Singapura Geger: Bocah Indonesia Diserang Brutal oleh Pria Bersenjata, Liburan Keluarga Berubah Jadi Trauma
Kolase foto peristiwa penyerangan bocah Indonesia berusia 5 tahun yang dianiaya menggunakan botol minuman. Pelaku juga menyimpan pisau di dalam tas. (Mothership/DOK)
D'On, Singapura — Suasana tenang kawasan wisata Arab Street, Singapura, mendadak berubah menjadi medan kepanikan dan teror. Seorang bocah laki-laki asal Indonesia berusia lima tahun menjadi korban serangan mendadak oleh pria asing bersenjata saat sedang duduk bersama keluarganya di pelataran sebuah kafe ternama, % Arabica Singapore. Insiden ini mengejutkan publik dan mengguncang rasa aman para wisatawan.
Dari Liburan Menyenangkan Menjadi Mimpi Buruk
Keluarga Winda, pasangan asal Indonesia yang sedang menikmati momen jelang salat Jumat di Masjid Sultan, tak menyangka hari itu akan menjadi kenangan paling kelam dalam hidup mereka. Mereka duduk santai di area luar kafe, menikmati suasana khas Arab Street yang ramai namun damai. Anak laki-laki mereka, yang tengah bermain dan bercanda, tiba-tiba dihantam keras dari belakang menggunakan botol anggur oleh seorang pria asing yang tak dikenal.
“Semua terjadi begitu cepat, seperti kilat. Tiba-tiba anak saya menangis, lalu muntah. Darah mengucur dari kepalanya. Saya benar-benar terpukul, tak bisa berpikir jernih saat itu,” kata Winda, sang ibu, kepada media lokal Mothership pada Senin (23/6).
Suami Winda, yang saat itu juga berada di lokasi, dengan sigap bereaksi. Ia mendorong pelaku menjauh sejauh mungkin demi melindungi anak dan istri dari serangan lanjutan. Para pejalan kaki yang menyaksikan insiden itu langsung membantu memanggil polisi dan ambulans, sementara staf kafe secara heroik membawa keluarga korban masuk ke dalam ruangan untuk mengamankan mereka.
Namun yang membuat hati semakin miris, Winda menyebut pelaku bukan hanya membawa botol, tapi juga menyimpan pisau di dalam tasnya. “Dia sempat mencoba mengeluarkan pisaunya… Saya tak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau suami saya tidak cepat bertindak,” tuturnya dengan suara bergetar.
Kejutan Pahit di Negeri yang Dikenal Aman
Keluarga Winda mengaku sangat terpukul secara emosional. Rencana mereka untuk kembali ke Indonesia pada 22 Juni pun harus ditunda akibat trauma mendalam yang dialami sang anak dan mereka sekeluarga. “Kami datang ke Singapura untuk liburan dan mencari ketenangan. Tapi kami pulang dengan luka dan ketakutan.”
Yang membuat mereka lebih syok adalah kenyataan bahwa insiden tersebut terjadi di Singapura — negara yang selama ini dikenal sebagai salah satu negara teraman di dunia. “Kami percaya Singapura aman. Tapi ini menyangkut nyawa anak saya. Itu tidak bisa dianggap enteng.”
Dukungan KBRI dan Proses Hukum Pelaku
Mendengar adanya insiden ini, pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura langsung bergerak cepat. Mereka memberikan pendampingan psikologis dan hukum, serta memastikan keselamatan dan pemulihan keluarga korban. “Kami sangat bersyukur atas dukungan cepat dari KBRI. Itu sangat berarti bagi kami yang sedang dalam kondisi kacau,” ujar Winda.
Sementara itu, Pasukan Pertahanan Sipil Singapura (SCDF) menyatakan menerima laporan pada pukul 13.30 waktu setempat. Namun, meski ambulans sempat dipanggil ke lokasi, akhirnya tidak digunakan karena kondisi korban dinilai stabil usai pertolongan awal.
Pelaku yang ditangkap di tempat kejadian kini tengah menghadapi proses hukum. Ia telah dakwa di pengadilan pada 21 Juni atas kepemilikan senjata tajam di tempat umum yaitu pisau dapur yang ia bawa dalam tasnya. Tak hanya itu, pelaku juga melanggar undang-undang imigrasi karena telah tinggal di Singapura melebihi izin yang berlaku.
Pesan Penting Bagi Wisatawan: Tetap Waspada di Mana Pun
Peristiwa tragis ini menjadi pengingat bagi seluruh wisatawan, khususnya warga Indonesia, bahwa kewaspadaan harus tetap dijaga, bahkan di tempat-tempat yang secara umum dinilai aman. Keamanan publik, meski tinggi, tidak menjamin nihilnya ancaman dari individu yang berbahaya.
Keluarga Winda berharap pelaku mendapat hukuman setimpal, dan mereka meminta agar insiden serupa tidak pernah terulang terhadap siapa pun.
“Kami ingin keadilan. Ini bukan hanya soal luka fisik, tapi luka batin yang mungkin butuh waktu lama untuk sembuh. Anak kami masih kecil, tapi ia harus mengalami sesuatu yang bahkan orang dewasa pun belum tentu kuat menghadapinya.”
Perhatian untuk para wisatawan: tetap waspada, lindungi anak-anak Anda, dan selalu jaga komunikasi dengan kedutaan atau pihak berwenang setempat selama berada di luar negeri.
(Mond)
#Peristiwa #Pengancaman #SenjataApi #Internasional #Singapura