Breaking News

Presiden Prabowo Panggil Menkes Budi Bahas Kenaikan Kasus COVID-19: Waspada Tanpa Panik

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, saat tiba di Istana Negara, Jakarta Pusat, Sealsa (3/6/2025).

D'On Jakarta
 — Di tengah dinamika transisi pemerintahan dan sejumlah tantangan nasional, Presiden Prabowo Subianto menunjukkan kesigapan menghadapi potensi ancaman kesehatan publik. Sore ini, Presiden memanggil Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ke Istana Negara untuk membahas isu yang kembali mencuat: peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia.

Pertemuan ini berlangsung secara tertutup dan dipicu oleh data terbaru dari Kementerian Kesehatan yang mencatat adanya lonjakan jumlah penderita COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir, meskipun belum dalam skala yang mengkhawatirkan. Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi hal ini saat tiba di Istana, Selasa sore.

“(Untuk membahas) COVID-19,” ujar Budi singkat saat disapa awak media di halaman Istana Negara.

Peningkatan Terjadi, Tapi Masih Terkendali

Dalam penjelasan singkatnya, Budi menuturkan bahwa jumlah penderita COVID-19 saat ini memang menunjukkan tren naik. Namun, menurutnya, peningkatan ini masih dalam batas wajar dan tidak signifikan jika dibandingkan dengan lonjakan kasus yang pernah terjadi di masa lalu.

“Sampai hari ini, jumlahnya baru mencapai puluhan. Kalau dibandingkan negara-negara lain, kita masih jauh lebih rendah,” kata Budi.

Budi juga menyebut bahwa penyebab kenaikan kasus ini diduga berasal dari subvarian Omicron, varian yang telah lama teridentifikasi dan dinilai tidak menimbulkan gejala berat dalam mayoritas kasus.

“Varian yang menyebar ini adalah subvarian Omicron yang besar, sama seperti yang sebelumnya juga sudah kita temui. Jadi, masyarakat tidak perlu panik,” tambahnya.

Puncak Kasus di Pekan ke-19: Alarm Waspada Dinyalakan

Sementara itu, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi memberikan gambaran lebih lengkap soal data yang dikantongi pemerintah. Menurut Hasan, puncak peningkatan kasus terjadi pada minggu ke-19 tahun ini, dengan positivity rate mencapai 3,68 persen.

“Artinya, dari setiap 100 spesimen yang diuji, sekitar 3 sampai 4 orang dinyatakan positif COVID-19. Ini cukup menjadi sinyal kewaspadaan bagi kita semua,” ujar Hasan dalam konferensi pers di Jakarta Pusat.

Meski angkanya masih tergolong rendah dibandingkan masa pandemi, pemerintah tidak ingin menganggap remeh. Hasan menegaskan bahwa ini adalah momen penting untuk kembali menghidupkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya protokol kesehatan dan gaya hidup bersih.

Surat Edaran Menkes: Bukan untuk Menakut-nakuti, Tapi Ingatkan

Menanggapi kekhawatiran publik soal surat edaran Kemenkes yang sempat viral, Hasan menegaskan bahwa arahan tersebut bukan dimaksudkan untuk menciptakan kepanikan. Sebaliknya, surat itu merupakan langkah antisipatif yang bertujuan untuk mengingatkan seluruh fasilitas kesehatan dan dinas-dinas kesehatan daerah agar lebih siaga menghadapi potensi kenaikan kasus.

“Ini bukan alarm bahaya, tapi alarm kesiapan. Kita ingin setiap elemen, dari pusat hingga daerah, kembali menyusun langkah-langkah preventif seperti yang dulu pernah kita lakukan,” jelas Hasan.

Jalan Tengah: Waspada Tanpa Ketakutan

Presiden Prabowo disebut mendukung penuh pendekatan rasional dan berbasis data yang diterapkan Kemenkes. Pemerintah ingin menjaga keseimbangan antara kesiapsiagaan dan ketenangan publik, dengan mendorong masyarakat tetap beraktivitas seperti biasa, namun tanpa melupakan kebiasaan sehat seperti mencuci tangan, menggunakan masker di ruang tertutup, dan memperhatikan kondisi tubuh.

Sinyal dari Istana hari ini jelas: meski Indonesia tidak berada dalam keadaan darurat, pemerintah tak ingin kecolongan.

"Kita tidak boleh lengah. Tapi juga jangan panik. Yang terpenting sekarang adalah kesiapan, bukan ketakutan," pungkas Hasan.

(Mond)

#Covid19 #Kesehatan #Nasional