Polisi Peru Tangkap Lima Anggota Geng yang Diduga Terlibat Pembunuhan Diplomat Indonesia, Bukti Forensik Sambungkan Titik-titik Kasus
Ucapan duka cita Kementerian Luar Negeri RI atas meninggalnya Zetro Leonardo Purba. (Dok. Tangkapan layar Instagram @kemlu_ri)
D'On, Peru - Lima orang diduga anggota kelompok kriminal Los Maleantes del Cono ditangkap dalam penggerebekan di sebuah hotel kecil di San MartÃn de Porres, Lima sebuah langkah kunci yang membuka babak baru dalam penyelidikan pembunuhan Zetro Leonardo Purba, staf KBRI Lima yang ditembak tewas pada 1 September 2025. Dalam operasi itu, polisi menyita sebuah pistol merk Taurus beserta enam peluru dan sebuah sepeda motor yang, menurut hasil pemeriksaan forensik dan analisis rekaman kamera pengawas, merupakan bagian dari peralatan yang dipakai untuk melakukan pembunuhan tersebut.
Dari rekaman hingga penangkapan: bagaimana jejak kriminal terurai
Kronologi kasus menunjukkan kesinambungan bukti: rekaman CCTV memperlihatkan pelaku mengenakan helm menunggu kesempatan, lalu menembak Zetro ketika korban tiba di depan kediamannya di distrik Lince. Analisis forensik senjata yang ditemukan di lokasi penggerebekan menyatakan bahwa pistol Taurus itu sama dengan peluru yang ditemukan di tubuh korban—menghubungkan langsung barang bukti ke adegan kejahatan. Petugas Dirincri (Direktorat Investigasi Kriminal) menyatakan jejak motor dan pola pergerakan pelaku mengarahkan penyelidikan ke beberapa titik di San MartÃn de Porres hingga akhirnya menggerebek hotel yang menjadi tempat persembunyian tersangka.
Menurut keterangan yang dirilis kepolisian, dua dari lima orang yang ditangkap diduga berperan langsung: Wilson José Soto (24), yang disebut mengaku sebagai pengendara motor (alias “Primo”), dan Yaiker Antonio Echenagucia (23), yang dicurigai sebagai eksekutor penembakan (alias “Malako”). Mereka kini ditahan bersama Fabian Rafael Maestre (18), Lairo Isac GarcÃa (27), dan David Guevara Bravo (30) di markas Dirincri untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Warga asing, jaringan lokal: latar belakang geng dan dugaan motif
Pihak berwenang menyebutkan bahwa para tersangka menurut laporan awal media lokal dan kantor berita internasional berstatus warga negara Venezuela. Kelompok yang diindikasikan, Los Maleantes del Cono, dikenal beroperasi di wilayah utara Lima dan sebelumnya dikaitkan dengan praktik pemerasan dan penyediaan jasa pembunuh bayaran (sicariato), sehingga penyelidikan kini turut membidik kemungkinan pembunuhan berbayar sebagai motif. Namun penyidik menegaskan motif final masih terus ditelusuri.
Selain senjata dan motor, polisi juga melaporkan penyitaan bahan peledak pada saat operasi temuan yang menambah kekhawatiran akan kapasitas operasional kelompok tersebut dan menegaskan perlunya tindakan cepat polisi untuk mencegah kekerasan lebih lanjut. PNP memiliki wewenang penahanan awal selama tujuh hari untuk melengkapi bukti dan menentukan peran hukum setiap tersangka.
Reaksi diplomatik dan penghormatan terakhir
Kasus ini memicu respons serius dari Indonesia. Kementerian Luar Negeri RI menggelar penghormatan terakhir bagi almarhum Zetro di Gedung Pancasila pada 11 September 2025 dipimpin langsung oleh Menteri Luar Negeri Sugiono dan dihadiri keluarga serta perwakilan besar diplomatik, termasuk Duta Besar Peru untuk Indonesia sebagai bentuk penghormatan negara terhadap pegawai yang gugur saat menjalankan tugas. Peti jenazah almarhum juga telah direpatriasi ke tanah air beberapa hari setelah peristiwa, sebagai penutup duka bagi keluarga yang ditinggalkan.
Sugiono dalam sambutannya menekankan bahwa Zetro “meninggal saat menjalankan tugasnya” dan memastikan Kemlu akan terus mendampingi keluarga serta memperkuat perlindungan bagi staf KBRI di luar negeri. Pernyataan itu menggambarkan tekanan diplomatik yang kini berlangsung: Indonesia menuntut penyelidikan tuntas dari otoritas Peru dan jaminan keamanan bagi personel perwakilan.
Dampak dan pertanyaan yang masih menggantung
Kasus ini melempar banyak pertanyaan: siapa yang menyewa pembunuh, melalui saluran apa instruksi diberikan, dan bagaimana senjata itu beredar—beberapa laporan awal bahkan menyebut kemungkinan barang tersebut berasal dari transaksi gadai yang perlu dilacak. Pengungkapan bahwa senjata pernah berpindah-tangan dan rute perolehan amunisi menjadi fokus penting karena dapat mengarah pada jaringan lebih luas yang memfasilitasi kekerasan di kota. Sementara itu, keluarga korban menuntut keadilan, dan masyarakat Indonesia serta komunitas diplomatik di Lima mengamati ketat perkembangan penyelidikan.
PNP dan kejaksaan kini bekerja memadukan forensik fisik, rekaman video, serta keterangan saksi untuk membangun rangkaian bukti yang dapat berdiri di pengadilan. Dalam beberapa hari ke depan, publik akan menunggu apakah penyidik mampu mengungkap otak di balik pembunuhan ini—apakah itu pembunuhan terorganisir atas dasar ekonomi (kontrak) atau sesuatu yang lebih kompleks. Hingga kini motif final belum diumumkan oleh pihak berwenang.
Catatan: Liputan kasus ini bersandar pada pernyataan resmi kepolisian Peru tentang penahanan dan hasil periksa forensik, laporan media internasional tentang motif dan kronologi penembakan, serta pengumuman resmi Kementerian Luar Negeri RI mengenai penghormatan terakhir dan pendampingan keluarga. Perkembangan penyelidikan dapat berubah seiring penyitaan bukti tambahan dan hasil otopsi/forensik lanjutan.
(*)
#ZetroLeonardoPurba #DiplomatPeruTewas #Internasional #Peru