Breaking News

Menjelang Kongres III: Projo di Persimpangan Jalan, Budi Arie Isyaratkan Transformasi Jadi Partai Politik

Mantan Menteri Koperasi Kabinet Merah Putih yang juga Ketua Umum (Ketum) Relawan Pro Jokowi (Projo) Budi Arie Setiadi, sowan ke kediaman pribadi Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi di Solo, Jumat (24/10/2025)

D'On, Solo
- Organisasi relawan pendukung Presiden Joko Widodo, Pro Jokowi (Projo), kini tengah berada di titik krusial perjalanan politiknya. Menjelang Kongres ke-3 yang akan digelar pada 1–2 November 2025 di Jakarta, wacana perubahan status dari organisasi relawan menjadi partai politik semakin santer terdengar. Namun, Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi memilih untuk tidak buru-buru membuka kartu.

“Oh, tunggu saja nanti, keputusan banyak orang,” ujarnya dengan senyum diplomatis, usai bertemu Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) di Solo, Jumat (24/10/2025).

Pernyataan singkat itu seperti menyisakan ruang spekulasi besar di kalangan elite politik. Apakah ini isyarat bahwa Projo memang siap naik kelas menjadi kekuatan politik formal yang siap bertarung di Pemilu 2029? Ataukah sekadar strategi memperkuat posisi tawar di tengah konstelasi politik baru pemerintahan Prabowo–Gibran?

Pertemuan di Solo: Agenda Seremonial atau Konsolidasi Strategis?

Kedatangan Budi Arie bersama jajaran Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Projo ke kediaman pribadi Jokowi bukan sekadar silaturahmi. Mereka membawa undangan resmi untuk sang pendiri moral gerakan relawan itu agar hadir dan membuka Kongres III Projo.

Namun, pertemuan itu diyakini bukan hanya seremonial belaka. Banyak pihak menilai, Solo kembali menjadi titik koordinat politik nasional, tempat arah baru Projo dan mungkin juga “politik Jokowi” akan ditentukan.

“Pak Jokowi sebagai Ketua Dewan Pembina Projo kami minta untuk hadir dan membuka Kongres,” jelas Budi Arie.

Dalam pertemuan itu, Jokowi disebut memberikan pesan politik yang cukup tegas. Ia meminta agar Projo tetap menjadi kekuatan yang mendukung pemerintahan Prabowo–Gibran secara penuh.

“Ya, arahannya adalah bahwa kita mendukung pemerintahan ini, karena pemerintahan Pak Prabowo dan Mas Gibran ini adalah pemerintahan yang mendapat mandat rakyat,” kata Budi.

Dari Relawan ke Kekuatan Politik

Sejak berdiri menjelang Pilpres 2014, Projo dikenal sebagai salah satu organisasi relawan paling loyal dan militan dalam mendukung Jokowi. Mereka aktif di akar rumput, membangun jaringan dari Sabang sampai Merauke, dan menjadi mesin sosial-politik yang berpengaruh dalam dua periode kemenangan Jokowi.

Kini, dengan Jokowi tidak lagi berada di tampuk kekuasaan, masa depan Projo berada di persimpangan. Apakah tetap menjadi organisasi relawan yang setia mengawal kebijakan pemerintah? Atau bertransformasi menjadi partai politik baru yang membawa semangat Jokowisme ke gelanggang formal politik Indonesia?

Langkah ini bukan tanpa preseden. Beberapa gerakan relawan besar di masa lalu seperti Partai NasDem yang lahir dari ormas Nasional Demokrat menjadi inspirasi bahwa jalur politik formal bisa menjadi perpanjangan alami dari sebuah gerakan sosial yang matang.

Arah Politik Jokowi dan “Bayangan” 2029

Pertemuan di Solo juga menimbulkan tafsir politik lebih dalam: apakah Jokowi tengah menyiapkan fondasi politik baru jelang 2029? Dengan Gibran kini menjadi Wakil Presiden terpilih, dan loyalis-loyalis Jokowi tersebar di berbagai posisi strategis, lahirnya partai baru dari rahim Projo bisa menjadi langkah konsolidasi kekuatan pasca era Jokowi di Istana.

Meski Budi Arie menegaskan keputusan akan ditentukan bersama dalam Kongres, narasi Projo menjadi partai politik tampaknya semakin sulit dibendung.

“Sejak awal kami berkomitmen mendukung pasangan Prabowo–Gibran dan terus berperan aktif agar program pemerintah berjalan untuk kepentingan rakyat,” ujarnya.
“Apalagi program-program kerakyatan Pak Presiden harus kita dukung, agar benar-benar memberi manfaat terbaik untuk rakyat,” tambahnya.

Kongres III: Momentum Penentuan Arah Baru

Kongres III Projo di Jakarta awal November nanti diprediksi menjadi ajang bersejarah. Tidak hanya menentukan arah organisasi, tapi juga peta kekuatan baru dalam politik nasional. Bila keputusan diambil untuk mendirikan partai, Projo akan menjadi satu-satunya ormas relawan era Jokowi yang berhasil bertransformasi menjadi kekuatan politik formal pasca kekuasaan Jokowi.

Dan jika itu benar terjadi, peta politik menuju Pemilu 2029 akan berubah drastis dengan Projo berpotensi menjadi magnet baru bagi para loyalis Jokowi yang kini mencari wadah politik baru.

Sampai saat itu tiba, publik hanya bisa menunggu, seperti kata Budi Arie dengan nada penuh makna:

“Tunggu saja nanti, keputusan banyak orang.”

(L6)

#Politik #Nasional #Projo #BudiArieSetiadi