Duka Sumatera Belum Usai: Korban Banjir dan Longsor Tembus 1.112 Jiwa, 176 Orang Masih Hilang

Kapusdatin BNPB saat konferensi penanganan bencana Sumatera di kantor BNPB, Jakarta, Selasa (23/12/2025). Foto: YouTube/BNPB
D'On, JAKARTA — Duka mendalam kembali menyelimuti Pulau Sumatera. Bencana banjir dan longsor yang melanda Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh terus menelan korban jiwa. Hingga Selasa (23/12), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban meninggal dunia kembali bertambah menjadi 1.112 orang, naik enam jiwa dibandingkan hari sebelumnya.
Kabar memilukan tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam konferensi pers di Kantor BNPB, Jakarta.
“Korban meninggal dunia bertambah enam jiwa. Sekali lagi, ini tentu saja kita Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan segenap entitas yang terlibat dalam operasi pemulihan mengucapkan simpati dan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun,” ujar Abdul dengan nada duka.
Pencarian Tak Kenal Lelah: 176 Orang Masih Dalam Daftar Hilang
Selain lonjakan korban meninggal, jumlah warga yang dinyatakan hilang juga bertambah. BNPB mengonfirmasi terdapat 176 orang yang hingga kini masih belum ditemukan, bertambah satu orang dari laporan sebelumnya.
“Kita mendapatkan tambahan satu nama sehingga hari ini terdapat 176 jiwa yang masih terus dilakukan pencarian dan pertolongan oleh tim SAR gabungan di tiga provinsi,” jelas Abdul.
Operasi pencarian melibatkan Basarnas, TNI, Polri, BPBD, relawan, serta masyarakat setempat. Meski terkendala cuaca ekstrem, medan berat, dan timbunan material longsor, tim SAR tetap berjibaku siang dan malam demi menemukan para korban baik dalam kondisi selamat maupun untuk dievakuasi secara layak.
Hampir Setengah Juta Jiwa Mengungsi, Negara Pastikan Kebutuhan Dasar Terpenuhi
Di balik angka korban jiwa, bencana ini juga memicu krisis kemanusiaan berskala besar. BNPB mencatat 498.447 jiwa terpaksa mengungsi akibat rumah rusak, wilayah terendam, atau ancaman longsor susulan.
Para pengungsi tersebar di pos-pos darurat, fasilitas umum, rumah ibadah, hingga rumah kerabat. Pemerintah memastikan seluruh kebutuhan dasar warga terdampak terus dipenuhi.
“Saudara-saudara kita yang saat ini masih berada di titik-titik pengungsian, maupun yang sudah kembali ke rumah atau sementara tinggal di rumah kerabat, masih terus kita dukung kebutuhan makanan dan sandangnya,” kata Abdul.
Bantuan logistik meliputi pangan, air bersih, selimut, pakaian layak pakai, obat-obatan, layanan kesehatan, hingga dukungan psikososial, terutama bagi anak-anak, lansia, dan kelompok rentan.
Bencana Beruntun dan Luka Sosial yang Mendalam
Banjir dan longsor yang melanda Sumatera ini dipicu oleh curah hujan ekstrem berkepanjangan, meluapnya sungai-sungai besar, serta kondisi geografis yang rawan longsor. Ribuan rumah rusak, lahan pertanian hancur, dan infrastruktur vital lumpuh, memperparah penderitaan warga.
Lebih dari sekadar angka, 1.112 korban meninggal adalah kisah tentang keluarga yang terpisah, anak-anak yang kehilangan orang tua, serta komunitas yang porak-poranda dalam waktu singkat.
Pemerintah Fokus Tanggap Darurat dan Pemulihan
BNPB menegaskan bahwa fase tanggap darurat masih berlangsung, bersamaan dengan langkah awal pemulihan dan rehabilitasi. Pemerintah pusat dan daerah diminta memperkuat koordinasi, mempercepat distribusi bantuan, serta mengantisipasi potensi bencana susulan.
“Keselamatan masyarakat adalah prioritas utama,” tegas BNPB.
Solidaritas Nasional Diuji
Tragedi ini kembali menguji solidaritas bangsa. Di tengah duka, bantuan dari berbagai elemen masyarakat terus mengalir mulai dari relawan, organisasi kemanusiaan, hingga komunitas lokal.
Namun, di balik itu semua, Sumatera masih menunggu kabar baik: ditemukannya para korban yang hilang, pulihnya kehidupan warga, dan bangkitnya daerah-daerah yang kini masih berkabung.
(K)
#UpdateKorbanBencanaSumatera #BNPB