Sindiran Tajam di Senayan: Baru Dua Hari Menjabat, Menkeu Purbaya Sudah Jadi Orang Paling Viral

Anggota Komisi XI DPR, Harris Turino. (Foto: Tangkapan Layar Youtube DPR RI).
D'On, Jakarta — Baru dua hari duduk di kursi Menteri Keuangan (Menkeu), nama Purbaya Yudhi Sadewa langsung jadi sorotan publik. Bukan karena kebijakan ekonomi yang revolusioner, melainkan akibat ucapannya yang dinilai menyepelekan aksi demonstrasi dengan tuntutan 17+8.
Pernyataan itu viral di media sosial, menuai kritik, hingga akhirnya menyeretnya dalam sorotan tajam para legislator saat menghadiri rapat kerja perdana bersama Komisi XI DPR, Rabu (10/9/2025).
Sindiran Harris Turino di Komisi XI
Dalam rapat yang berlangsung di Kompleks Parlemen, Senayan, anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Harris Turino melontarkan sindiran pedas. Dengan nada setengah bercanda namun penuh kritik, ia menyebut Menkeu Purbaya sebagai sosok yang luar biasa cepat menjadi buah bibir publik.
“Pertama-tama saya ucapkan selamat, Pak. Baru dua hari jadi menteri, sekaligus dua hari Bapak sudah jadi orang yang paling viral seluruh Indonesia,” ujar Harris, yang disambut tawa kecil sejumlah anggota dewan lainnya.
Sindiran itu bukan tanpa alasan. Ucapan Purbaya soal “tuntutan hanya suara sebagian kecil rakyat” dianggap tidak sensitif di tengah kondisi masyarakat yang masih menghadapi PHK massal, daya beli melemah, dan ancaman kemiskinan.
Harris kemudian menambahkan kritik substantif. Ia menyoroti proyeksi optimistis Purbaya soal pertumbuhan ekonomi 2026 mencapai 5,4%, padahal realita di lapangan menunjukkan kondisi berbeda.
“PHK masih terjadi, pengangguran meski turun tetap terasa di masyarakat. Angka kemiskinan walaupun turun, tapi daya beli masyarakat masih lemah. Defisit APBN 2,48% itu harus dijaga ketat, sementara utang jatuh tempo tahun ini cukup tinggi. Tekanan global juga belum sepenuhnya positif,” papar Harris panjang lebar.
Klarifikasi dan Permintaan Maaf Menkeu
Menanggapi ramainya kritik, Purbaya sebelumnya sudah menyampaikan permintaan maaf kepada publik. Ia mengakui ucapannya keliru dan bisa menimbulkan kesalahpahaman.
“Bukan sebagian kecil. Maksud saya, ketika ekonomi tertekan, yang merasakan susah itu justru kebanyakan masyarakat. Bahkan bisa sebagian besar kalau sampai turun ke jalan. Jadi kalau kemarin salah ngomong, saya minta maaf,” jelasnya usai bertemu Presiden Prabowo di Istana Kepresidenan, Selasa (9/9/2025).
Purbaya menegaskan bahwa dirinya berkomitmen penuh untuk memulihkan perekonomian nasional. Fokus utamanya adalah menciptakan lapangan kerja baru agar kesejahteraan bisa dirasakan lebih merata.
“Ada sesuatu yang bisa diperbaiki, agar masyarakat lebih mudah mencari pekerjaan. Tujuan utama saya adalah seluruh lapisan masyarakat bisa sejahtera bersama,” tegasnya.
Kaget Jadi Viral
Meski sudah lama berkecimpung di dunia ekonomi, Purbaya mengaku terkejut dengan cepatnya pernyataannya menjadi viral. Ia menyebut peristiwa ini sebagai bahan pembelajaran untuk memperbaiki cara komunikasinya ke publik.
“Kaget juga, jujur. Tapi ya ini proses edukasi ke publik. Kalau saya salah, saya perbaiki. Yang jelas, maksud saya bukan meremehkan rakyat, apalagi menyepelekan mereka yang kesulitan,” ungkapnya.
Pernyataan Awal yang Jadi Kontroversi
Kontroversi bermula ketika Purbaya ditanya wartawan soal tuntutan 17+8 yang digulirkan dalam aksi demonstrasi besar usai pelantikan dirinya sebagai Menkeu, Senin (8/9/2025).
Kala itu, ia dengan nada santai menyebut tuntutan tersebut sebagai suara “sebagian kecil rakyat”. Ia bahkan menambahkan, persoalan itu akan hilang dengan sendirinya jika pemerintah berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi.
“Once saya ciptakan pertumbuhan ekonomi 6 persen, 7 persen, tuntutan itu akan hilang otomatis. Mereka akan sibuk cari kerja dan makan enak dibandingkan mendemo,” ujar Purbaya kala itu.
Beban Berat di Pundak Menkeu Baru
Kini, Purbaya harus menghadapi dua tantangan sekaligus: memulihkan ekonomi nasional yang penuh tekanan global dan domestik, sekaligus memulihkan citra politik dan kepercayaan publik yang sempat terguncang akibat ucapannya.
Tugas ini tentu tidak ringan. Dengan APBN yang ketat, beban utang jatuh tempo tinggi, hingga dinamika geopolitik global, semua mata kini tertuju padanya.
Publik akan menilai bukan dari kata-kata yang terucap, melainkan dari kebijakan konkret: apakah janji menciptakan lapangan kerja, meningkatkan daya beli, dan menurunkan angka kemiskinan benar-benar bisa terwujud.
(L6)
#PurbayaYudhieSadewa #Politik #Nasional #DPR #Viral