Breaking News

5.914 Anak Keracunan Program MBG, Presiden Prabowo: Saya Akan Panggil Kepala BGN

Presiden Prabowo Subianto memberi keterangan pers setelah mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (27/9/2025).

D'On, Jakarta —
Kasus keracunan massal yang menimpa ribuan anak sekolah peserta program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan publik. Hingga 25 September 2025, Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat sedikitnya 5.914 anak dari berbagai daerah di Indonesia mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan yang disalurkan melalui program unggulan pemerintah tersebut.

Menanggapi peristiwa yang mengundang keprihatinan masyarakat luas itu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mengambil langkah tegas. Baru saja tiba di Tanah Air usai menjalani rangkaian kunjungan kenegaraan ke Jepang, Amerika Serikat, Kanada, dan Belanda, Prabowo menyatakan akan segera memanggil Kepala BGN Dadan Hindayana bersama jajaran terkait untuk membahas persoalan ini secara mendalam.

“Saya baru dari luar negeri tujuh hari, saya terus memonitor perkembangan itu. Habis ini, saya langsung akan panggil Kepala BGN dengan beberapa pejabat, kita akan diskusikan,” ujar Prabowo di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (27/9/2025).

Presiden menegaskan bahwa kasus keracunan yang menimpa ribuan siswa sekolah bukan sekadar masalah teknis, melainkan sebuah persoalan besar yang menyangkut masa depan generasi penerus bangsa.

“Ini masalah besar, jadi pasti ada kekurangan dari awal ya. Tetapi saya juga yakin kita akan selesaikan dengan baik. Kita harus waspada, jangan sampai ini dipolitisasi. Tujuan makan bergizi adalah untuk anak-anak kita,” tegas Prabowo.

Sebaran Kasus Keracunan MBG

Menurut catatan resmi BGN, sejak Januari hingga 25 September 2025 terdapat 70 kasus keracunan MBG yang tersebar di tiga wilayah besar di Indonesia:

  • Wilayah I (Sumatera): 9 kasus, 1.307 anak terdampak
  • Wilayah II (Jawa): 41 kasus, 3.610 anak terdampak
  • Wilayah III (Kalimantan, Sulawesi, Indonesia Timur): 20 kasus, 997 anak terdampak

Dari puluhan kasus tersebut, terdapat lima insiden terbesar dengan jumlah korban terbanyak:

  1. Kota Bandar Lampung: 503 anak
  2. Kabupaten Lebong, Bengkulu: 467 anak
  3. Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat: 411 anak
  4. Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah: 339 anak
  5. Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta: 305 anak

Lonjakan angka ini membuat kepercayaan masyarakat terhadap program MBG yang sejak awal digadang sebagai salah satu program prioritas pemerintah mengalami guncangan serius.

Permintaan Maaf dari BGN

Di tengah sorotan tajam publik, Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S. Deyang menyampaikan permintaan maaf yang tulus. Dalam konferensi pers yang digelar di kantor pusat BGN, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025), Nanik tak kuasa menahan air mata saat berbicara di hadapan awak media.

“Dari hati saya yang terdalam saya mohon maaf. Atas nama BGN dan seluruh SPPG (Satuan Pelaksana Program Gizi) di Indonesia, saya mohon maaf. Saya seorang ibu, melihat gambar-gambar di video, hati saya sangat sedih,” ucap Nanik dengan suara bergetar.

Ia menegaskan bahwa BGN siap bertanggung jawab penuh atas insiden ini, termasuk menanggung biaya perawatan medis seluruh korban keracunan.

Krisis Kepercayaan dan Langkah Perbaikan

Program Makan Bergizi Gratis sejak awal diluncurkan dimaksudkan sebagai solusi untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah, sekaligus mengurangi angka stunting di Indonesia. Namun dengan munculnya ribuan kasus keracunan, kepercayaan publik kini dipertaruhkan.

Para pengamat menilai, masalah ini tidak hanya terkait kualitas pengawasan distribusi makanan, tetapi juga menyangkut sistem pengadaan, standar higienitas, hingga rantai distribusi yang melibatkan berbagai pihak di daerah.

Presiden Prabowo sendiri menyadari betul bahwa masalah ini harus segera ditangani agar tidak semakin merusak citra program yang dianggap vital bagi masa depan anak-anak Indonesia. Dengan rencana pemanggilan Kepala BGN, publik kini menanti langkah konkret pemerintah dalam mengevaluasi sistem MBG, memperketat pengawasan, dan memastikan kejadian serupa tidak terulang.

Kasus keracunan MBG telah menjadi alarm keras bahwa program yang mulia sekalipun bisa menghadapi tantangan besar bila tidak dijalankan dengan standar keamanan yang ketat. Pertanyaannya kini: mampukah pemerintah mengembalikan kepercayaan masyarakat sekaligus menjamin anak-anak Indonesia benar-benar mendapat makanan sehat dan aman?

(B1)