Breaking News

Tragedi di Rel Tanpa Palang: Ibu Rumah Tangga Tewas Dihantam Kereta Api di Padang Pariaman

Kecelakaan Maut di Padang Pariaman, IRT Tewas Tertabrak Kereta Api Saat Selamatkan Motor Mogok – Dok. infopariaman

D'On, Padang Pariaman
— Suasana sore yang tenang di Korong Pagua Duku, Nagari Kurai Taji, Kecamatan Nan Sabaris, mendadak berubah menjadi mencekam pada Sabtu, 12 Juli 2025. Sebuah kecelakaan tragis terjadi di perlintasan rel kereta api tanpa palang pintu, merenggut nyawa seorang ibu rumah tangga bernama Desi Erawati (39), warga Korong Tanjung Medan, Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakih.

Peristiwa memilukan itu terjadi sekitar pukul 17.30 WIB, ketika Desi Erawati tengah mendorong sepeda motornya yang mogok di tengah perlintasan kereta. Tak ada palang pengaman, tak ada penjaga, hanya suara deru rel dan bahaya yang tak terlihat oleh mata awam. Detik demi detik menuju maut pun dimulai.

Motor Mendadak Mogok, Desi Terjebak di Tengah Rel

Menurut keterangan resmi dari Kapolsek Nan Sabaris, Iptu Devit Irawan, korban saat itu tengah menuntun sepeda motor Jupiter Z BA 6726 FD miliknya. Motor itu mati mendadak saat melintasi rel, berhenti tepat di titik paling berbahaya — di tengah-tengah rel aktif.

Dengan tenaga seadanya, Desi berusaha keras mendorong motornya keluar dari lintasan. Namun, upaya penyelamatan itu terhalang oleh waktu yang begitu sempit dan medan yang tidak bersahabat. Satu-satunya harapan yang tersisa adalah waktu, namun waktu justru menjadi musuh yang kejam sore itu.

Teriakan Peringatan yang Tak Tersampaikan

Di lokasi kejadian, seorang warga bernama Eri Basrianto (48), yang tengah berada tak jauh dari tempat kejadian, menyaksikan langsung detik-detik genting tersebut. Ia sempat berteriak keras memperingatkan Desi akan datangnya kereta api. Namun nahas, teriakan itu tidak terdengar atau mungkin tidak dipahami oleh korban yang terlalu fokus pada usahanya menyelamatkan kendaraan kesayangannya.

"Saya sudah teriak sekuat tenaga, saya lihat kereta datang dari kejauhan, tapi dia tetap mendorong motor. Mungkin dia tidak dengar," ujar Eri, masih terlihat terguncang saat memberikan keterangan.

Seorang saksi lainnya, Sulaiman (72), warga Korong Ambacang, Nagari Kurai Taji Timur, juga menyatakan bahwa perlintasan tersebut memang sangat rawan karena tidak ada pengaman apa pun. “Sudah lama kami khawatirkan, tapi belum ada tindakan sampai sekarang,” ujarnya lirih.

Terseret 50 Meter, Nyawa Tak Tertolong

Kereta api KA B9 jurusan Pariaman–Padang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah utara. Begitu masinis menyadari ada kendaraan dan seseorang di atas rel, upaya pengereman darurat dilakukan. Tapi segalanya sudah terlambat.

Bagian belakang sepeda motor Desi dihantam keras oleh kereta, dan korban bersama motornya terseret sejauh 50 meter dari titik benturan. Benturan begitu dahsyat hingga menyebabkan korban meninggal dunia di tempat dengan luka parah yang mengenaskan.

Jenazah Dievakuasi, Polisi Imbau Warga Lebih Waspada

Jenazah Desi Erawati segera dievakuasi oleh petugas kepolisian dan diserahkan kepada pihak keluarga untuk proses pemakaman. Kapolsek Nan Sabaris, Iptu Devit Irawan, menegaskan bahwa pihaknya telah melakukan olah TKP dan mencatat keterangan para saksi.

“Kami turut berduka cita sedalam-dalamnya atas musibah ini. Peristiwa ini menjadi pengingat keras bahwa keselamatan di perlintasan tanpa palang adalah hal yang sangat mendesak untuk ditangani,” ujarnya.

Informasi pertama mengenai kejadian ini diterima oleh pihak kepolisian dari anggota Polri bernama Zulhelmi, yang bertugas di Polsek Nan Sabaris.

Perlintasan Tanpa Palang, Bom Waktu yang Tak Pernah Diredam

Kejadian di Korong Pagua Duku bukanlah yang pertama  dan jika tidak ada langkah tegas, bukan pula yang terakhir. Perlintasan kereta api tanpa palang pintu masih menjadi masalah krusial di banyak daerah di Sumatera Barat, termasuk Padang Pariaman. Tanpa penjagaan dan sistem pengaman, warga dihadapkan pada risiko maut setiap kali melintasi rel.

Pihak kepolisian maupun masyarakat telah berulang kali menyerukan pentingnya pemasangan palang pintu otomatis atau setidaknya penjaga perlintasan di titik-titik rawan. Namun, respons dari pihak berwenang terkesan lamban dan terhalang oleh birokrasi serta keterbatasan anggaran.

“Ini bukan sekadar kecelakaan, ini adalah kegagalan sistem yang menunggu korban berikutnya,” ujar seorang tokoh masyarakat setempat.

Catatan Penutup:

Kematian Desi Erawati bukan sekadar angka statistik. Ia adalah ibu, istri, dan anggota masyarakat yang kehilangan nyawa bukan karena kesalahan pribadi, tetapi karena abainya sistem terhadap keselamatan warganya. Tragedi ini harus menjadi lonceng peringatan  bukan hanya untuk warga, tetapi terutama bagi para pengambil kebijakan. Sebelum lebih banyak nyawa tak berdosa menjadi korban berikutnya.

(Mond)

#Peristiwa #Kecelakaan #KeretaApi