengawasan berkelanjutan, agar Kampung Bahari tidak kembali menjadi sarang narkoba.
Catatan Akhir: Perang Belum Usai
Penggerebekan Rabu pagi itu hanyalah satu bab dari perang panjang melawan narkotika di jantung kota Jakarta. Kampung Bahari menjadi simbol kerasnya pertempuran antara hukum dan jaringan gelap yang tumbuh di tengah kemiskinan dan padatnya urbanisasi.
Dengan 18 tersangka yang kini diamankan dan barang bukti menggunung, BNN berharap ini menjadi langkah nyata memutus rantai distribusi narkoba di Jakarta Utara. Tapi pertanyaannya masih menggantung: berapa banyak “Kampung Bahari” lain yang masih beroperasi diam-diam di balik lorong-lorong kota ini?
(T)
#Narkoba #BNN #Brimob #KampungBahari