Breaking News

Polisi Ungkap Kelompok Teroris Jemaah Islamiyah Sasar Anak Pondok Pesantren untuk Direkrut

D'On, Jakarta,- Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono menyampaikan, kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) merekrut para generasi muda sebagai anggota lewat sejumlah Pondok Pesantren (Ponpes). Mereka akan dibentuk agar bisa menjadi penerus kepemimpinan di masa yang akan datang.

"Ini kita dapat keterangan dari tersangka semua. Joko Priyono itu sebagai penanggung jawab dan juga pelatih dalam pendidikan militer JI tersebut. Dari keterangan Joko Priyono dikatakan bahwa memang mereka merekrut dari pondok-pondok pesantren yang tentunya pondok pesantren ini berafiliasi dengan JI," tutur Rusdi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (29/12).

Menurut Rusdi, kelompok JI memang mengincar lulusan pondok pesantren terbaik. Mereka akan diuji loyalitas dan mentalnya berdasarkan intelektualitas hasil pendidikan di ponpes.

"Di samping itu, yang tidak kalah penting kemampuan fisik ini menjadi pertimbangan JI merekrut pasukan JI dari kecerdasan, loyalitas, mentalitas, sampai fisik menjadi pertimbangan. Mereka sudah cukup rapi dalam merekrut anggota-anggota yang akan dijadikan pasukan," jelas dia.

Kadiv Humas Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono menyampaikan, kelompok teroris Jamaah Islamiah (JI) menyiapkan dana sebesar Rp 65 juta per bulan untuk kegiatan pelatihan. Biasanya kurun waktu masa pelatihan yang ditentukan adalah selama enam bulan.

"Kemarin kami tanyakan kepada pelatih, tersangka Karso ini, setiap bulan itu mengeluarkan biaya sekitar Rp 65 juta. Rp 65 juta untuk bayar pelatih, makan selama pelatihan, dan juga ada untuk beli obat-obatan. Kemudian kalau ke Suriah berapa biaya yang dibutuhkan, sekitar Rp 300 juta untuk berangkat ke Suriah untuk 10 sampai 12 orang," tutur Argo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (28/12/2020).

Menurut Argo, sejauh ini perekrutan generasi muda JI suda ada sejak 2011. Sebanyak tujuh angkatan terbentuk dengan total 96 orang peserta pelatihan dan bergabung dalam kelompok teroris tersebut.

"Dari 96 ini kemudian yang berangkat ke Suriah ada 66. Dan tentunya kenapa 66, kenapa nggak 96 ke Suriah, karena ada beberapa yang sudah kita lakukan penangkapan sehingga jumlahnya berkurang yang berangkat ke Suriah," jelas dia.

Berdasarkan keterangan Joko Priyono alias Karso yang merupakan pelatih dan tahanan terorisme, dana tersebut berasal dari infak yang dikumpulkan. Termasuk juga dari para anggota aktif JI yang sejauh ini tercatat berjumlah 6 ribu orang.

"Kalau umpama satu orang itu kirim Rp 100 ribu, dikali enam ribu sudah Rp 600 juta. Ini tersangka Karso mengilustrasikan seperti itu. Tetapi, banyak juga yang mengirim tidak Rp 100 ribu, ada yang Rp 10 juta, Rp 15 juta, Rp 25 juta, bervariasi. Tentunya dana yang didapatkan ini digunakan dan dipersiapkan untuk gelombang berikutnya, setiap angkatan mau berangkat, dimintakan infak ke anggota yang aktif tadi," Argo menandaskan.

Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri membongkar pusat latihan jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI) yang terletak di Desa Gintungan, Bandungan, Semarang, Jawa Tengah.

Tempat latihan berupa sebuah villa dua lantai yang disewa oleh jaringan teroris tersebut. Area villa tampak begitu asri dengan kondisi yang cukup sepi.

Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan, di tempat itulah para anggota muda JI dilatih bela diri dan persenjataan hingga simulasi penyerangan pasukan VVIP.

Menurutnya, di pusat latihan tersebut sudah disiapkan beberapa pelatih untuk membentuk para anggotanya terampil bela diri, menggunakan pedang dan samurai, penyergapan, hingga perakitan bom.

Joko Priyono alias Karso merupakan salah satu pelatih di sana. Ia ditunjuk sebagai pelatih oleh Amir atau Pimpinan JI Para Wijayanto. Karso ditangkap pada 2019 lalu dan telah berstatus narapidana terorisme dengan masa hukuman 3,8 tahun penjara.

"Lokasi ini menjadi tempat pelatihan para generasi muda JI. Mereka dilatih bergaya militer dengan tujuan untuk membentuk pasukan sesuai dengan program yang dibuat oleh pemimpin jaringan ini (JI)," kata Argo Yuwono pada Minggu (27/12/2020).

Argo mengungkapkan, para kader baru JI yang didominasi anak-anak muda cerdas dari beberapa pondok pesantren tersebut direkrut secara profesional. Mereka membidik anak-anak cerdas dengan ranking 1-10 di pondok pesantrennya untuk dijadikan pemimpin masa depan JI.

Tercatat hingga kini sudah ada 95 orang dilatih di villa tersebut. Jumlah itu setara dengan tujuh angkatan.

"Tiap angkatan 10-15 orang dari Pulau Jawa dan dari luar Pulau Jawa. Total 95 orang yang sudah dilatih dan terlatih. Generasi muda ini dilatih bela diri penggunaan senjata tajam seperti samurai dan pedang. Termasuk juga mengunakan senjata api dan dilatih menjadi ahli perbengkelan, perakitan bom, ahli tempur sampai ahli sergap (penyergapan) yang mereka sebut sebagai pasukan khusus dengan seragam khusus," terang Argo.

Argo menyebut, generasi muda kelompok JI itu selanjutnya akan dikirim ke Suriah guna mendalami pelatihan militer.

"Setelah pelatihan di sini, generasi muda ini selanjutnya dikirim ke Suriah untuk mendalami pelatihan militer dan perakitan senjata api serta bom. Mereka mempersiapkan generasi muda ini dengan tujuan untuk menjadi pemimpin masa depan jaringan ini (JI)," papar Argo.

Sejak 2013 hingga 2018, tercatat sudah banyak anggota JI yang dikirim ke Suriah menggunakan pendanaan yang telah disiapkan oleh jaringan tersebut.



 (mdk/gil)