Breaking News

Server Imigrasi Error, Ribuan Anak Muda Gagal Dapat Visa, Shadiq Pasadigoe Kritik Kekacauan Sistem dan Aturan yang Berubah Mendadak

Anggota Komisi XIII DPR RI, M. Shadiq Pasadigoe,

D'On, Jakarta 
— Ribuan anak muda Indonesia yang menaruh harapan besar pada program Special Director General of Immigration Working Holiday Visa (SDUWHV) harus menelan kekecewaan pahit. Sejak Rabu (15/10), sistem daring Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi yang menjadi satu-satunya gerbang pendaftaran mengalami gangguan besar-besaran.

Server lumpuh selama berjam-jam. Ribuan pelamar terjebak dalam proses unggah dokumen yang tak kunjung berhasil. Sejak pagi hingga malam, keluhan membanjiri media sosial  dari X hingga Instagram. Tagar #SDUWHVerror bahkan sempat menjadi trending di Indonesia.

“Dari jam sembilan pagi sampai jam sepuluh malam, situsnya terus error. File enggak bisa diunggah, halaman crash tiap lima menit. Padahal waktu pendaftaran cuma 12 jam,” tulis salah satu calon peserta dari Bandung melalui media sosial.

Dari total sekitar 1,4 juta pelamar, hanya 80 orang yang berhasil menuntaskan proses unggah dokumen. Jumlah itu bahkan tak mencapai 0,01 persen dari total pendaftar. Padahal, kuota resmi hanya 5.420 orang.

“Kuota segitu kecil, sistemnya malah tumbang. Gawat banget,” tulis seorang peserta lain dengan nada frustrasi.

Server Kolaps, Harapan Pupus

Pantauan redaksi menunjukkan gangguan dimulai sejak pukul 09.00 WIB. Server utama Ditjen Imigrasi yang menampung akses pendaftaran SDUWHV tak mampu menahan lonjakan trafik. Dalam waktu kurang dari satu jam, ribuan akun mencoba login bersamaan  menyebabkan laman upload document macet total.

Beberapa peserta bahkan melaporkan harus mencoba lebih dari 300 kali untuk masuk ke laman utama. “Udah kayak rebutan tiket konser, tapi ini masa depan yang dipertaruhkan,” ujar salah satu pelamar dari Yogyakarta dengan nada getir.

Gangguan itu menimbulkan spekulasi liar. Banyak yang menuduh sistem Imigrasi tidak siap menghadapi skala antusiasme publik. Beberapa bahkan menduga adanya bottleneck server atau sistem kuota tersembunyi yang membuat unggahan sengaja tertahan.

Syarat Mendadak Berubah, Peserta Terkecoh

Belum reda soal server error, muncul kabar lain yang membuat situasi makin panas: perubahan mendadak syarat administrasi.

Semula, saldo minimum di rekening koran yang disyaratkan hanya 5.000 AUD (sekitar Rp50 juta). Namun, pada hari pendaftaran, angka itu melonjak menjadi Rp60 juta. Selain itu, aturan nilai IELTS juga diperketat. Bila sebelumnya peserta hanya diminta memiliki rata-rata skor 4.5, kini mereka wajib memenuhi skor 4.5 di setiap aspek mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara.

“Banyak teman saya gagal karena tidak tahu aturan baru itu. Kami sudah siapkan berkas sesuai syarat lama. Tiba-tiba berubah tanpa pengumuman resmi. Rasanya seperti dijebak,” ujar salah seorang peserta dari Jakarta yang meminta identitasnya disamarkan.

Perubahan mendadak ini dianggap sebagai bentuk kurangnya transparansi dari pihak penyelenggara. Informasi resmi baru muncul setelah peserta ramai-ramai menanyakan melalui kanal media sosial Ditjen Imigrasi.

Legislator Geram: ‘Pelayanan Publik Jangan Bikin Rakyat Pusing’

Kekacauan ini memicu reaksi keras dari parlemen. Anggota Komisi XIII DPR RI, M. Shadiq Pasadigoe, menilai persoalan ini bukan sekadar masalah teknis, melainkan cerminan lemahnya tata kelola pelayanan publik digital.

“Program SDUWHV ini seharusnya membuka kesempatan bagi anak muda untuk menimba pengalaman internasional, bukan membuat mereka stres menghadapi sistem yang tidak siap,” tegas Shadiq saat dihubungi wartawan, Kamis (16/10).

Ia menilai perubahan syarat tanpa pemberitahuan publik melanggar prinsip transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik. “Setiap kebijakan yang menyangkut masyarakat luas wajib diumumkan secara terbuka. Tidak boleh tiba-tiba berubah di tengah jalan,” ujarnya.

Shadiq menegaskan, pihaknya akan meminta penjelasan resmi dari Direktorat Jenderal Imigrasi serta mendesak dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem digital keimigrasian.

“Kami ingin memastikan pelayanan publik ke depan benar-benar berpihak kepada rakyat, terutama generasi muda yang sedang berjuang mencari peluang di luar negeri. Jangan sampai semangat mereka dipatahkan oleh sistem yang kacau,” tandasnya.

Harapan yang Belum Padam

Meski banyak yang kecewa, semangat sebagian peserta belum surut. Beberapa komunitas peserta SDUWHV bahkan membentuk forum solidaritas di media sosial untuk saling berbagi informasi dan solusi teknis.

“Kami berharap Ditjen Imigrasi belajar dari kekacauan ini. Anak muda Indonesia punya potensi besar, tapi kalau sistemnya seperti ini, bagaimana mau bersaing di kancah global?” tulis salah satu pengguna di X.

Kini, ribuan pendaftar masih menunggu pengumuman resmi dari Ditjen Imigrasi. Namun, satu hal sudah pasti  kepercayaan publik terhadap sistem digital imigrasi kembali diuji.

(EP)

#DPRRI #Shadiq Pasadigoe #Nasional #DitjenImigrasi