Breaking News

Dugaan Penganiayaan Polisi oleh Atasan Gegara Telat Apel MotoGP: Dianiaya, Disiram Tuak, dan Kini Terbaring di RS Bhayangkara

Ilustrasi polisi. Foto: Shutterstock

D'On, Lombok Barat —
Suasana pengamanan ajang balap dunia MotoGP di Mandalika mendadak diwarnai kabar kelam dari tubuh kepolisian sendiri. Seorang anggota Satreskrim Polres Lombok Barat, Brigadir Muhammad Nurul Solihin, diduga menjadi korban penganiayaan oleh atasannya sendiri, Kapolsek Kediri, Iptu Pulung Anggara Satria Putra.

Pemicunya sepele: keterlambatan apel pengamanan MotoGP.
Namun dampaknya fatal. Sang anggota kini terkapar di Rumah Sakit Bhayangkara dengan luka di dada dan perut, diduga akibat tendangan dan pukulan sang atasan.

Laporan Keluarga ke Polda NTB

Kasus ini tidak berhenti di internal kepolisian. Keluarga korban resmi melaporkan dugaan penganiayaan itu ke Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Nusa Tenggara Barat (NTB).
Laporan tersebut teregister dengan nomor LP/B/143/X/2025/SPKT/POLDA NTB, tertanggal 3 Oktober 2025.

“Korban sudah tiga hari, tiga malam masih terkapar di RS Bhayangkara. Ini bukan hal kecil. Ini akibat tindakan atasannya,” ungkap Asmuni, kuasa hukum keluarga korban, kepada wartawan, Selasa (7/10).

Menurut Asmuni, peristiwa itu terjadi usai apel pengamanan MotoGP pada Jumat (3/10). Brigadir Solihin, yang bertugas membantu pengamanan di wilayah hukum Polsek Kediri, terlambat hadir. Keterlambatan itulah yang diduga memicu amarah sang Kapolsek.

Dianiaya dan Disiram Tuak

Asmuni menyebut, apa yang dialami kliennya bukan hanya kekerasan fisik, tetapi juga tindakan yang merendahkan martabat seorang anggota kepolisian.
Sebelum dipukuli, Brigadir Solihin disebut-sebut disiram minuman keras jenis tuak.

“Ini yang kami sesali. Penyiraman itu terjadi sebelum masuk ke ruangan Kapolsek Kediri. Setelah itu, penganiayaan berlangsung di dalam ruangannya,” terang Asmuni.

Ia menambahkan, belum dapat dipastikan apakah tuak yang disiramkan merupakan sisa minuman pelaku atau hanya bentuk penghinaan simbolik. Namun yang jelas, kata Asmuni, peristiwa itu meninggalkan luka fisik dan batin yang dalam.

Dipukul di Dada, Ditendang di Perut, Jantung Terasa Sakit

Akibat penganiayaan tersebut, kondisi Brigadir Solihin memburuk. Ia dilarikan ke RS Bhayangkara dan hingga kini masih dirawat intensif.
“Korban sampai ditendang, dipukul di dada dan perut. Sampai korban sakit di bagian jantung,” tutur Asmuni dengan nada geram.
Keluarga pun dibuat kalut. Sang istri dan orang tua korban disebut hampir setiap hari berjaga di rumah sakit, menunggu perkembangan kondisi kesehatan Solihin yang masih lemah.

Korban Sebenarnya Sudah Menghadap Propam

Ironisnya, menurut keterangan Asmuni, Brigadir Solihin sebenarnya sudah menerima sanksi disiplin dari bagian Propam (Profesi dan Pengamanan) akibat keterlambatannya dalam apel.
Dengan kata lain, pelanggaran disiplin itu sudah selesai secara prosedural.
Namun di luar proses resmi itu, dugaan kekerasan justru terjadi.
“Saya mengakui Brigadir Solihin memang melakukan kesalahan karena terlambat apel. Tapi dia sudah dipanggil Propam dan diberi sanksi,” jelas Asmuni.

Kapolsek Buka Suara, Tapi Singkat

Sementara itu, Kapolsek Kediri, Iptu Pulung Anggara Satria Putra, akhirnya buka suara. Namun keterangannya sangat singkat.
“Secara rinci besok,” ujarnya kepada awak media, Selasa (7/10).
Ia enggan berkomentar lebih jauh, termasuk terkait dugaan penyiraman tuak dan penganiayaan yang membuat anggotanya dilarikan ke rumah sakit.

Tuntutan Keadilan dari Keluarga

Keluarga korban berharap Polda NTB bergerak cepat menindaklanjuti laporan ini. Mereka khawatir kasus tersebut akan “mengendap” seperti sejumlah dugaan kekerasan internal lainnya yang kerap hilang di tengah hirarki kepolisian.

“Yang kami minta hanya keadilan. Tidak lebih. Jangan sampai kekerasan seperti ini terus berulang, apalagi antar sesama aparat,” tegas Asmuni.

Luka di Dalam Institusi

Kasus ini menyisakan pertanyaan besar: bagaimana mungkin seorang atasan yang seharusnya menjadi pelindung dan pembimbing anak buahnya, justru tega menganiaya di ruang kerjanya sendiri?
Apalagi, peristiwa itu terjadi di tengah persiapan besar pengamanan MotoGP Mandalika, ajang internasional yang seharusnya mencerminkan profesionalitas aparat di mata dunia.

Kini, publik menunggu langkah tegas Polda NTB.
Apakah kasus ini akan dibuka secara transparan, atau menjadi satu lagi cerita kelam yang disapu di bawah karpet kedisiplinan internal?

(K)

#PolisiPukulPolisi #Peristiwa #Polri