Mahfud MD Bongkar Dugaan Mark Up Gila-Gilaan di Proyek Kereta Cepat: “Tiga Kali Lipat, Harus Diperiksa!”
Mantan Menko Polhukam Mahfud MD. (Foto: Mahfud MD Official/YouTube)
D'On, Jakarta — Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD kembali membuat publik terperanjat. Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube pribadinya, Mahfud mengungkap dugaan adanya mark up fantastis dalam proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau yang dikenal dengan nama Whoosh.
Angkanya bukan main tiga kali lipat dari biaya yang seharusnya.
Mahfud mengungkapkan, di negara asal teknologinya, Tiongkok, biaya pembangunan jalur kereta cepat hanya sekitar 17–18 juta dolar AS per kilometer. Namun, ketika proyek serupa digarap di Indonesia, angka itu melonjak drastis menjadi 52 juta dolar AS per kilometer.
“Ada dugaan mark up. Dugaan mark up-nya begini, itu harus diperiksa uangnya ke mana. Menurut perhitungan pihak Indonesia, biaya per satu kilometer kereta Whoosh itu 52 juta dolar AS, tapi di China sendiri hitungannya 17–18 juta dolar AS. Naik tiga kali lipat!” tegas Mahfud dalam pernyataannya, dikutip Jumat (17/10/2025).
Mahfud tak hanya menyebut angka. Ia juga melontarkan pertanyaan tajam yang menggugah rasa penasaran publik:
“Ini siapa yang menaikkan? Uangnya ke mana? 17 juta dolar Amerika menjadi 52 juta dolar. Ini bukan rupiah, lho.”
Kecurigaan Lama yang Kembali Mengemuka
Proyek kereta cepat Jakarta–Bandung memang sejak awal menuai polemik. Proyek yang digadang-gadang sebagai simbol kemajuan transportasi modern Indonesia itu terus dibayangi isu pembengkakan biaya, keterlambatan pembangunan, hingga persoalan utang yang membengkak.
Kini, dengan pernyataan Mahfud MD, dugaan lama soal permainan angka di balik proyek triliunan rupiah ini kembali menyeruak ke permukaan.
Jika dihitung dengan kurs dolar saat ini, selisih 35 juta dolar AS per kilometer berarti potensi kelebihan biaya mencapai ratusan juta dolar AS untuk total panjang lintasan sekitar 142 kilometer. Angka ini tentu bukan jumlah kecil dan cukup untuk mendanai proyek infrastruktur besar lainnya.
Respons KPK: “Kami Butuh Data Konkret”
Menanggapi pernyataan Mahfud, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Setyo Budiyanto buka suara. Ia mengaku menghargai keberanian Mahfud mengungkap hal tersebut, namun menegaskan bahwa lembaganya membutuhkan data dan bukti konkret untuk menindaklanjuti dugaan tersebut.
“Kalau Pak Mahfud menyampaikan seperti itu, mudah-mudahan ada informasi, data, dan dokumen yang bisa mendukung kejelasan dari yang disampaikan,” ujar Setyo di Jakarta, Kamis (16/10/2025).
Hingga kini, KPK belum menerima informasi resmi terkait dugaan mark up tiga kali lipat itu. Meski begitu, Setyo meyakini Mahfud memiliki dasar kuat atas pernyataannya.
“Saya yakin beliau mungkin punya (dokumen pendukung), tinggal nanti apakah beliau mau menyerahkan atau tidak, tergantung dari beliau,” lanjutnya.
Ketika ditanya apakah KPK akan menjemput bola untuk mengklarifikasi langsung kepada Mahfud, Setyo memilih berhati-hati.
“Ya biar ditelaah dulu di level kedeputian apa yang harus dilakukan dengan informasi tersebut,” ujarnya diplomatis.
Jejak Proyek dan Tanda Tanya yang Belum Terjawab
Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung sejatinya dikerjakan oleh konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang merupakan kerja sama antara BUMN Indonesia dan perusahaan asal Tiongkok.
Namun sejak awal, proyek ini kerap disorot lantaran biaya yang terus membengkak, dari awalnya sekitar US$ 6 miliar menjadi lebih dari US$ 8 miliar.
Mahfud MD bukan orang pertama yang mengendus adanya kejanggalan. Beberapa ekonom dan pengamat infrastruktur sebelumnya juga menilai ada ketidakwajaran dalam pembiayaan proyek yang dinilai tidak transparan dan minim akuntabilitas publik.
Namun, pernyataan Mahfud mantan pejabat tinggi negara yang dikenal tegas dan berintegritas memberikan bobot baru pada dugaan itu.
Publik Menanti Tindakan Nyata
Pernyataan Mahfud kini telah menjadi bola panas. Publik menanti apakah KPK atau lembaga pengawas keuangan negara lainnya akan menyelidiki lebih jauh dugaan ini.
Sebab jika benar terjadi mark up sebesar itu, bukan hanya soal kerugian finansial negara, tetapi juga integritas proyek strategis nasional yang dipertaruhkan.
Proyek yang seharusnya menjadi simbol kemajuan bangsa bisa justru menjadi luka dalam pembangunan jika benar ada permainan angka di baliknya.
Mahfud sendiri menutup pernyataannya dengan nada menantang:
“Saya tidak menuduh siapa-siapa. Tapi angka ini harus diperiksa. Kalau benar ada kenaikan tiga kali lipat tanpa alasan yang masuk akal, itu namanya korupsi. Dan itu harus diusut.”
(Mond)
#MahfudMD #Whoosh #MarkUp #Korupsi #KPK