Terungkap! Uang Jadi Motif Kopda FH Terlibat dalam Kasus Sadis Pembunuhan Kacab Bank BUMN

Ilustrasi
D'On, Jakarta - Kasus pembunuhan keji terhadap Kepala Kantor Cabang Pembantu (KCP) salah satu Bank BUMN, berinisial MIP, kian menyeret nama-nama baru. Kali ini, sorotan publik tertuju pada seorang oknum prajurit TNI berpangkat Kopral Dua (Kopda) berinisial FH, yang kini resmi ditetapkan sebagai tersangka dan sudah ditahan pihak militer.
Fakta ini menambah panjang daftar keterlibatan aktor-aktor dari berbagai latar belakang dalam drama kriminal yang disebut aparat sebagai salah satu kasus paling kompleks tahun ini.
Prajurit Hilang dari Satuan, Ternyata Jadi Perantara Penculik
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Brigjen (Mar) Freddy Ardianzah, mengungkapkan bahwa FH memiliki peran sentral meski tidak turun langsung dalam aksi eksekusi. Ia menjadi perantara yang bertugas mencarikan orang untuk melakukan penculikan terhadap korban.
Ironisnya, saat peristiwa ini terjadi, Kopda FH bukan prajurit aktif yang menjalankan tugas. Ia tercatat Tidak Hadir Tanpa Izin (THTI) alias desersi dan sedang dalam pencarian satuannya. Dengan kata lain, FH sudah lama dianggap bermasalah dalam disiplin militer.
“Peran Kopda FH dalam kasus ini adalah mencari orang untuk melakukan penjemputan paksa. Dari hasil pemeriksaan sementara, motifnya jelas: ia menerima sejumlah uang dari seseorang untuk tugas kotor ini,” ujar Brigjen Freddy, Sabtu (13/9/2025).
Misteri "Pemberi Uang" Masih Gelap
Kendati demikian, Freddy menolak membeberkan lebih lanjut siapa pihak yang mengalirkan uang ke FH maupun berapa besarannya. Hingga kini, identitas pemberi uang masih tertutup rapat, menyisakan tanda tanya besar: siapa sosok di balik layar yang sanggup menyeret seorang prajurit TNI ke pusaran kriminal berdarah?
Freddy hanya menegaskan, penyidikan sedang dipercepat dan kasus ini akan langsung dilimpahkan ke Pengadilan Militer setelah dinyatakan lengkap. “Proses hukum terhadap yang bersangkutan langsung melalui mekanisme pidana militer,” tegasnya.
15 Orang Jadi Tersangka, Terbagi dalam 4 Klaster
Kasus penculikan dan pembunuhan MIP ini terbilang rumit. TNI bersama Polri sejauh ini sudah menetapkan 15 orang tersangka, dengan pembagian peran yang terstruktur bak organisasi kejahatan.
- Aktor intelektual: diduga sebagai otak perencanaan, berinisial C, DH, YJ, dan AA.
- Tim pembuntut: bertugas mengawasi dan mengikuti gerak-gerik korban.
- Eksekutor penculikan: di antaranya AT, RS, RAH, dan EW.
- Pelaku penganiayaan hingga pembuangan jasad.
Polisi menduga jaringan ini bekerja secara sistematis, mulai dari merancang strategi, membuntuti korban, hingga mengeksekusi dengan cara paling sadis.
Jasad Korban Ditemukan Mengenaskan
Puncak tragedi ini terjadi ketika jasad MIP ditemukan warga di sebuah lapangan terbuka di Kampung Karang Sambung, Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, pada Kamis, 21 Agustus 2025.
Kondisi korban begitu mengenaskan: tangan, kaki, kepala, hingga wajah terikat lakban. Cara kematian ini seolah menjadi pesan teror yang ditinggalkan para pelaku.
Penemuan itu sontak mengguncang publik dan memicu desakan agar aparat menuntaskan kasus ini secara transparan, termasuk membongkar siapa sebenarnya dalang utama yang memiliki kepentingan besar hingga tega melenyapkan seorang pejabat bank BUMN.
Pertanyaan Besar: Siapa Dalang Sesungguhnya?
Meski 15 tersangka sudah diamankan, kasus ini belum tuntas. Nama-nama besar yang disebut sebagai aktor intelektual masih samar. Apakah mereka hanya pion, atau justru bagian dari lingkaran elite yang sengaja disembunyikan?
Keterlibatan oknum TNI seperti Kopda FH menambah dimensi baru: kasus ini bukan sekadar tindak kriminal biasa, tetapi persekongkolan dengan jaringan luas yang menyatukan sipil dan militer.
Kini, publik menunggu apakah pengadilan militer dan peradilan umum mampu menjawab pertanyaan terbesar: siapa yang membayar Kopda FH, dan siapa otak sebenarnya di balik pembunuhan brutal Kepala Cabang Bank BUMN itu?
(Mond)
#Pembunuhan #Kriminal #TNI