PMI Asal Blitar Jadi Korban Kekejaman Mengerikan di Malaysia: Mata Dicongkel, Tubuh Disiksa, dan Nyawa Hampir Melayang
PMI di Malaysia yang ditemukan dalam keadaan mata tercongkel. Foto: @king_uyakuya
D'On, Malaysia - Sebuah kabar memilukan datang dari negeri jiran. Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mengalami peristiwa luar biasa kejam di Malaysia. Ia menjadi korban percobaan pembunuhan dengan cara yang begitu sadis dan tidak berperikemanusiaan.
Korban diketahui bernama Diah Ayu Kurniasari, seorang perempuan tangguh yang merantau demi mencari nafkah untuk keluarganya di Desa Kebonduren, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Namun, di tanah rantau, nasib baik tidak berpihak kepadanya.
Kondisi Korban yang Mengenaskan
Dalam unggahan akun Instagram @king_uyakuya, terlihat Diah Ayu terbaring lemah di ranjang rumah sakit di Kuala Lumpur. Tubuhnya penuh luka, dan wajahnya nyaris tak dikenali akibat penyiksaan brutal yang dialaminya.
Dari keterangan yang beredar, kekerasan yang menimpa Diah Ayu sungguh di luar nalar manusia.
- Mata kanannya dicongkel, sementara mata kirinya dijahit secara paksa.
- Telapak tangan kanan dan telinganya digunting oleh pelaku.
- Tak berhenti di situ, pipinya juga digunting, punggungnya ditusuk dan disayat, bahkan bagian kemaluannya dimasuki cabai merah.
Kejadian ini bukan hanya menyisakan luka fisik, tapi juga trauma mendalam yang sulit terbayangkan.
Ditemukan Sekarat di Jalan Tol Kuala Lumpur
Menurut informasi yang diterima oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Blitar, korban ditemukan dalam kondisi sekarat di jalan tol Kuala Lumpur, sekitar seminggu yang lalu. Ia kemudian dibawa ke rumah sakit setempat oleh pihak berwenang dan kini masih menjalani perawatan intensif.
Kabar mengenaskan ini segera sampai ke Tanah Air dan mengundang perhatian publik, terutama masyarakat di Blitar yang tak menyangka salah satu warganya menjadi korban kekejaman yang begitu mengerikan.
Respons Cepat Pemerintah Daerah dan KBRI Kuala Lumpur
Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Blitar, Yopie Kharisma Sanusi, membenarkan peristiwa tersebut. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya langsung bergerak setelah menerima informasi pertama.
“Setelah menerima informasi itu, kami langsung berkoordinasi dengan Kepala Desa Kebonduren dan menemui pihak keluarga, yaitu adik kandung korban, Saputra Bagus Susanto,” ungkap Yopie, Rabu (15/10).
Ia menambahkan, penyebab kekerasan yang menimpa korban masih belum diketahui secara pasti. Saat ini, pihak keluarga hanya bisa menunggu perkembangan penyelidikan dari aparat Malaysia dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur, yang sudah menangani kasus ini.
“Berdasarkan informasi terakhir, kejadian tersebut sudah dilaporkan dan sedang ditangani oleh KBRI Kuala Lumpur. Kondisi korban kini mulai stabil dan direncanakan besok akan dipulangkan dari rumah sakit serta ditempatkan di tempat yang aman, sambil menunggu proses persidangan di Malaysia,” jelasnya.
Menunggu Surat Resmi dan Harapan Keadilan
Yopie menyampaikan bahwa hingga kini pihak Disnaker Kabupaten Blitar masih menunggu surat resmi dari KBRI Kuala Lumpur terkait detail peristiwa dan status hukum pelaku. Pemerintah daerah memastikan akan memberikan pendampingan penuh kepada keluarga korban, baik secara administratif maupun psikologis.
Sementara itu, masyarakat di Blitar dan warganet di Indonesia ramai-ramai menyampaikan doa dan dukungan moral bagi kesembuhan Diah Ayu. Banyak yang berharap keadilan ditegakkan dan pelaku mendapatkan hukuman yang sepadan dengan perbuatannya.
Tragedi Kemanusiaan yang Menggugah Nurani
Kisah tragis Diah Ayu menjadi pengingat pahit tentang risiko yang dihadapi para pekerja migran Indonesia di luar negeri. Mereka berjuang di tanah orang, meninggalkan keluarga demi masa depan yang lebih baik, namun seringkali berhadapan dengan kekerasan, eksploitasi, hingga ancaman nyawa.
Kini, Diah Ayu masih berjuang untuk pulih, baik dari luka fisik maupun luka batin yang dalam. Doa dan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia mengalir untuknya, dengan satu harapan keadilan harus ditegakkan, dan tidak ada lagi PMI yang menjadi korban kekejaman seperti ini di masa depan.
(*)
#TKWDisiksa #Peristiwa #Kriminal #Malaysia #Internasional