Trump Klaim Serang 3 Lokasi Nuklir Iran: Awal dari Perang Terbuka?
Presiden AS Donald Trump melambaikan tangan saat berjalan menuju Helikopter Marine One di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (22/5/2025). Foto: Mandel Ngan/AFP
D'On, Washington — Dunia kembali menahan napas. Dalam sebuah pernyataan mengejutkan di platform media sosial miliknya, Truth Social, mantan Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump mengklaim bahwa militer AS telah meluncurkan serangan udara terkoordinasi terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran, termasuk situs pengayaan uranium bawah tanah yang sangat dijaga ketat di Fordow.
“Kami telah menyelesaikan serangan yang sangat berhasil terhadap tiga lokasi nuklir di Iran: Fordow, Natanz, dan Esfahan,” tulis Trump dalam unggahan resminya, mengutip keberhasilan misi yang disebutnya sebagai ‘langkah besar demi keamanan global.’
Trump menyebut bahwa puluhan bom telah dijatuhkan dalam operasi militer tersebut, dengan Fordow fasilitas bawah tanah yang dikenal sebagai pusat aktivitas pengayaan uranium Iran menjadi target utama. “Sejumlah penuh bom dijatuhkan di lokasi utama, Fordow,” tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut soal jenis persenjataan atau skala kerusakan yang ditimbulkan.
Lebih lanjut, Trump menyampaikan bahwa pesawat-pesawat pembom strategis AS yang digunakan dalam operasi itu telah keluar dari wilayah udara Iran dan kini dalam perjalanan kembali ke pangkalan mereka di Amerika Serikat.
Diamnya Teheran, Tegangnya Dunia
Hingga berita ini diturunkan, pemerintah Iran belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait klaim serangan tersebut. Tidak ada konfirmasi mengenai jumlah korban, tingkat kerusakan, atau bentuk respon yang sedang disiapkan.
Namun jika benar, ini adalah serangan militer langsung pertama AS ke situs nuklir Iran secara terbuka sebuah langkah yang berpotensi menyeret kawasan Timur Tengah kembali ke pusaran konflik berskala besar.
Para analis keamanan internasional menyebut klaim Trump sebagai “pemantik api” yang bisa dengan cepat berubah menjadi konflik regional atau bahkan perang terbuka. Sumber-sumber diplomatik di PBB mengatakan telah terjadi “konsultasi darurat” antara negara-negara anggota Dewan Keamanan.
Isyarat Serangan Sudah Disampaikan
Menariknya, retorika agresif Trump terhadap Iran sebenarnya sudah mulai memuncak sejak beberapa hari lalu. Dalam sebuah jumpa pers di Gedung Putih pada Rabu (18/6), Trump secara terbuka menyatakan bahwa ia “berhak” melakukan serangan ke Iran kapan pun ia menganggap perlu.
“Saya bisa saja melakukannya, bisa saja tidak. Maksud saya, tidak ada yang tahu apa yang akan saya perbuat,” katanya kepada wartawan, menebar sinyal ambigu tentang niat militernya.
Pernyataan ini kemudian diikuti oleh ultimatum yang terdengar seperti tuntutan kapitulasi total: Trump meminta Iran menyerah tanpa syarat jika ingin menghindari konsekuensi lebih lanjut.
Apa yang Terjadi di Balik Layar?
Meskipun status Trump sebagai Presiden AS saat ini telah berakhir, sejumlah analis menilai bahwa pengaruh Trump terhadap arah kebijakan luar negeri AS masih sangat kuat, terlebih dalam konteks pemilihan umum 2024 yang kontroversial dan masih menyisakan ketegangan politik di dalam negeri.
Apakah serangan ini merupakan bagian dari kampanye militer resmi AS? Apakah ini sebuah aksi unilateral yang dimotori oleh faksi dalam Pentagon yang loyal pada Trump? Atau, mungkinkah ini bagian dari narasi politik untuk menggiring opini publik dalam negeri?
Semua pertanyaan itu kini menggantung tanpa jawaban yang pasti. Satu hal yang jelas: jika serangan ini benar-benar terjadi, maka kita tengah menyaksikan eskalasi besar dalam hubungan AS-Iran dan mungkin awal dari babak baru konflik global.
(AFP)
#Internasional #Perang #AmerikaSerikat #Iram #DonaldTrump