Dituduh Pakai Narkoba, Siswa SMK di Palembang Ternyata Negatif: Ibu Melawan Demi Nama Baik Anak
Di media sosial viral video viral yang memperlihatkan kemarahan seorang wali murid terhadap guru di salah satu SMK di Palembang lantaran anaknya dituduh mengonsumsi narkoba. (Istimewa)
D'On, Palembang — Dunia pendidikan di Kota Palembang kembali tercoreng oleh peristiwa yang mengguncang hati banyak orang tua. Seorang siswa SMK Negeri 7 Palembang, sebut saja M (15), mendadak menjadi korban tuduhan penggunaan narkoba oleh gurunya sendiri tuduhan yang belakangan terbukti tidak berdasar.
Video kemarahan ibu M, Yunita (35), terhadap guru di sekolah tersebut kini viral di media sosial dan menjadi bahan perbincangan hangat. Dalam rekaman berdurasi sekitar dua menit itu, terlihat Yunita dengan suara bergetar menuntut penjelasan mengapa anaknya dituduh tanpa bukti yang jelas.
“Anak saya dituduh pakai narkoba tanpa ada bukti apa pun. Saya kaget, malu, dan sangat tidak terima. Itu fitnah besar!” ujar Yunita, menahan emosi saat ditemui Sabtu (11/10/2025).
Awal Mula Tuduhan
Peristiwa bermula pada Jumat (26/9/2025) pagi, sekitar pukul 08.00 WIB, di lingkungan SMK Negeri 7 Palembang, Kecamatan Sukarami. Saat itu, guru wali kelas memanggil M ke ruang guru. Kepada siswa 15 tahun itu, sang guru menuduhnya menggunakan narkoba karena dianggap berperilaku “aneh” dan “tidak fokus belajar”.
Namun, tuduhan itu dilontarkan tanpa ada bukti medis, tes urine, atau saksi pendukung. Menurut penuturan keluarga, guru langsung menyatakan bahwa M “terindikasi pengguna” dan bahkan sempat menyarankan agar siswa tersebut dikeluarkan dari sekolah.
M, yang saat itu masih kebingungan, hanya bisa menangis di hadapan guru-gurunya. “Anak saya sampai tidak berani bicara apa pun. Dia hanya diam dan menangis. Katanya dia malu di depan teman-temannya,” tutur Yunita.
Ibu Datang Klarifikasi, Berakhir Ricuh
Tak tinggal diam, Yunita mendatangi pihak sekolah untuk meminta klarifikasi langsung. Ia datang dengan harapan mendapat penjelasan yang logis dan bukti konkret atas tuduhan itu. Namun, pertemuan yang semula dimaksudkan sebagai klarifikasi berubah menjadi perdebatan sengit.
“Saya datang baik-baik, tapi yang saya dapat malah omongan yang menyudutkan. Tidak ada bukti, tapi mereka tetap bersikeras anak saya salah. Seolah-olah sudah divonis sebelum diperiksa,” ucap Yunita dengan nada kecewa.
Perdebatan tersebut terekam oleh salah satu wali murid dan kini tersebar luas di media sosial. Dalam waktu singkat, video itu ditonton puluhan ribu kali dan menuai ribuan komentar dari warganet. Sebagian besar mengutuk tindakan guru yang dianggap gegabah dan tidak profesional.
“Guru seharusnya mendidik, bukan menuduh,” tulis salah satu pengguna media sosial. “Bayangkan kalau itu terjadi pada anak kita sendiri,” komentar yang lain.
Tes Medis: Hasilnya Negatif
Merasa tidak terima, Yunita membawa M ke RS Bhayangkara Palembang untuk menjalani pemeriksaan medis lengkap, meliputi tes urine dan darah. Hasilnya mengejutkan banyak pihak semua hasil negatif.
“Hasil tes sudah keluar, dan semuanya bersih. Tidak ada satu pun zat narkotika di tubuh anak saya,” tegas Yunita sambil menunjukkan salinan hasil laboratorium kepada awak media.
Temuan ini sekaligus membantah seluruh tuduhan yang selama ini diarahkan kepada M. Namun, kerusakan psikologis yang dialaminya tidak bisa dihapus begitu saja.
Trauma dan Tekanan Psikologis
Sejak insiden itu, M disebut mengalami tekanan mental berat. Ia menolak berangkat ke sekolah selama beberapa hari, merasa malu terhadap teman-temannya dan takut menghadapi guru yang menuduhnya.
“Dia tidak mau keluar kamar, tidak mau makan. Katanya semua orang di sekolah sudah tahu dia dituduh pakai narkoba. Itu menyakitkan bagi anak seusia dia,” ujar Yunita lirih.
Beruntung, dukungan moral datang dari keluarga, teman sekelas, dan beberapa wali murid lain yang percaya pada M. Perlahan-lahan, semangatnya untuk kembali belajar mulai pulih.
Langkah Hukum Ditempuh
Tidak ingin masalah ini berakhir tanpa kejelasan, Yunita memutuskan menempuh jalur hukum. Ia melaporkan oknum guru yang menuduh anaknya ke pihak berwajib atas dugaan pencemaran nama baik dan pelanggaran etika pendidikan.
“Saya tidak mau ada anak lain yang mengalami hal yang sama. Sekolah seharusnya jadi tempat aman, bukan tempat di mana anak-anak dituduh tanpa dasar,” tegasnya.
Hingga kini, pihak SMK Negeri 7 Palembang belum memberikan keterangan resmi terkait kasus tersebut. Sementara itu, Dinas Pendidikan Kota Palembang dikabarkan akan memanggil pihak sekolah untuk melakukan klarifikasi dan investigasi internal.
Suara Publik: Pendidikan Bukan Tempat untuk Menghakimi
Kasus ini menjadi perbincangan serius di kalangan orang tua dan pemerhati pendidikan. Banyak yang menilai bahwa guru seharusnya menjadi pelindung bagi murid, bukan sumber trauma.
“Sekolah bukan ruang interogasi, tapi tempat membentuk karakter,” ujar salah satu aktivis pendidikan Palembang, Rifki Darmawan, menanggapi viralnya kasus ini.
Rifki menambahkan, kasus seperti ini harus menjadi pelajaran penting bagi semua tenaga pendidik agar tidak bertindak gegabah dan selalu menjunjung asas praduga tak bersalah.
Kini, M berusaha bangkit dari tekanan yang ia alami, sementara sang ibu masih memperjuangkan keadilan bagi anaknya. Kasus ini menjadi cermin kelam betapa mudahnya reputasi seorang pelajar hancur hanya karena tuduhan tanpa bukti.
Di tengah tuntutan untuk menegakkan disiplin di sekolah, kasus ini mengingatkan publik bahwa pendidikan sejati tidak hanya soal nilai dan aturan, tetapi juga tentang empati dan keadilan.
(B1)
#Peristiwa #Narkoba