Breaking News

Kisah Perjuangan Tim SAR Mengevakuasi Jenazah Juliana, Pendaki Asal Brasil yang Jatuh ke Jurang

Proses evakuasi pendaki asal Brasil yang jatuh dari Gunung Rinjani, NTB, Rabu (25/5/2025). Foto: Instagram/@brimobntb_

D'On, Lombok, Nusa Tenggara Barat
– Gunung Rinjani, salah satu gunung berapi paling megah di Indonesia, menjadi saksi bisu tragedi memilukan yang menimpa seorang wisatawan asal Brasil. Juliana De Souza Pereira Marins (27), seorang pendaki asal Negeri Samba, ditemukan tewas setelah dilaporkan jatuh ke dalam jurang sedalam 600 meter di sekitar kawasan Cemara Nunggal, jalur pendakian menuju puncak Rinjani. Proses evakuasi korban menjadi salah satu misi paling dramatis dan menantang yang pernah dilakukan oleh tim SAR Mataram.

Insiden ini bermula pada Sabtu, 21 Juni 2025, ketika Juliana diduga kehilangan pijakan dan terperosok ke dalam jurang yang curam. Saat itu, ia tengah melakukan pendakian menuju puncak Rinjani, namun terpisah dari rombongannya. Upaya pencarian pun segera dilakukan, berpacu dengan waktu dan harapan bahwa Juliana masih selamat.

Titik Terang Lewat Mata Drone Thermal

Harapan sempat membuncah ketika drone thermal milik tim SAR berhasil mendeteksi tanda-tanda panas tubuh manusia di kedalaman jurang. Tim segera menyimpulkan bahwa korban kemungkinan besar masih hidup. Namun, medan ekstrem dan kabut tebal yang menyelimuti kawasan tersebut menjadi penghalang utama bagi tim evakuasi untuk segera mencapai lokasi.

Selama tiga hari penuh, upaya pencarian terus dilakukan dengan melibatkan teknologi canggih dan kerja sama lintas instansi. Misi ini tak hanya menjadi uji nyali, tapi juga uji ketahanan fisik dan mental para penyelamat yang harus menghadapi tebing curam, suhu ekstrem, dan visibilitas rendah.

Selasa, 24 Juni 2025: Fakta Pahit di Kedalaman 600 Meter

Pukul 18.00 WITA – Salah satu anggota tim penyelamat akhirnya berhasil menembus kedalaman sekitar 600 meter, lokasi terakhir sinyal drone terdeteksi. Di sanalah tubuh Juliana ditemukan. Sayangnya, saat itu ia telah dinyatakan meninggal dunia.

Tak lama kemudian, tiga personel SAR lainnya menyusul turun untuk memastikan kondisi korban sekaligus mempersiapkan proses evakuasi. Jenazah segera dibungkus dan diamankan dari risiko pergeseran tanah atau bebatuan longsor.

"Menyusul temuan ini, tim SAR yang berada di Last Known Position (LKP) segera menyiapkan sistem evakuasi vertikal," ujar Kepala Kantor SAR Mataram, Muhamad Hariyadi, kepada Antara.

Situasi medan tidak memungkinkan untuk langsung menarik jenazah ke atas. Maka, tujuh personel SAR memutuskan untuk bermalam di lokasi. Tiga orang bertahan di titik tengah (anchor point kedua) di kedalaman 400 meter, sementara empat lainnya berjaga di samping jenazah pada kedalaman 600 meter siap menghadapi malam panjang di tepi jurang.

Rabu, 25 Juni 2025: Lifting Maut dan Perjuangan Menuju Puncak

Pukul 06.00 WITA – Proses lifting dimulai. Dengan hanya mengandalkan tali dan kekuatan fisik, jenazah Juliana ditarik secara perlahan oleh tim SAR dari kedalaman 600 meter menuju titik aman.

Pukul 13.51 WITA – Setelah lebih dari tujuh jam penuh ketegangan dan kehati-hatian ekstrem, jenazah dan seluruh tim berhasil mencapai anchor point atas. Tugas belum selesai. Korban lalu ditandu melewati jalur terjal menuju Pelawangan, titik istirahat pendaki sebelum puncak.

Pukul 15.50 WITA – Rombongan tiba di Pelawangan. Dari sana, perjalanan dilanjutkan menuruni jalur menuju pos Resort Sembalun. Medan yang menurun namun tetap berbahaya menjadi tantangan tersendiri, apalagi dengan membawa tandu berisi jenazah.

Pukul 20.40 WITA – Setelah perjalanan panjang melelahkan, jenazah Juliana tiba di Resort Sembalun. Ia langsung dimasukkan ke dalam mobil jenazah dan dibawa ke RS Bhayangkara Polda NTB untuk proses identifikasi dan penanganan lebih lanjut.

Duka di Rinjani, Pengingat Akan Bahaya Gunung

Evakuasi Juliana bukan hanya tentang menyelamatkan tubuh dari jurang maut, tetapi juga sebuah pengingat bagi semua pendaki bahwa alam pegunungan, meski indah, menyimpan risiko besar. Jalur pendakian Rinjani, terutama menjelang puncak, dikenal memiliki tebing curam dan kondisi cuaca yang bisa berubah drastis dalam hitungan menit.

Tim SAR dan seluruh elemen penyelamat yang terlibat dalam misi ini mendapat apresiasi tinggi dari berbagai pihak, termasuk dari Kedutaan Besar Brasil dan para pendaki lain yang menyaksikan langsung proses evakuasi tersebut.

Meski nyawa Juliana tak terselamatkan, kerja keras para penyelamat memastikan bahwa ia tak dibiarkan sendiri di dasar jurang yang sunyi. Ia telah dibawa kembali dengan kehormatan dan perjuangan yang luar biasa.

(Mond)

#Peristiwa #EvakuasiJenazahPendaki #GunungRinjani