Penyelamatan di Laut Mentawai: Dua Nelayan Selamat, Satu Meninggal Dunia Setelah Dua Hari Hilang di Pulau Niau
Tim SAR Lakukan Pencarian Nelayan Hilang di Perairan Pulau Mentawai (Dok: Tim SAR)
D'On, Kepulauan Mentawai — Dua hari pencarian penuh ketegangan di laut lepas akhirnya berakhir dengan campuran rasa syukur dan duka. Tiga nelayan yang sempat dinyatakan hilang di perairan Pulau Niau, Kecamatan Siberut Daya, Kabupaten Kepulauan Mentawai, akhirnya ditemukan oleh tim SAR gabungan, Sabtu (4/10/2025). Dua orang berhasil diselamatkan, sementara satu lainnya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
Pagi yang Sunyi di Laut Mentawai
Pagi itu, langit di atas perairan Pulau Niau tampak cerah, namun laut yang tenang menyimpan misteri. Sejak Kamis malam, tiga nelayan Simon Lajira (51), Rikus Lajira (30), dan Beilek Salakkau (52) dilaporkan tidak kembali ke Desa Peipei setelah melaut seperti biasa. Mereka dikenal warga sebagai nelayan berpengalaman yang kerap menangkap ikan di kawasan tersebut.
Namun, malam itu, perahu mereka tak kunjung terlihat di dermaga. Sinyal komunikasi terakhir terputus di sekitar koordinat 1°47'49.56"S – 99°4'47.70"E. Keluarga pun cemas, dan laporan kehilangan segera diteruskan ke Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Mentawai.
Balapan dengan Waktu: Operasi SAR Dimulai
Kepala Kantor SAR Mentawai, Rudi, mengisahkan bahwa laporan tersebut langsung memicu operasi pencarian darurat. Tim SAR gabungan terdiri dari unsur Basarnas, TNI, Polri, dan relawan lokal segera dikerahkan ke titik yang diperkirakan sebagai lokasi hilangnya para nelayan.
“Begitu laporan kami terima, kami langsung bergerak. Koordinasi cepat dengan berbagai pihak sangat membantu mempercepat langkah di lapangan,” ujar Rudi kepada Padek, Sabtu (4/10/2025) malam.
Tim berangkat menggunakan Rigid Inflatable Boat (RIB) 02 Mentawai dari Dermaga Tuapejat menuju perairan Pulau Niau, sekitar satu jam perjalanan laut dari pos terdekat. Ombak yang cukup tinggi dan kondisi angin barat membuat perjalanan penuh kehati-hatian.
Tantangan Alam di Tengah Misi Kemanusiaan
Upaya pencarian tidak mudah. Laut Mentawai dikenal memiliki kontur dasar yang berbahaya dengan karang tajam dan arus bawah laut yang kuat. Pada Sabtu pagi, sekitar pukul 08.35 WIB, tim mendeteksi tanda-tanda keberadaan korban di sekitar karang bibir pantai Pulau Niau.
Namun kapal SAR tidak bisa mendekat karena dangkalnya perairan dan ancaman pecahan ombak. Atas pertimbangan keselamatan, komando lapangan memutuskan mengirim Search and Rescue Unit (SRU) darat melalui jalur Dermaga Taileleu.
Tim darat harus menembus hutan pesisir dan jalur berbatu sejauh beberapa kilometer. Kondisi alam yang ekstrem tak menyurutkan semangat mereka. “Kami tahu setiap menit sangat berarti. Ketika menerima tanda-tanda kehidupan, kami langsung bergerak cepat,” tutur salah satu anggota tim SAR yang enggan disebut namanya.
Akhir yang Mengharukan di Bibir Pantai
Sekitar pukul 11.30 WIB, usaha itu membuahkan hasil. Di tepi pantai yang sepi, tim menemukan tiga nelayan tersebut. Dua di antaranya — Rikus dan Beilek — dalam kondisi lemah namun sadar, sementara Simon Lajira, sang nelayan tertua, telah meninggal dunia.
“Posisinya hanya sekitar satu mil laut dari lokasi perkiraan awal. Mereka kemungkinan terdampar setelah perahu dihantam ombak besar dan rusak,” jelas Rudi.
Tangis haru pecah saat tim berhasil mengevakuasi ketiganya menggunakan tandu darurat menuju Desa Peipei. Warga desa yang sejak pagi menanti kabar langsung menyambut kedatangan mereka dengan doa dan air mata. Jenazah Simon kemudian diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan di kampung halamannya.
Debriefing dan Evaluasi: Pelajaran dari Laut Mentawai
Operasi SAR resmi dinyatakan selesai pada pukul 20.15 WIB. Semua unsur yang terlibat berkumpul di Dermaga Tuapejat untuk melakukan debriefing akhir. Dalam evaluasi tersebut, Rudi menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah bahu-membahu tanpa lelah.
“Kerja sama dan solidaritas semua unsur dari aparat hingga masyarakat lokal menjadi kunci keberhasilan misi ini. Kami turut berduka atas korban yang meninggal dan bersyukur dua lainnya bisa diselamatkan,” ujarnya.
Mentawai, Laut yang Indah Namun Menantang
Perairan Kepulauan Mentawai memang terkenal indah, tetapi juga menyimpan tantangan besar bagi para nelayan. Arus kuat, cuaca yang cepat berubah, serta kondisi geografis yang sulit membuat aktivitas melaut selalu penuh risiko. Karena itu, Basarnas Mentawai berkomitmen untuk terus meningkatkan kemampuan dan kesiapsiagaan personelnya.
“Kami akan memperkuat sistem peringatan dini dan pelatihan keselamatan bagi nelayan di daerah rawan seperti ini,” tambah Rudi.
Meski operasi telah usai, kisah di Pulau Niau ini menjadi pengingat betapa rapuhnya kehidupan di lautan. Di balik setiap jaring ikan yang ditebar, selalu ada doa agar angin dan ombak bersahabat dan agar setiap nelayan bisa kembali pulang dengan selamat.
(Mond)
#Peristiwa #NelayanHilang #Mentawai