Kepala BNPB Suharyanto Terkejut dan Menangis di Lokasi Bencana Sumatera Setelah Pernyataannya Dikecam Publik
![]() |
| Kepala BNPB Suharyanto |
D'On, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto akhirnya turun langsung ke wilayah terdampak bencana di Sumatera setelah enam hari kritik publik menggulung dirinya. Kunjungan itu mengubah nada suaranya. Di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Minggu (30/11/2025), ia terlihat terpukul hingga mengaku menangis menyaksikan kerusakan yang sebelumnya ia gambarkan “mencekam hanya di medsos”.
Hari itu, jalan desa dipenuhi lumpur setinggi betis, rumah-rumah retak seperti halaman buku yang disobek paksa, dan warga bergerombol menunggu bantuan pertama yang layak. Di tengah pemandangan itu, Suharyanto berdiri dengan wajah tegang. Nada suaranya berubah ketika ia berbicara kepada wartawan.
“Tapsel saya surprise… saya tidak mengira seperti ini,” ujarnya lirih, menandai adanya jarak besar antara laporan di meja dan kenyataan di lapangan.
Pernyataannya sebelumnya bahwa suasana di Sumbar, Sumut, dan Aceh “lebih mencekam di medsos dibanding kenyataan” telah menyulut amarah publik. Banyak yang menilai komentar itu meremehkan penderitaan korban yang kehilangan keluarga, rumah, dan penghidupan.
Di hadapan Bupati Tapanuli Selatan, Suharyanto menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.
“Saya mohon maaf, Pak Bupati. Ini bukan berarti kami tidak peduli,” ucapnya.
“Kami hadir untuk membantu. Tidak ada bedanya utara, selatan, tengah.”
Ungkapan itu disampaikan di antara puing-puing yang belum sempat dipindahkan dan warga yang masih mengungsi di balai desa. Menurut Suharyanto, BNPB tidak membeda-bedakan siapa yang terdampak; semua warga, tanpa memandang latar belakang apa pun, harus mendapat perlakuan yang sama.
“Tidak melihat suku, agama, ras. Itu sama semua bagi kami,” tegasnya.
Kunjungan ini menjadi momen penting setelah gelombang kritik beberapa hari terakhir. Banyak pihak menilai, kehadiran langsung pejabat pusat di lokasi bencana adalah kebutuhan mutlak bukan sekadar untuk meredakan gejolak publik, tetapi untuk memastikan penanganan darurat benar-benar sesuai kondisi lapangan.
Hingga laporan ini diturunkan, tim BNPB bersama TNI/Polri, relawan lokal, dan pemerintah daerah masih mengevakuasi material longsor, membuka akses jalan desa, serta menyalurkan logistik bagi warga terdampak. Warga berharap bantuan tidak hanya hadir sebagai respons cepat, tetapi terus berlanjut hingga fase pemulihan.
Sementara itu, pernyataan dan reaksi emosional Suharyanto di Tapanuli Selatan menjadi penanda bahwa tekanan publik telah membuahkan perubahan sikap. Kini masyarakat menunggu langkah konkrit berikutnya apakah empati di lapangan akan diterjemahkan menjadi penanganan yang lebih sigap, transparan, dan berkelanjutan.
(Mond)
#BNPB #BanjirSumatera #BencanaAlam
