Polemik Pernyataan "Jokowi Penuhi Syarat Jadi Nabi", Ini Respons Tegas Mantan Presiden RI
Presiden Indonesia ke-7 Jokowi masih menimbang peluang maju sebagai Calon Ketum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), gantikan anaknya Kaesang Pangarep. (Istimewa)
D'On, Jakarta — Jagat media sosial Indonesia kembali diguncang oleh sebuah pernyataan kontroversial yang menyentil ranah keagamaan sekaligus politik. Kali ini, sorotan tajam mengarah kepada seorang kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka, yang menyebut Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), memiliki kriteria yang laik menjadi nabi.
Pernyataan itu bukan hanya mengundang reaksi keras dari publik, tetapi juga menimbulkan kegelisahan di kalangan umat Islam. Dalam Islam, diyakini secara mutlak bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir sebuah keyakinan fundamental yang tak bisa ditawar.
Kontroversi Dimulai dari Sebuah Cuitan
Awal mula kontroversi ini berasal dari akun media sosial X (dulu Twitter) milik Dedy Nur Palakka. Pada 9 Juni 2025, ia me-retweet unggahan dari akun @bengkel_dodo yang memuji Jokowi sebagai mantan presiden yang dekat dengan rakyat. Namun, komentar lanjutan Dedy justru memantik api polemik.
Tanpa ragu, ia menulis:
"Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini sudah memenuhi syarat, cuma sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat."
Kalimat itu seketika menjadi viral. Warganet merespons dengan berbagai macam reaksi, sebagian memuji loyalitas Dedy terhadap tokoh idolanya, namun tak sedikit pula yang geram, menyebut pernyataan tersebut sebagai bentuk glorifikasi yang kebablasan dan melukai perasaan umat beragama.
Jokowi: Nabi Terakhir Adalah Muhammad SAW
Presiden Jokowi yang saat ini tengah berada di Solo, akhirnya angkat bicara. Dalam pernyataannya yang disampaikan pada Jumat, 13 Juni 2025, Jokowi menyesalkan pernyataan tersebut dan memberi penegasan mengenai keyakinan umat Islam.
"Nabi terakhir itu Nabi Muhammad SAW. Kalau ada pemikiran seperti itu, mikir yang rasional sajalah ya," kata Jokowi dengan nada tegas namun tetap tenang kepada awak media.
Jokowi juga mengimbau publik untuk tidak memelihara cara berpikir yang berlebihan atau mengkultuskan individu, termasuk dirinya sendiri. Baginya, rasionalitas dan akal sehat harus tetap menjadi fondasi dalam kehidupan berbangsa dan beragama.
PSI Terjepit, Kader Minta Maaf
Setelah mendapat gelombang kritik, Dedy Nur Palakka akhirnya menghapus cuitannya dan menyampaikan permintaan maaf. Dalam klarifikasinya, ia mengaku tidak bermaksud melecehkan agama ataupun membuat kegaduhan publik. Ia menyatakan bahwa ungkapan itu lahir dari kekaguman personal terhadap sosok Jokowi sebagai pemimpin yang, menurutnya, penuh ketulusan dan kedekatan dengan rakyat.
Namun, bagi banyak pihak, klarifikasi itu dirasa belum cukup. Sejumlah tokoh agama dan pengamat politik menilai bahwa PSI sebagai partai seharusnya lebih bijak dalam mengarahkan kadernya, terlebih dalam hal yang menyangkut ranah sensitif seperti agama.
Refleksi Politik dan Kultus Individu
Fenomena ini membuka kembali perbincangan lama soal bagaimana sebagian elite politik dan simpatisannya cenderung mengglorifikasi figur pemimpin secara berlebihan. Bagi banyak pengamat, ini adalah bentuk cult of personality yang tidak sehat bagi demokrasi.
"Apresiasi terhadap pemimpin itu wajar, tapi kalau sudah sampai menyentuh wilayah keyakinan dan ketuhanan, itu sangat problematik," ujar Ahmad Syamsuddin, pengamat politik dari UIN Jakarta. “Ada garis batas yang tidak boleh dilangkahi.”
Batas Tipis Antara Loyalitas dan Kekeliruan
Kisruh ini menjadi pengingat keras tentang pentingnya menjaga kesantunan dan akal sehat dalam menyampaikan pendapat, terutama di ruang publik yang luas seperti media sosial. Kekaguman terhadap tokoh tak seharusnya membutakan hingga melampaui batas rasionalitas dan norma-norma agama yang sakral.
Presiden Jokowi sendiri telah menunjukkan sikap yang elegan: tegas dalam prinsip, namun tidak reaktif secara emosional. Kini publik menanti, apakah PSI akan mengambil langkah tegas terhadap kadernya atau justru membiarkan polemik ini mereda seiring waktu.
(Mond)
#Nasional #Politik #Jokowi #PSI