Warga Yahukimo Diminta Setop Dulang Emas: Nyawa Jadi Taruhan di Wilayah Rawan Serangan KKB
Satgas Operasi Damai Cartenz saat mengevakuasi dua jenazah warga sipil korban pembantaian KKB di Kampung Binki, Distrik Seradala, Yahukimo, Papua Pegunungan, Jumat (26/9/2025). (Satgas Damai Cartenz)
D'On, Yahukimo - Aroma tanah basah dan deru air sungai di pedalaman Yahukimo selama ini menjadi saksi bisu perjuangan warga yang menggantungkan hidup dari dulang emas. Namun, di balik gemerlap kilau logam mulia itu, bahaya mengintai di setiap langkah. Kepolisian kini mengimbau agar aktivitas pendulangan emas ilegal di wilayah tersebut segera dihentikan. Alasannya bukan sekadar karena melanggar hukum, tapi karena wilayah itu telah berubah menjadi arena maut—tempat kelompok kriminal bersenjata (KKB) bebas menebar teror.
Kapolres Yahukimo, AKBP Zeth Zalino, dengan nada tegas menyampaikan peringatan keras kepada warga. “Kami mengimbau masyarakat untuk tidak lagi mendulang emas secara ilegal di pedalaman Kabupaten Yahukimo. Wilayah itu sangat rawan dengan gangguan keamanan dari kelompok bersenjata OPM atau KKB,” ujarnya dikutip dari Antara, Sabtu (4/10/2025).
Menurut Zeth, aktivitas mendulang emas yang awalnya hanya untuk mencari penghidupan kini berubah menjadi taruhan nyawa. Dalam beberapa bulan terakhir, setidaknya belasan pendulang tewas diserang KKB di kawasan tambang emas ilegal yang tersebar di berbagai distrik terpencil.
“Selama tahun 2025 sudah beberapa kali terjadi penyerangan oleh KKB terhadap para pendulang. Mereka menembaki warga tanpa ampun, bahkan membakar sejumlah peralatan tambang. Ini bukan sekadar ancaman ini sudah teror nyata,” katanya menegaskan.
Evakuasi yang Berdarah dan Penuh Bahaya
Zeth menceritakan, setiap kali tim gabungan TNI-Polri dikerahkan untuk mengevakuasi korban, medan berat dan ancaman serangan selalu menjadi rintangan utama. Hujan deras, jalan berlumpur, serta tebing curam hanyalah sebagian dari kesulitan yang mereka hadapi. Namun yang paling mematikan, kata dia, adalah peluru yang datang tiba-tiba dari balik rimbun hutan.
“Dalam proses evakuasi jenazah para pendulang, tim kami sering terlibat kontak tembak dengan KKB. Situasi di lapangan sangat tidak kondusif. Bahkan evakuasi sering tertunda karena area itu dikuasai kelompok bersenjata,” ungkapnya.
Salah satu peristiwa paling kelam terjadi pada September 2025, ketika KKB yang diduga dipimpin Kopitua Heluka menyerang dua lokasi pendulangan emas. Serangan brutal itu menewaskan tujuh orang pendulang, sementara beberapa lainnya dilaporkan hilang di hutan dan belum ditemukan hingga kini.
Tragedi serupa juga mengguncang warga pada April 2025, ketika kelompok bersenjata yang sama menembaki para penambang di distrik lain hingga 11 orang tewas di tempat. Sebagian besar korban adalah warga dari luar daerah yang datang ke Yahukimo demi mencari rezeki di tambang emas liar.
Tambang Emas Jadi Medan Perang Baru
Aktivitas pendulangan emas ilegal di pedalaman Yahukimo selama ini memang menarik banyak warga dari berbagai daerah. Mereka rela menempuh perjalanan berhari-hari ke tengah hutan, membawa peralatan seadanya, dan mendirikan tenda di tepi sungai demi mendapatkan butiran emas yang bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Namun, kawasan itu kini menjadi medan perang baru. Bagi KKB, para pendulang dianggap sebagai “pendatang” dan simbol kehadiran negara di wilayah yang mereka klaim sebagai basis perjuangan. Akibatnya, para penambang dijadikan sasaran empuk untuk menunjukkan eksistensi kelompok bersenjata tersebut.
“Kami terus berupaya menjaga keamanan wilayah Yahukimo. Tapi kami juga meminta kesadaran masyarakat jangan memaksakan diri masuk ke wilayah berbahaya. Nyawa jauh lebih berharga daripada emas,” tegas AKBP Zeth Zalino.
Ia menambahkan, pihak kepolisian bersama TNI kini memperkuat patroli di beberapa titik rawan serta menyiapkan langkah-langkah pencegahan agar tragedi serupa tidak kembali terjadi.
Harapan untuk Kembali Aman
Bagi sebagian warga, seruan ini menjadi peringatan pahit. Banyak di antara mereka yang tak punya pilihan lain selain mendulang emas untuk bertahan hidup. Namun ancaman yang kian nyata membuat mereka kini harus menimbang ulang: apakah sebutir emas layak ditukar dengan nyawa?
Masyarakat Yahukimo berharap pemerintah pusat dan daerah tidak hanya melarang, tetapi juga memberikan alternatif mata pencaharian yang aman dan berkelanjutan. Sebab selama emas masih menjadi satu-satunya sumber penghidupan di tengah keterbatasan, ancaman itu akan selalu menghantui.
Sementara aparat keamanan terus berusaha menegakkan hukum dan menjaga wilayah perbatasan agar tidak lagi menjadi ladang maut bagi para pencari rezeki.
“Kami ingin warga Yahukimo hidup tenang, tidak lagi takut dengan suara tembakan, dan tidak lagi kehilangan keluarga hanya karena sebutir emas,” pungkas Kapolres Yahukimo.
(B1)
#KKB #SatgasDamaiCartenz #Papua