Dramatis! Sepasang Pelajar di Pessel Dikunci di Toko, Digerebek 300 Warga, Polisi Turun Tangan Selamatkan Remaja dari Amukan Massa
Berduan Didalam Toko 2 Pelajar di Pessel Hampir jadi Amukan Massa
D'On, Pesisir Selatan – Suasana tenang di sebuah toko pinggir jalan di Jalan Jenderal Sudirman, Kampung Balai Lamo, Nagari Salido, Kecamatan IV Jurai, mendadak berubah menjadi pusat kerumunan ratusan warga. Rasa penasaran bercampur amarah menyelimuti lebih dari 300 orang yang memadati lokasi pada Minggu sore (25/5), menyusul informasi mengejutkan: sepasang pelajar diduga berduaan di dalam toko yang terkunci dari dalam.
RA (17) dan RD (16), dua pelajar SMA yang masih duduk di bangku kelas atas, menjadi pusat perhatian sekaligus sasaran emosi warga. Keduanya dilaporkan bersembunyi di dalam toko milik orang tua RA yang saat itu sedang kosong. RD, sang siswi perempuan, datang ke toko sekitar pukul 14.00 WIB dengan alasan hendak menjemput RA sang pacar. Namun, kedatangan yang tampak biasa itu memunculkan kegelisahan warga lantaran mereka tak kunjung keluar hingga berjam-jam.
“Awalnya warga hanya curiga karena toko tampak tertutup rapat cukup lama. Beberapa warga mendekat dan mengetuk pintu untuk memastikan keadaan. Tapi yang bikin makin curiga, pintu malah dikunci dari dalam,” ungkap Kapolsek IV Jurai, Iptu Edy Roszal, saat ditemui wartawan.
Pintu yang tetap tertutup meski diketuk justru memancing kecurigaan yang lebih besar. Dalam hitungan menit, kabar menyebar cepat, dan warga dari berbagai penjuru mulai berdatangan hingga memadati ruas jalan. Sekitar 300 orang berkerumun, menyulut suasana yang mulai tidak kondusif. Beberapa di antaranya mulai meneriakkan agar pintu dibuka, sementara yang lain menyiapkan kamera ponsel mereka.
Tensi meningkat cepat. Di tengah ketegangan yang nyaris tak terkendali, aparat kepolisian dari Polsek IV Jurai segera dikerahkan. Anggota Bhabinkamtibmas yang mendapat laporan dari warga langsung menuju lokasi dan melakukan tindakan preventif.
“Kami datang tepat waktu. Kami amankan kedua pelajar dari dalam toko untuk menghindari kemungkinan terjadi kekerasan atau main hakim sendiri dari warga,” jelas Iptu Edy.
Setelah keduanya berhasil dievakuasi ke kantor polisi, penyelidikan awal dilakukan. Dari keterangan yang dihimpun, tidak ditemukan adanya perbuatan melanggar hukum berat, namun peristiwa ini tetap menjadi sorotan karena menyangkut norma sosial dan moral masyarakat setempat.
“Keduanya mengaku hanya ngobrol di dalam toko. Namun karena takut disalahpahami warga, mereka mengunci pintu. Tindakan itu justru membuat situasi makin runyam,” lanjut Iptu Edy.
Pihak kepolisian kemudian memfasilitasi pertemuan antara keluarga kedua belah pihak bersama tokoh masyarakat dan Wali Nagari. Dalam musyawarah yang berlangsung hingga sore hari itu, disepakati bahwa permasalahan akan diselesaikan secara kekeluargaan, mengingat usia keduanya yang masih remaja dan masih mengenyam pendidikan formal.
“Kedua pihak sepakat berdamai, saling memaafkan, dan berjanji tidak akan mengulangi hal serupa. Kesepakatan damai ini disaksikan langsung oleh Wali Nagari serta sejumlah tokoh masyarakat dan dibuat dalam bentuk tertulis tanpa ada paksaan dari pihak mana pun,” terang Iptu Edy.
Meski telah damai, polisi menegaskan bahwa pembinaan tetap menjadi tanggung jawab utama orang tua dan sekolah. Jika di kemudian hari ditemukan pelanggaran serupa, maka pihak berwenang akan bertindak tegas sesuai hukum yang berlaku.
Peristiwa ini menjadi peringatan keras akan pentingnya pengawasan terhadap remaja dan dampak dari keterbukaan informasi di era digital. Dalam hitungan menit, satu tindakan kecil bisa memicu reaksi besar dari masyarakat bahkan mengancam keselamatan individu yang terlibat.
(Mond)
#Peristiwa #PesisirSelatan